Minggu, 12 Februari 2023

LANGKAH MENYUSUN BUKU SECARA SISTEMATIS

 

Tak terasa perjalanan Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) gelombang 28 pada hari Jum’at, 10 Februari 2023 sudah memasuki setengah perjalanan dari 30 pertemuan yang direncanakan. Dalam pengantarnya Omjay selaku founder KBMN menyampaikan informasi bahwa kapasitas WA group terbaru sampai 1025 peserta. Namun, seiring perjalanan waktu masih tetap bertahan 944 orang. Harapannya dari 944 orang, semoga masih ada 100 orang yang mampu bertahan menulis setiap hari. Sebab menulis dan membaca sudah menjadi sebuah kebutuhan. Sama halnya kita makan dan minum. Bila tak minum kita merasa haus, bila tak makan kita merasa lapar.

“Bila kita mempunyai komitmen menulis, maka kumpulan tulisan di blog akan menjelma menjadi buku yang bermutu. Kita mengumpulkan sedikit demi sedikit tulisan yang berserakan di blog sendiri”. Menutup pengantar ini, tidak lupa Omjay menyampaikan mantra ajaibnya MENULISLAH SETIAP HARI DAN BUKTIKAN APA YANG TERJADI.

Pertemuan hari ini mempertemukan narasumber keren Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd (seorang penulis dan editor profesional, dengan menyandang kelulusan ujian sertifikasi lewat skema Sertifikasi Penulisan Buku Non Fiksi) dan moderator yang tidak kalah keren juga yaitu Ibu Arofah Afifi, S.Pd dengan tema yang sangat keren “Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis”.

Mengawali acara KBMN sekaligus untuk membakar motivasi peserta KBMN, narasumber menyampaikan kalimat inspiratif dari Stephen King “Saat-saat yang paling menakutkan dalam menulis adalah tepat ketika kamu belum memulainya” yang disambung dengan kalimat inspiratif lainnya “Jika ditanya, ‘Bagaimana kamu menulis? Saya akan menjawab, satu demi satu kata”. Tulis dan rangkailah kata demi kata, kalimat demi kalimat hingga membentuk suatu kisah yang panjang yang disebut suatu karya. Mulailah menulis dengan perlahan-lahan dan yakinlah karyamu akan berhasil.

Hal lain yang disampaikan oleh moderator terkait pentingnya menulis buku, di antaranya: 1) Salah satu sarana untuk memberikan apresiasi pada diri sendiri atas hasil karya yang telah selesai dibuat (artinya kita pantas menghargai diri kita sendiri); 2) Sebagai personal branding, sehingga memberi motivasi diri untuk lebih berkarya, juga memberi manfaat kepada orang banyak; 3) Sebagai bukti sejarah bahwa kita pernah hidup di dunia ini, sehingga kita akan semakin sungguh-sungguh dengan membuat dan menyusun buku secara sistematis.

Mengawali paparannya, narasumber menyapa para peserta dan memberikan kalimat dan motivasi inspiratif, di antaranya: 1) Menulis adalah sesuatu yang unik ketika baru dimulai apalagi kalau belum terbiasa (termasuk kebingungan mau melakukan apa); 2) Ternyata menulis adalah sesuatu yang membuat ketagihan layaknya kripik singkong (jika senantiasa dikunyah akan selalu dirindukan, demikian halnya dengan menulis); 3) Menulis harus dibiasakan setiap hari; 4) Semua hal bisa jadi bahan tulisan. Apa yang dilihat, dirasakan, dibayangkan dan bahkan dialami bisa dituliskan di blog pribadi, blog Kompasiana, atau yang lainnya.

Lalu, bagaimana dengan penyusunan dan pengeditan naskah buku? Narasumber menjelaskan bahwa semua buku yang ditulisnya, penyusunan dan pengeditannya dipelajarinya secara otodidak. Narasumber menggunakan versi gratis tanpa aplikasi tambahan yang ada pada MS Word. Sebenarnya ada aplikasi yang bisa digunakan agar tulisan naskah buku itu bisa “sistematis” yaitu Zotero dan Mendeley yang populer di kalangan mahasiswa dan akademisi.

Untuk lebih memperdalam pembahasan pada pertemuan ini, narasumber membagikan tips dalam menyusun buku secara sistematis yang terangkai dalam CLBK:

1.  COBALAH. Menulis, menyusun, dan mengedit naskah buku tidak bisa menjadi ala bisa karena biasa semata tanpa ada perCOBAan. Dengan mencoba, maka akan timbul rasa penasaran untuk menjalaninya. Ada pahit, manis, asam, asin, kecewa dan bahagia kala mencoba.

Percobaan mendorong kita untuk berbuat lebih untuk menjawab rasa penasaran. Pertanyaannya, apakah sekedar selesai mencoba atau mau melanjutkan? Jika hendak melanjutkan maka kita pindah ke tips berikutnya.

2. LAKUKAN dengan segera. Praktikkan sekaligus biarkan mengalir bersama jari-jari mungil kita. Melakukan proses lebih dalam menulis membutuhkan dorongan lebih pula. Tidak hanya dorongan untuk membuat tulisan, yang lebih utama adalah niat menghilangkan rasa penasaran di pikiran. Penasaran tentang apa yang akan saya tulis, susun, dan terbitkan.

3. Ketika menulis harus menjadi sebuah budaya, maka BUDAYAKAN! bersama dengan praktik menyusun dan mengedit naskah. Menghasilkan sebuah karya tulisan sederhana tidak bisa tercapai dengan maksimal jika didorong oleh paksaan. Membudayakan menulis adalah proses menuju karya.

4. KONSISTEN adalah langkah pamungkas dalam teori menulis, menyusun, dan mengedit naskah yang selama ini dilakukan. Budaya menulis yang baik adalah ketika kita menjadi konsisten dalam mempraktikkannya.

Untuk lebih memperdalam pengetahuan dan wawasan terkait tema pembahasan, kiranya perlu ditampilkan 1-4 pertanyaan dan jawaban dari narasumber:

1. Pertanyaan dari Ibu Milma (Bengkulu), “Bagaimana menemukan e-book gratis yang bisa dimasukkan ke Mendeley? Dan jika DOI dari jurnal terkunci, bisakah membukanya dengan gratis?”

Jawaban narasumber, “Caranya sangat gampang dengan masuk ke pdfdrive. Di sana ada ribuan bahkan jutaan buku-buku online dengan versi gratis untuk kita gunakan. Pdfdrive adalah perpustakaan portable saya dan ini linknya: https://www.pdfdrive.com/

Terkait DOI jurnal terkunci, maka kita harus mengikuti petunjuk/anjuran/aturan dari penerbit jurnal tersebut. Biasanya berbayar, makanya tertutup. Saya baru sekali menggunakan Mendeley dan Zotero, jadi kurang familiar lagi. Sudah terlanjur suka versi MS Word.

2. Pertanyaan Ibu Dewi Indria (Kalimantan Tengah), “Apakah sistematika penulisan ini berlaku untuk penulisan non fiksi atau juga karya fiksi? kalau memang untuk keduanya, sistematika penulisan yang benar untuk buku fiksi seperti apa?”

Jawaban narasumber, “Kebetulan saya sudah menulis buku fiksi dan non fiksi. Metode di MS Word itu yang saya gunakan. Langkah-langkahnya sama, yang membedakan adalah pengisian indeks dan daftar pustakanya”.

3. Pertanyaan dari Bapak Evridus Mangung, “Jika buku kita adalah kumpulan artikel yang ditulis di blog dari hasil resume KBMN gelombang 28. Bagaimana menyusun judul dan bab-nya, sementara setiap pertemuan dibahas masing-masing tema yang berbeda?”

Jawaban narasumber, “Langsung praktikkan saja di MS Word. Berikan judul sesuai judul materi tiap pertemuan. Tinggal mengurutkan yang sama atau mirip topiknya, sehingga naskah bukunya menjadi buku solo bentuk bunga rampai”.

4. Pertanyaan dari Ibu Yulis Setyaningsih (Banyuwangi), “Apakah menulis di buku sistematika penulisannya sama dengan kita menulis non fiksi di blog?”

Jawaban narasumber, “Menulis di blog sebenarnya bebas, tinggal mengikuti tools yang ada di template sehingga lebih teratur dan menarik untuk dibaca. Bagi saya metode menulis buku sedikit berbeda dengan menulis di blog. Uniknya, naskah di blog bisa dijadikan naskah buku dan naskah buku bisa dijadikan resensi di blog”.

    Akhirnya, dengan memahami ilmu dan pengalaman dari narasumber dengan baik, sudah saatnya kita melangkah untuk CLBK (Coba, Lakukan, Budayakan, dan Konsisten) guna terbitnya sebuah buku, buku, dan buku. Menulislah, tuliskan apa saja, dan terbitkan bukumu, serta jadilah bagian dari peradaban. Selamat menulis!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejak Waktu: Memetik Hikmah di Setiap Langkah Perjalanan Hidup

“ Waktu adalah perjalanan, ambillah pelajaran dari setiap kejadian ” adalah ungkapan yang menggambarkan bagaimana waktu tidak hanya berger...