Halaman

Sabtu, 12 April 2025

Hidup dan Instagram: Belajar Menikmati, Bukan Berlomba

Ungkapan “Hidup itu ibarat scroll Instagram, jangan terlalu cepat, nikmati setiap postingannya” adalah metafora modern yang menggambarkan betapa pentingnya menikmati setiap momen dalam hidup. Di tengah arus kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan, kita seringkali terjebak dalam keinginan untuk selalu buru-buru: ingin cepat sukses, cepat kaya, cepat terkenal, bahkan cepat merasa ‘cukup’. Padahal, seperti ketika kita scroll Instagram terlalu cepat, banyak hal indah dan bermakna yang justru terlewat. Kalimat ini mengajak kita untuk memperlambat langkah, menyadari kehadiran saat ini, dan menghargai setiap proses yang kita jalani.

Jika kita amati, setiap postingan di Instagram punya cerita, ada yang lucu, menginspirasi, menyedihkan, atau penuh makna. Begitu pula hidup: setiap hari menyimpan pelajaran. Terkadang kita berada di titik bahagia dan ingin membagikannya ke dunia, di lain waktu kita terjatuh dan merasa ingin menyerah. Namun, semua itu adalah bagian dari cerita besar kita. Sama seperti kita tidak hanya menyukai satu jenis konten saja di Instagram, kita pun perlu belajar menerima ragam rasa dalam hidup. Justru di situlah kekayaan hidup: pada keberagaman pengalaman yang membentuk siapa diri kita.

Kehidupan bukanlah kompetisi sprint, melainkan maraton panjang. Ada kalanya kita harus berhenti sejenak, menengok ke kiri dan kanan, menghela napas, dan menyadari bahwa yang kita miliki saat ini pun layak disyukuri. Terlalu sering kita lupa bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak di akhir tujuan, melainkan dalam perjalanan itu sendiri. Dengan menikmati setiap “postingan” kehidupan, kita bisa lebih sadar terhadap hal-hal kecil yang ternyata memberi makna besar, senyum dari orang yang kita sayangi, percakapan hangat, atau secangkir kopi di pagi hari.

Ungkapan ini juga menyiratkan pentingnya mindfulness, kesadaran penuh terhadap saat ini. Dalam budaya digital, kita terbiasa dengan kecepatan dan distraksi. Tapi justru dengan memperlambat langkah, kita bisa lebih mendalam dalam memahami diri sendiri dan orang lain. Alih-alih terburu-buru mencari apa yang belum kita punya, kita bisa fokus pada apa yang sudah ada. Ini bukan berarti kita tidak boleh punya ambisi, tapi kita diajak untuk menghidupi hidup, bukan sekadar menjalani rutinitas tanpa rasa.

Ungkapan ini adalah pengingat lembut namun kuat bahwa hidup bukan hanya soal tujuan, tapi juga soal bagaimana kita hadir dalam perjalanan. Seperti ketika kita benar-benar menikmati sebuah unggahan di Instagram, membaca caption-nya, melihat detail fotonya, dan merenungi maknanya, begitu pun seharusnya kita memperlakukan hidup. Jangan hanya sekadar lewat, nikmati, syukuri, hidupi. Sebab setiap momen yang kita alami hari ini, suatu saat akan menjadi kenangan yang kita kenang dengan senyum atau air mata. Dan bukankah hidup memang indah karena kita pernah merasakannya sepenuh hati?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Empat Pilar Kesuksesan: Kerja Keras, Tuntas, Ikhlas, dan Doa Orang Tua

  Ungkapan “ Kerja keras, kerja tuntas, kerja ikhlas, dan doa orang tua ” merupakan pa...