Sabtu, 21 Januari 2023

MENULIS BUKU MAYOR DALAM DUA MINGGU? SIAPA TAKUT!

Tema Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) gelombang 28 pada hari Jum’at, 20 Januari 2023 sangatlah menarik. Bagaimana tidak, dalam pertemuan ini yang menjadi narasumber adalah Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A yang akrab disapa Prof Ekoji (seorang penulis besar yang bisa mengantarkan mimpi peserta KBMN menuju penerbit mayor) dengan dipandu oleh moderator Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd yang juga merupakan seorang penulis yang produktif.

Dalam pertemuan ini Prof Ekoji ingin sharing pengalaman menjadi penulis buku mayor, yaitu karya tulis yang diterbitkan oleh penerbit nasional. Hingga saat ini, Prof Ekoji telah menulis kurang lebih 121 buku mayor semenjak selesai kuliah. Kalau artikel, ia sudah menulis kurang lebih 623 artikel dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Prof Ekoji senang menulis semenjak Sekolah Dasar. Namun tulisan pertamanya baru diterbitkan majalah ketika ia duduk di bangku SMP.

Yang tidak kalah penting untuk diketahui alasannya menulis adalah karena ingin membagi ide, pemikiran, gagasan, dan cerita kepada orang lain (lama-lama jadi ketagihan menulis). Ia merasa bahwa semakin ia banyak membaca buku dan menonton televisi (dulu belum ada internet), semakin tinggi keinginannya untuk menulis.

Buku mayor pertamanya yang terbit adalah di tahun 2000, yaitu dua tahun setelah krisis dan reformasi. Sepuluh bukunya isinya dalah bunga rampai. Setiap buku terdiri dari 50 artikel. Setiap artikel berisi ringkasan SATU TOPIK yang sedang menjadi trend pada saat itu. Prof Ekoji tidak menduga ketika begitu banyak orang yang membelinya, sampai akhirnya jadi ketagihan menulis.

Menurut Prof Ekoji hal lain yang membuat motivasi menulis lebih besar adalah karena banyaknya SMS (dulu belum ada WA) yang masuk ke nomor HP-nya mengucapkan terima kasih atas buku yang dibuatnya. Tentu saja hal tersebut membesarkan hatinya dan ia merasa hidupnya berguna untuk orang lain. Begitulah pentingnya menulis nomor handphone di setiap buku yang ditulisnya.

Prof Ekoji bercerita bahwa ketika tanggal 16 Maret 2020 semua guru dan siswa harus belajar dari rumah, ia memutuskan untuk menjadi youtuber. Setiap hari ia membuat satu youtube yang isinya hal-hal berkaitan dengan PJJ (karena sedang menjadi pembicaraan nasional). Prof Ekoji membuat youtube dengan judul aneh-aneh, seperti gamification, flipped classroom, collaborative learning, metaverse, IOT, big data, dan lain sebagainya.

Barulah ketika Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Om Jay) mengajaknya untuk mengajarkan guru-guru menulis, ia tergerak untuk bereksperimen. Setiap guru dimintanya untuk membuka youtube-nya dengan alamat EKOJI CHANNEL. Kemudian setiap guru dimintanya untuk menuliskan apapun yang ia bicarakan di youtube tersebut. Setelah itu Prof Ekoji memberikan tambahan referensi untuk memperkaya konten. Alhasil, dari 30 guru yang berniat bergabung, 19 buku diterbitkan. Dari 19 buku tersebut, satu buku terpilih jadi Buku Terbaik Nasional versi Perpusnas untuk kategori PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Hingga saat ini kalau tidak salah sudah lebih dari 60 buku guru-guru hebat yang berhasil diterbitkan oleh Penerbit ANDI.

Nah, pada kesempatan baik ini, Prof Ekoji ingin mengajak guru-guru yang tertarik untuk menjadi penulis buku mayor yang diterbitkan untuk mendaftarkan diri. Namun kali ini agak berbeda modelnya. Prof Ekoji akan memberikan SEBUAH TEMA, kemudian dengan bimbingannya dan Ibu Aam Nurhasanah peserta mendalami tema tersebut sehingga menjadi buku. Untuk tema akan dibagikan oleh Prof Ekoji, yang penting peserta berniat serius untuk menulis (targetnya untuk angkatan 28 ini adalah buku-buku sudah masuk ke penerbit untuk dikurasi SEBELUM Idul Fitri).

Prof Ekoji juga menyampaikan bahwa kalau ingin menuliskan buku yang diterbitkan mayor, maka harus mengikuti KEBUTUHAN PASAR. Jadi kita menulis BUKAN UNTUK DIRI SENDIRI, tapi UNTUK ORANG LAIN. Prof Ekoji menyampaikan beberapa contoh judul yang bisa dieksekusi oleh peserta di antaranya: Classroom Design and Management, Community Based Learning, Computer Based Assessment, Competency Based Learning, Computer Adaptive Assessment, The 21st Century Learning Skills (ini adalah judul-judul yang banyak dibutuhkan sekolah-sekolah zaman sekarang).

Prof Ekoji menegaskan pula untuk tidak perlu berpikir panjang-panjang dulu. Mulai dari satu hal yang sederhana. Jangan menuliskan sesuatu yang kita tidak mengerti dan tidak ada sumber referensinya. Di tengah pemaparannya, ada pertanyaan yang menarik dari salah satu peserta KBMN, “Bagaimana cara agar bisa tampil PD (Percaya Diri) dalam menulis berbagai genre?” Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Prof Ekoji bahwa cara PD mudah. Caranya dengan mendaftarkan diri sekarang ke Ibu Aam Nurhasanah dan mengikuti yang dikatakannya. Nanti PD akan muncul dengan sendirinya, “Masak tidak PD Anda jadi penulis pertama dan saya jadi penulis kedua?” Tanya Prof Ekoji sambil menyarankan untuk bertanya kepada Ibu Aam Nurhasanah terkait pengalamannya yang sudah berani menerima ‘tantangan’ yang diberikan.

Prof Ekoji juga menyampaikan bahwa ia lebih senang mengajak rekan-rekan guru untuk BERJALAN BERSAMA, bukan sekedar BERDISKUSI. Kebanyakan orang senangnya berdiskusi dan TAKUT EKSEKUSI. Kalau Prof Ekoji terbalik, langsung EKSEKUSI di bawah bimbingannya, baru berdiskusi nanti kalau ada hambatan. Carilah judul yang ANTI MAINSTREAM. Kalau yang BIASA-BIASA SAJA, biasanya penerbit mayor tidak tertarik menerbitkannya.

Menanggapi pertanyaan dari salah satu peserta -mungkin dialami dan ditanyakan oleh para peserta lainnya- “Dalam menulis tentunya kita membutuhkan referensi untuk membuat satu buku. Idealnya berapa buku referensi yang kita gunakan?” Prof Ekoji menjawab, “Tidak ada aturan mengenai hal ini. Referensi adalah bentuk penghormatan kita terhadap karya orang lain yang butir-butir kontennya kita pakai dalam buku kita. Semakin banyak kita pakai pemikiran orang lain, semakin banyak referensi yang kita pergunakan.”

Karena tema pada pertemuan pada hari ini sangat menarik dan penting, maka dipastikan banyak pertanyaan dari para peserta, seperti yang juga ditanyakan oleh Ibu Ida Farida, “Bagaimana tulisan kita berkualitas dan dipercaya penerbit mayor?” Menurut pendapat Prof Ekoji bahwa “Isi atau konten menarik yang disampaikan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar (yang penting adalah KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI dan KEMAMPUAN BERBAHASA. Konten bisa bebas, hanya imajinasi kita yang membatasinya). Sejauh tulisan kita menarik hati orang lain, pasti banyak yang tertarik. Karena banyak yang tertarik, penerbit akan rebutan menerbitkannya.”

Menjelang akhir pertemuan Prof Ekoji mengatakan bahwa sudah banyak teori, konsep, dan pengalaman dari penulis lain yang disampaikan kepada para peserta semua. Sehingga ia tidak ingin membebani dengan teori-teori baru. Prof Ekoji mengajak peserta-peserta yang BERMIMPI karyanya terpajang di toko buku untuk BERGABUNG dalam batch JANUARI BERSERI yang nanti akan menjadi workshop mingguan membuat buku mayor. Tujuan workshop menulis adalah agar guru-guru BISA MENULIS BUKU bukan sekedar TAHU CARANYA NULIS BUKU. Prof Ekoji menegaskan bahwa dirinya adalah penganut konsep BELAJAR KETIKA BERKARYA, bukan BELAJAR DULU BARU BERKARYA.

Akhirnya, di akhir pertemuan Prof Ekoji menyampaikan bahwa motivasi selalu dimulai dari mimpi. Ia mencontohkan Ibu Aam Nurhasanah berhasil menulis banyak buku karena punya MIMPI bisa melihat namanya di toko buku Gramedia. Tanpa mimpi, tak akan ada motivasi. Seperti kata Laskar Pelangi: “Mimpi . . . adalah kunci . . .”  serta ditutup dengan kalimat inspiratif lainnya, “Practice makes perfect”. Latihan adalah kuncinya. Selamat berkarya!

12 komentar:

  1. Maa syaa Allah jadi terinspirasi untuk jadi penulis ustadz

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari sama-sama belajar untuk menjadi penulis profesional dan mendokumentasikan 'jejak kehidupan' dalam bentuk karya/buku.

      Hapus
  2. Terima kasih Ibu Lilik Kistiana atas apresiasinya. Semoga lebih baik dan bagus lagi di hari-hari berikutnya.

    BalasHapus
  3. Terima kasih Bapak Yamin Mohamad atas motivasinya.

    BalasHapus

Jejak Waktu: Memetik Hikmah di Setiap Langkah Perjalanan Hidup

“ Waktu adalah perjalanan, ambillah pelajaran dari setiap kejadian ” adalah ungkapan yang menggambarkan bagaimana waktu tidak hanya berger...