Menarik sekali tema
pembahasan “Konsep Buku Non Fiksi” pada Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN)
gelombang 28 pada hari Rabu, 8 Februari 2023 pada pukul 19.00 WIB bersama
narasumber hebat Ibu Musiin, M.Pd dan moderator keren Ibu Yandri Novita Sari,
S.Pd.
Fiksi dan non fiksi
tentu dua hal yang berbeda. Perbedaan buku fiksi dan non fiksi di antaranya
bisa ditinjau dari bagian isi buku. Buku fiksi ditulis berdasarkan imajinasi,
sehingga isi dari jenis buku ini lebih banyak cerita yang menghibur dan
membangkitkan emosi. Sedangkan non fiksi adalah suatu karangan yang isinya
bukanlah imajinasi tetapi merupakan suatu karya seni yang faktual atau
mengandung kebenaran.
Moderator mengawali
pertemuan dengan mengatakan bahwa kepintaran dalam mengemas isi buku tentu
menjadi poin penting, bertujuan agar buku yang dihasilkan menjadi bermakna di
setiap lembarannya. Jika kita berbicara tentang buku, maka penulis harus
mengetahui bagaimana konsep buku yang akan ditulis.
Selain memiliki tujuan
dan manfaat, konsep buku juga menjadi strong why penulis agar karya buku
yang sedang digarap bisa tuntas baik berupa buku fiksi maupun buku non fiksi.
jadi bagi seorang penulis mengetahui konsep buku sangat penting karena
berkaitan dengan pola yang akan memudahkan proses penulisan buku. Hal ini juga
agar penulis terhindar dari kemandekan ide atau bahasa kerennya terhindar dari
virus writer’s block.
Selanjutnya moderator
memperkenalkan narasumber yang hebat yaitu Ibu Musiin, M.Pd yang akrab
dipanggil Bu Iin, seorang guru bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri Jawa
Timur. Bu Iin juga merupakan peserta KBMN gelombang 8 yang berhasil duet dengan
Prof. Eko Indrajit. Karya buku mayor beliau berjudul “Literasi Digital
Nusantara; Meningkatkan Daya Saing Generasi Muda Melalui Literasi”. Selain menjadi
penulis, beliau juga founder organisasi swadaya masyarakat YAPSI dan juga
founder PT In Jaya. Kemudian juga tidak kalah hebatnya, alumnus IKIP Negeri
Malang ini juga berhasil menempuh Short Course di SEAMEO RELC di
Singapura pada tahun 2015.
Pada awal paparannya,
narasumber mengajak peserta untuk mengisi polling:
Narasumber menjelaskan
pengertian tulisan non fiksi yaitu tulisan yang bersifat objektif dan berbasis
data dan fakta. Tulisan yang memberikan informasi tentang fenomena-fenomena
aktual yang terjadi yang dapat dibuktikan sumber kebenarannya dengan empirik. Bahasa
yang digunakan juga bersifat denotatif atau apa adanya.
Narasumber berkisah
bahwa ia tidak pernah bermimpi untuk bisa menulis buku, namun ternyata kelas
menulis Omjay menjadi pembuktian bahwa TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN. Kata Prof
Rhenald Kasali, kalau kita berpikir secara opportunity based, kita akan selalu
yakin ada pintu di tengah tembok rintangan. Seperti nasihat Omjay “Menulislah
setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi”.
Narasumber telah
berhasil mengalahkan ketakutan dari dirinya sendiri. Ketakutan itu ternyata
merendahkan potensinya untuk menulis. Narasumber yakin bahwa para peserta KBMN
gelombang 28 ini pasti juga mampu menjadi PEMENANG DENGAN MENERBITKAN TIDAK
HANYA 1 buku namun puluhan buku. Ketakutan yang dirasakan oleh narasumber
ketika menulis buku di antaranya: 1) Takut tidak ada yang membaca; 2) Takut
salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan; 3) Merasa karya orang lain
lebih bagus.
Berikutnya dijelaskan
bahwa dalam penulisan buku non fiksi ada 3 pola yakni:
1. Pola
Hierarkis (buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari
sederhana ke rumit). Contoh: Buku Pelajaran.
2. Pola
Prosedural (buku disusun berdasarkan urutan proses). Contoh: Buku Panduan.
3. Pola
Klaster (buku disusun secara poin per-poin atau butir per-butir. Pola ini
diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini
antar bab setara).
Selanjutnya dalam
proses penulisan buku non fiksi terdiri dari 5 langkah, yakni:
1. Pratulis. Langkah ini ditempuh
dengan:
a. Menentukan tema. Tema bisa
ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku non fiksi adalah
parenting, pendidikan, motivasi, dan lain-lain.
Sebelum menentukan tema ini perlu kiranya penulis melihat trending topic sebagai salah satu inspirasi tema tulisan. Contoh trending topic yang berhubungan dengan Materi platform Merdeka Mengajar: 1) Merdeka Belajar; 2) Kurikulum Merdeka; 3) Perencanaan Pembelajaran; 4) Asesmen; 5) P5; 6) Profil Pelajar Pancasila; 7) Penyesuaian Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid; 8) Perencanaan Untuk Perbaikan Satuan Pendidikan; 9) Rapor Pendidikan Sebagai Sumber Data Perencanaan; 10) Disiplin Positif.
