Tak terasa perjalanan
Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) gelombang 28 pada hari Jum’at, 10
Februari 2023 sudah memasuki setengah perjalanan dari 30 pertemuan yang
direncanakan. Dalam pengantarnya Omjay selaku founder KBMN menyampaikan
informasi bahwa kapasitas WA group terbaru sampai 1025 peserta. Namun, seiring
perjalanan waktu masih tetap bertahan 944 orang. Harapannya dari 944 orang,
semoga masih ada 100 orang yang mampu bertahan menulis setiap hari. Sebab
menulis dan membaca sudah menjadi sebuah kebutuhan. Sama halnya kita makan dan
minum. Bila tak minum kita merasa haus, bila tak makan kita merasa lapar.
“Bila kita mempunyai
komitmen menulis, maka kumpulan tulisan di blog akan menjelma menjadi buku yang
bermutu. Kita mengumpulkan sedikit demi sedikit tulisan yang berserakan di blog
sendiri”. Menutup pengantar ini, tidak lupa Omjay
menyampaikan mantra ajaibnya MENULISLAH SETIAP HARI DAN BUKTIKAN APA YANG
TERJADI.
Pertemuan hari ini
mempertemukan narasumber keren Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd (seorang
penulis dan editor profesional, dengan menyandang kelulusan ujian sertifikasi
lewat skema Sertifikasi Penulisan Buku Non Fiksi) dan moderator yang tidak
kalah keren juga yaitu Ibu Arofah Afifi, S.Pd dengan tema yang sangat keren
“Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis”.
Mengawali acara KBMN
sekaligus untuk membakar motivasi peserta KBMN, narasumber menyampaikan kalimat
inspiratif dari Stephen King “Saat-saat yang paling menakutkan dalam menulis
adalah tepat ketika kamu belum memulainya” yang disambung dengan kalimat
inspiratif lainnya “Jika ditanya, ‘Bagaimana kamu menulis? Saya akan
menjawab, satu demi satu kata”. Tulis dan rangkailah kata demi kata,
kalimat demi kalimat hingga membentuk suatu kisah yang panjang yang disebut
suatu karya. Mulailah menulis dengan perlahan-lahan dan yakinlah karyamu akan
berhasil.
Hal lain yang
disampaikan oleh moderator terkait pentingnya menulis buku, di antaranya: 1)
Salah satu sarana untuk memberikan apresiasi pada diri sendiri atas hasil karya
yang telah selesai dibuat (artinya kita pantas menghargai diri kita sendiri);
2) Sebagai personal branding, sehingga memberi motivasi diri untuk lebih
berkarya, juga memberi manfaat kepada orang banyak; 3) Sebagai bukti sejarah
bahwa kita pernah hidup di dunia ini, sehingga kita akan semakin
sungguh-sungguh dengan membuat dan menyusun buku secara sistematis.
Mengawali paparannya,
narasumber menyapa para peserta dan memberikan kalimat dan motivasi inspiratif,
di antaranya: 1) Menulis adalah sesuatu yang unik ketika baru dimulai apalagi
kalau belum terbiasa (termasuk kebingungan mau melakukan apa); 2) Ternyata menulis
adalah sesuatu yang membuat ketagihan layaknya kripik singkong (jika senantiasa
dikunyah akan selalu dirindukan, demikian halnya dengan menulis); 3) Menulis
harus dibiasakan setiap hari; 4) Semua hal bisa jadi bahan tulisan. Apa yang
dilihat, dirasakan, dibayangkan dan bahkan dialami bisa dituliskan di blog
pribadi, blog Kompasiana, atau yang lainnya.
Lalu, bagaimana dengan
penyusunan dan pengeditan naskah buku? Narasumber menjelaskan bahwa semua buku
yang ditulisnya, penyusunan dan pengeditannya dipelajarinya secara otodidak. Narasumber
menggunakan versi gratis tanpa aplikasi tambahan yang ada pada MS Word. Sebenarnya
ada aplikasi yang bisa digunakan agar tulisan naskah buku itu bisa “sistematis”
yaitu Zotero dan Mendeley yang populer di kalangan mahasiswa dan akademisi.
Untuk lebih memperdalam
pembahasan pada pertemuan ini, narasumber membagikan tips dalam menyusun buku
secara sistematis yang terangkai dalam CLBK:
1. COBALAH. Menulis, menyusun,
dan mengedit naskah buku tidak bisa menjadi ala bisa karena biasa semata tanpa
ada perCOBAan. Dengan mencoba, maka akan timbul rasa penasaran untuk
menjalaninya. Ada pahit, manis, asam, asin, kecewa dan bahagia kala mencoba.
