Ucapan penyair
Rumi (lahir di Persia pada abad ke-13), “Biarkan cintamu seperti air,
mengalir ke mana pun ia pergi,” adalah pernyataan yang sederhana namun
sarat makna. Rumi, seorang sufi dan penyair besar, menggambarkan cinta sebagai
sesuatu yang cair, tidak kaku, dan bebas. Seperti air, cinta sejati tidak
dibatasi oleh bentuk, tempat, atau kondisi. Ia tidak memaksa atau menuntut,
melainkan hadir dengan kelembutan yang menghidupkan dan menyuburkan apa pun
yang disentuhnya. Dalam konteks kehidupan, ini adalah ajakan untuk mencintai
secara tulus, tanpa syarat, dan tanpa pamrih, baik kepada sesama, alam,
pekerjaan, bahkan kepada diri sendiri.
Ketika cinta
diibaratkan seperti air, kita diajak untuk mencintai dengan cara yang fleksibel
namun kuat. Air bisa menyesuaikan diri dengan segala bentuk wadah, namun dalam
waktu yang cukup lama, ia bisa melubangi batu dan mengikis gunung. Begitu pula
cinta yang konsisten, walau lembut, dapat menyembuhkan luka terdalam dan
mengubah hati yang paling keras. Cinta bukan sekadar emosi romantis, tetapi energi
yang menggerakkan kehidupan, dari kasih sayang ibu pada anak, pengabdian
seorang guru, hingga kepedulian kecil yang kita berikan kepada orang asing.
Ucapan ini juga
menanamkan nilai penting dalam membebaskan cinta dari ego. Air tidak memilih ke
mana ia akan mengalir; ia memberi kehidupan kepada bunga maupun rumput liar,
kepada taman maupun ladang gersang. Cinta yang tulus tidak menuntut balasan dan
tidak menaruh syarat. Dalam hubungan antar manusia, ketika kita mencintai
dengan cara ini, kita menciptakan ruang yang aman, tempat tumbuhnya pengertian
dan penerimaan. Kita menjadi lebih sabar, lebih pemaaf, dan lebih damai. Ini
bukan tentang menjadi lemah, melainkan kuat dengan cara yang anggun.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dari kita terjebak dalam cinta yang bersyarat: mencintai hanya saat merasa diperlakukan adil, menyayangi hanya saat suasana mendukung, atau peduli hanya saat merasa dihargai. Namun, seperti air yang tetap mengalir meski tak selalu mendapat pujian, cinta sejati tetap hadir walau dunia tak selalu ramah. Ini adalah bentuk tertinggi dari kebebasan: mencintai bukan karena kewajiban, tapi karena hati yang penuh. Cinta seperti ini akan menemukan jalannya sendiri, dan meski kadang tidak dihargai, ia akan selalu memberi jejak kebaikan.
Ucapan Rumi ini adalah pengingat lembut bahwa dalam dunia yang keras, cinta adalah kekuatan yang menyembuhkan dan menghubungkan. Biarlah cinta kita mengalir seperti air: menenangkan, memberi manfaat, dan selalu bergerak menuju yang lebih besar. Sebab pada akhirnya, hidup bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa luas dan bebas kita mencintai. Dan seperti sungai yang akhirnya kembali ke laut, cinta pun akan menemukan jalannya pulang selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar