Jumat, 20 Januari 2023

MENYULAP KARYA ILMIAH MENJADI BUKU

 

 

Hari Senin malam, 16 Januari 2023 mulai pukul 19.00-21.00 WIB Kelas Belajar Menulis Bersama (KBMN) gelombang 28 masih berlanjut dengan menghadirkan tema menarik yang tentunya sangat dinanti oleh para pegiat literasi. Tema pada malam ini adalah “Menulis Buku Dari Karya Ilmiah” bersama narasumber Bapak Eko Daryono, S.Kom alumnus KBMN gelombang 12 dan moderator Ibu Nur Dwi Yanti, S.Pd alumnus KBMN gelombang 24. Narasumber yang hebat pada pertemuan ini akrab disapa Mr. Yons, sosok guru yang bersahaja yang tergerak dan menggerakkan dan membawa dampak bagi dirinya serta lingkungan. Selain sebagai pengajar, juga sebagai penulis, narasumber serta memiliki prestasi yang luar biasa.

Sebelum memulai materi dan untuk memanaskan mesin pikiran dan konsentrasi, moderator menyampaikan kalimat inspiratif dari salah satu peserta “Jangan biarkan mata pena kita mengering menguap tak berarti” di sinilah kita para satria pena berkomitmen dan konsisten untuk berkarya. Moderator juga menyampaikan kalimat inspiratif lainnya dari salah satu tokoh motivational speaker terkenal dari Amerika John Maxwell, menggambarkan passion sebagai “the fuel for will” atau bahan bakar untuk kemauan. Dalam arti passion mengubah “keharusan” menjadi “kemauan”. Jadi ketika kita menginginkan sesuatu, kita akan menemukan tekad untuk melakukannya dan tidak akan berhenti sampai benar-benar mencapainya.

Inilah komitmen dan konsisten dalam menulis, sama halnya saat kita melakukan suatu analisis, menguji suatu tindak penelitian sehingga terbentuklah laporan yang dituangkan dalam karya tulis yang kita kenal karya ilmiah. Namun sayangnya terkadang karya ilmiah tersebut hanya tersimpan di loker lemari kita dan di perpustakaan dan terkadang terlupakan.

Tema pada pertemuan kali ini sekilas teoritis dan bikin pusing, mengingat tidak ada standarisasi konversi KTI (Karya Tulis Ilmiah) menjadi buku. Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para widyaiswara, peneliti LIPI, pakar menulis akhirnya mengerucut pada standar isi buku. Meski demikian, standar tersebut sifatnya tetap fleksibel. Beda penulis kadang beda persepsi.

Sebelum melangkah lebih lanjut, narasumber menjelaskan definisi KTI berdasarkan Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014 “Tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Pertanyaan mendasar berikutnya, apa sajakah yang termasuk KTI? Secara umum KTI ada dua yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku. KTI Nonbuku antara lain: 1) KTI bidang akademis untuk mendapatkan gelar: tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi. 2) KTI hasil penelitian: PTK, PTS, best practice, makalah, artikel, jurnal. 3) KTI berupa ulasan atau resensi. Sementara yang termasuk KTI Buku: 1) Buku bahan ajar: diktat, modul, buku ajar, buku referensi. 2) Buku pengayaan: monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan. 3) Buku kompilasi: bunga rampai, prosiding. Ternyata tidak semua KTI itu berupa buku. Memang secara wujud, PTK, PTS, skripsi, tesis, dan disertasi berupa buku, namun bukan buku. Lebih tepatnya adalah laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.

Adapun untuk struktur penulisan KTI umumnya seperti struktur bab berikut ini:



Struktur di atas umumnya dijadikan sebagai standar dalam menyusun bab-bab dalam KTI meskipun untuk KTI sejenis skripsi, tesis, disertasi, tugas akhir memiliki gaya yang berbeda di setiap kampus. Berikutnya penjelasan tentang perbedaan laporan KTI dan KTI yang dikonversi menjadi buku dapat dilihat di tabel berikut:

Secara substansi isi, tidak ada perbedaan isi laporan KTI dengan isi buku hasil konversinya. Karena sejatinya isi buku mencerminkan keseluruhan isi laporan KTI. Secara sistematika, tentunya gaya penulisan KTI dengan penulisan buku tentu berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian sistematika KTI yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab-sub bab. Secara bahasa, meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga bahasa dalam bukunya lebih luwes, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, dan penulis.

Narasumber juga menjelaskan bagaimana cara mengkonversi KTI menjadi buku?

a.    Memodifikasi Judul

Judul KTI umumnya mengandung unsur: variabel penelitian, objek penelitian, dan setting penelitian (baik tempat maupun waktu). Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif. Contoh buku konversi dari hasil penelitian narasumber sendiri:



b.   Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan

KTI Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah diuraikan di atas. Nah, pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.

c.    Modifikasi Bab I

Bab I yang biasanya PENDAHULUAN boleh tetap dipertahankan judulnya dengan PENDAHULUAN, boleh PEMBUKA atau kata lain yang menggambarkan kemenarikan buku.

Pada konversi PTK yang dibuat oleh narasumber, beliau rubah pendahuluan dengan FENOMENA PEMBELAJARAN TIK yang tentunya berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi buku. Adapun secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab-sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang.

d.   Modifikasi Bab II

Narasumber mencontohkan isi bab II dari PTK yang disusun sebagai berikut:

 


Susunan bab dan sub bab di atas oleh narasumber dirubah dalam gaya penulisan buku sehingga menjadi beberapa bab, yaitu:

 

e.    Modifikasi Bab III

Substansi bab III sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya. Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Benar-benar menghilangkan bab III (maksudnya keseluruhan isi bab III dihilangkan, sebab bunyi bab III sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya), menginclude bab III di bab II (maksudnya konsep pokok terpenting dari bab III digabung dalam bab II) atau menarasikan bab III di awal pembahasan (maksudnya menyampaikan substansi isi bab III sebagai awal pembahasan) sebagai contohnya berikut ini:

 

Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN, maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan.

f.     Modifikasi Bab IV

Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul hasil penelitian dan pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul bab IV.

Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung.

g.    Modifikasi Bab V

Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul PENUTUP. Judul tersebut dapat dipertahankan. Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian.

h.   Modifikasi Lampiran

Lampiran yang disertakan hanyalah instrumen penelitian atau data matang yang mendukung, bukan data-data mentah.

Untuk semakin menambah antusias dan semangat peserta KBMN gelombang 28, narasumber menyampaikan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku:

1.  Keaslian laporan hasil penelitian. Tindakan Plagiat tidak dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak dicek keasliannya. Namun saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang original punya penulis sendiri. Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi disertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya.

2.  Menghindari kompilasi yang terlalu banyak. Include saja pendapat pada ahli yang mendukung substansi ini, sisanya mengembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis. Mengapa demikian, saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya sedang otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca. Kegiatan sekedar meng-copas pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan.

3.  Memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis.

4.  Modifikasi bahasa buku. Hindari pemakaian penanda transisi menurut hal itu sesuai dengan pendapat lebih lanjut si A menyatakan berdasarkan hal tersebut. Termasuk menyebutkan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis.

5. Hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

6.  Wajib menuliskan semua daftar pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.

7. Memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.

Sebelum memasuki akhir pertemuan, moderator menyampaikan bahwa apa yang sudah dipaparkan oleh narasumber Bapak Eko Daryono, S.Kom sangat luar biasa. Bagaimana kita membuka cakrawala kita dalam mengkonversi KTI menjadi buku yang menarik, buku yang memiliki daya jual. Tidak ada kata yang tidak mungkin, bahan sudah ada di depan mata kita. Tinggal bagaimana kita siap berkomitmen dan konsisten dalam mengkonversi sebuah karya tulis ilmiah.

Dan untuk penutup pertemuan, narasumber Bapak Eko Daryono, S.Kom menyampaikan kalimat penutupnya agar kita jangan takut gagal sebelum mencoba. Berdayakan karya kita menjadi buku yang bermanfaat menjadi ladang amal kita. Prinsipnya agar kita mantap menjadikan KTI menjadi buku adalah, “Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah HATI, dan kejujuran adalah hal yang utama”. Eko Daryono – Sang Pena Lereng Lawu. Selamat Berkarya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejak Waktu: Memetik Hikmah di Setiap Langkah Perjalanan Hidup

“ Waktu adalah perjalanan, ambillah pelajaran dari setiap kejadian ” adalah ungkapan yang menggambarkan bagaimana waktu tidak hanya berger...