Untuk mengetahui suatu topik menarik atau tidak,
kita bisa mengecek di Google Trends dan membandingkan trend antar topik
di dalamnya.
b. Menemukan ide. Untuk melanjutkan
dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari
berbagai hal, contohnya: pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita di
media massa, status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instragram, imajinasi, mengamati
lingkungan, perenungan, membaca buku, survey, wawancara, dan lain sebagainya. Artinya,
kita tidak akan bisa menulis dengan bagus, jika kita tidak pernah membaca dan
mengupdate pengetahuan kita.
c. Merencanakan jenis tulisan.
Teknik menulis dilakukan agar tulisan yang dihasilkan mampu menyampaikan pesan
kepada pembaca. Jenis tulisan yang dipilih bisa berupa eksposisi
(mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan), deskripsi
(gambaran verbal ihwal manusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian),
argumentasi (membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah
pernyataan), dan narasi (menceritakan rangkaian peristiwa atau kejadian
secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi).
d. Mengumpulkan bahan tulisan.
Apa sajakah yang bisa disebut bahan tulisan? Yang bisa dikategorikan sebagai
bahan tulisan adalah fakta, peristiwa, gagasan, lamunan, keinginan, angan-angan
(khayalan), dan lain-lain. Bahan-bahan tulisan tersebut bisa dikumpulkan dengan
pengamatan, penelitian dan keterlibatan langsung terhadap objek. Bisa pula
dengan mewawancarai sumber bahan atau investigasi.
e. Bertukar pikiran. Setiap manusia
tidak bisa memahami semua hal dalam hidupnya. Untuk itu, manusia perlu saling bertukar
pikiran agar bisa mengomunikasikan beragam jalan pikirannya. Ide yang dipendam
sendiri dan tidak dikolaborasikan dengan ide orang lain, maka bisa jadi hanya
mentok sebagai ide yang kurang berdampak. Oleh sebab itu, kita harus meluapkan
ide kita lewat bertukar pikiran dengan seseorang.
f. Menyusun daftar. Hal ini bisa
dilakukan dengan menentukan tema yang akan ditulis, mencari informasi dari
berbagai sumber, dan mengembangkan tema yang sudah dipilih.
g. Meriset. Riset di sini adalah
kegiatan mencari dan mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk bahan
tulisan, dan berguna untuk mendukung, memperkuat, dan memperkaya tulisan kita.
h. Membuat mind mapping (sebuah
cara dengan mengelompokkan beberapa ide dalam bentuk kerangka yang terstruktur
untuk membantu mengingat atau menganalisis sebuah masalah). Dengan menggunakan mind
mapping penulis juga bisa mendapatkan beberapa manfaat, seperti: membantu
memahami konsep-konsep baru, menemukan ide-ide kreatif, membantu dalam
melakukan presentasi, dan memudahkan dalam merumuskan masalah.
i. Menyusun kerangka. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk acuan dan pengontrol agar tulisan tersebut
terarah dan tidak meluas. Kerangka tulisan dapat menjadi acuan dan pengontrol
tulisan karena kerangka tulisan berisi pokok-pokok bahasan yang akan ditulis.
2. Menulis Draf. Hal ini dilakukan
dengan menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas, dan juga
tidak mementingkan kesempurnaan tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan.
Bagi penulis perlu juga mengetahui
anatomi buku non fiksi, yaitu:
a. Halaman
Judul.
b. Halaman
Persembahan (OPSIONAL).
c. Halaman
Daftar Isi.
d. Halaman
Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh).
e. Halaman
Prakata.
f. Halaman
Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL).
g. Bagian/Bab.
h. Halaman
Lampiran (OPSIONAL).
i. Halaman
Glosarium.
j. Halaman
Daftar Pustaka.
k. Halaman
Indeks.
l. Halaman
Tentang Penulis.
3. Merevisi Draf. Hal ini dilakukan dengan merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian, serta memeriksa gambaran besar dari naskah.
4. Menyunting Naskah (KBBI & PUEBI).
Hal ini dilakukan dengan melihat dan meneliti kembali ejaan, tata bahasa,
diksi, data dan fakta, serta legalitas dan norma.
5. Menerbitkan. Hal ini dilakukan tentunya setelah naskah disiapkan, penerbit telah ditentukan, desain cover buku dan lay-out diselesaikan, modal (jika diperlukan) disiapkan, legalisasi ISBN telah diuruskan, dan harga cetak/jual telah dirumuskan.
Akhirnya, sebagai seorang penulis kita dituntut untuk bisa mengetahui dan memahami dengan baik konsep menulis buku non fiksi dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Untuk menghasilkan sebuah buku yang bermutu dan berkualitas kiranya konsep dan langkah-langkah yang telah disebutkan bisa menjadi pedoman/panduan sebelum menerbitkan buku atau karya lainnya. Selamat menulis!
Lengkap mantap
BalasHapusTerima kasih Ibu Sukmi atas atensinya.
Hapus