Kerja
bukan sekadar aktivitas fisik atau rutinitas harian demi mendapatkan nafkah,
tetapi ia adalah bentuk pengabdian dan aktualisasi nilai-nilai spiritual. Dalam
Islam, kerja yang dilakukan dengan niat yang tulus dan cara yang halal adalah
bagian dari ibadah. Allah Swt. berfirman,
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ
وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ
“Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu! Maka
Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu
akan dikembalikan kepada (Dzat) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata.
Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
(QS. At-Taubah: 105). Ayat ini
menegaskan bahwa setiap pekerjaan yang baik dan bertujuan untuk kebaikan akan
dinilai oleh Allah sebagai amal saleh. Maka, bekerja bukan hanya soal
produktivitas dunia, tetapi juga tentang menanam kebaikan untuk akhirat.
Bekerja
dengan niat ibadah menjadikan seseorang lebih bertanggung jawab dan jujur dalam
tugasnya. Ia menyadari bahwa pekerjaan adalah ladang pahala. Rasulullah Saw.
bersabda,
مَا
أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ،
وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ.
“Tidaklah
seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada makanan hasil usahanya
sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Dawud as. makan dari hasil tangannya sendiri.”
(HR. Al-Bukhari). Hadis ini mengajarkan pentingnya kerja keras dan
mandiri sebagai bentuk kehormatan diri sekaligus penghambaan kepada Allah.
Namun
kerja bukan hanya tentang individu, melainkan juga tentang kebersamaan. Dalam
kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi, kita tidak bisa berjalan sendiri. Kebersamaan
adalah anugerah sekaligus amanah. Ia harus dirawat dengan rasa saling percaya,
saling mendukung, dan saling terbuka. Amanah ini diwujudkan dalam bentuk
kejujuran dan transparansi dalam menjalankan peran masing-masing. Tanpa
kebersamaan yang sehat, visi besar akan sulit tercapai.
Kepercayaan
dalam kebersamaan adalah fondasi utama. Sekali rusak, ia sulit dibangun
kembali. Oleh karena itu, keterbukaan menjadi kunci dalam menjaga dan merawat
kepercayaan. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan,
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا
الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا
بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ
بَصِيْرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada pemiliknya (yang berhak menerimanya). Apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. An-Nisa: 58). Menyampaikan informasi, perasaan, dan niat dengan
jujur adalah bentuk amanah terhadap sesama, dan dari sinilah tumbuh rasa saling
percaya.
Dalam
sabdanya, Rasulullah Saw. menegaskan bahwa “agama adalah nasihat” (الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ), yang
berarti dalam kebersamaan harus ada saling mengingatkan dalam kebaikan dan
kebenaran. Nasihat hanya bisa diterima dengan hati yang terbuka jika dilandasi
oleh hubungan yang sehat dan saling percaya. Maka dalam ruang kerja dan
kehidupan sosial, keterbukaan bukan kelemahan, melainkan kekuatan untuk
membangun harmoni dan keberkahan.
Keterbukaan
juga menumbuhkan semangat gotong royong dan meniadakan prasangka. Ketika kita
terbuka dalam komunikasi, baik dalam menyampaikan kesulitan, ide, maupun
kritik, maka kita memberi ruang bagi solusi dan pertumbuhan. Dalam hadis Nabi Muhammad
Saw. disebutkan,
الْمُؤْمِنُ
لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا، وَشَبَّكَ بَيْنَ
أَصَابِعِهِ.
“Orang beriman terhadap orang beriman lainnya bagaikan satu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan. Dan beliau (mendemonstrasikannya dengan cara) menyilangkan jari jemari beliau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Keterbukaan adalah semen pengikat dari bangunan itu.
Sebagai penutup, bekerja dalam semangat ibadah dan menjalin kebersamaan dalam amanah adalah jalan hidup yang menyejukkan jiwa dan mempererat tali persaudaraan. Dalam dunia yang kian individualistik, semangat ini menjadi pelita yang menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan. Mari jadikan kerja sebagai ibadah, dan kebersamaan sebagai ladang amanah yang kita rawat bersama melalui kepercayaan dan keterbukaan, karena di situlah letak keberkahan dan keridhaan Allah Swt.