Percobaan mendorong kita untuk
berbuat lebih untuk menjawab rasa penasaran. Pertanyaannya, apakah sekedar
selesai mencoba atau mau melanjutkan? Jika hendak melanjutkan maka kita pindah
ke tips berikutnya.
2. LAKUKAN dengan segera. Praktikkan
sekaligus biarkan mengalir bersama jari-jari mungil kita. Melakukan proses
lebih dalam menulis membutuhkan dorongan lebih pula. Tidak hanya dorongan untuk
membuat tulisan, yang lebih utama adalah niat menghilangkan rasa penasaran di
pikiran. Penasaran tentang apa yang akan saya tulis, susun, dan terbitkan.
3. Ketika
menulis harus menjadi sebuah budaya, maka BUDAYAKAN! bersama dengan
praktik menyusun dan mengedit naskah. Menghasilkan sebuah karya tulisan
sederhana tidak bisa tercapai dengan maksimal jika didorong oleh paksaan. Membudayakan
menulis adalah proses menuju karya.
4. KONSISTEN adalah langkah
pamungkas dalam teori menulis, menyusun, dan mengedit naskah yang selama ini
dilakukan. Budaya menulis yang baik adalah ketika kita menjadi konsisten dalam
mempraktikkannya.
Untuk lebih memperdalam
pengetahuan dan wawasan terkait tema pembahasan, kiranya perlu ditampilkan 1-4
pertanyaan dan jawaban dari narasumber:
1. Pertanyaan dari
Ibu Milma (Bengkulu), “Bagaimana menemukan e-book
gratis yang bisa dimasukkan ke Mendeley? Dan jika DOI dari jurnal terkunci,
bisakah membukanya dengan gratis?”
Jawaban narasumber,
“Caranya sangat gampang dengan masuk ke pdfdrive. Di sana ada ribuan bahkan
jutaan buku-buku online dengan versi gratis untuk kita gunakan. Pdfdrive adalah
perpustakaan portable saya dan ini linknya: https://www.pdfdrive.com/
Terkait DOI jurnal terkunci, maka
kita harus mengikuti petunjuk/anjuran/aturan dari penerbit jurnal tersebut. Biasanya
berbayar, makanya tertutup. Saya baru sekali menggunakan Mendeley dan Zotero,
jadi kurang familiar lagi. Sudah terlanjur suka versi MS Word.
2. Pertanyaan Ibu
Dewi Indria (Kalimantan Tengah), “Apakah sistematika
penulisan ini berlaku untuk penulisan non fiksi atau juga karya fiksi? kalau
memang untuk keduanya, sistematika penulisan yang benar untuk buku fiksi
seperti apa?”
Jawaban narasumber,
“Kebetulan saya sudah menulis buku fiksi dan non fiksi. Metode di MS Word itu
yang saya gunakan. Langkah-langkahnya sama, yang membedakan adalah pengisian
indeks dan daftar pustakanya”.
3. Pertanyaan dari
Bapak Evridus Mangung, “Jika buku kita adalah kumpulan
artikel yang ditulis di blog dari hasil resume KBMN gelombang 28. Bagaimana menyusun
judul dan bab-nya, sementara setiap pertemuan dibahas masing-masing tema yang
berbeda?”
Jawaban narasumber,
“Langsung praktikkan saja di MS Word. Berikan judul sesuai judul materi tiap
pertemuan. Tinggal mengurutkan yang sama atau mirip topiknya, sehingga naskah
bukunya menjadi buku solo bentuk bunga rampai”.
4. Pertanyaan dari
Ibu Yulis Setyaningsih (Banyuwangi), “Apakah menulis di
buku sistematika penulisannya sama dengan kita menulis non fiksi di blog?”
Jawaban narasumber, “Menulis di blog sebenarnya bebas, tinggal mengikuti tools yang ada di template sehingga lebih teratur dan menarik untuk dibaca. Bagi saya metode menulis buku sedikit berbeda dengan menulis di blog. Uniknya, naskah di blog bisa dijadikan naskah buku dan naskah buku bisa dijadikan resensi di blog”.
Akhirnya, dengan memahami ilmu dan pengalaman dari narasumber dengan baik, sudah saatnya kita melangkah untuk CLBK (Coba, Lakukan, Budayakan, dan Konsisten) guna terbitnya sebuah buku, buku, dan buku. Menulislah, tuliskan apa saja, dan terbitkan bukumu, serta jadilah bagian dari peradaban. Selamat menulis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar