Hari ini Sabtu, 18 Februari 2023 M bertepatan dengan 27 Rajab 1444 H diselenggarakan peringatan haul seorang ahli al-Qur’an dan agama, ‘arif billah, ‘alim Rabbani, serta pakar bahasa Arab yaitu K. H. M. Basori Alwi yang ke-3. Kegiatan ini dilangsungkan di kompleks makam Pesantren Ilmu Al Qur’an Ba Murtadho Tamanharjo Singosari Malang dan dihadiri ribuan orang yang terdiri dari keluarga, murid, para pecinta, dan masyarakat umum. Antusiasme yang tinggi dari orang-orang yang hadir memberi bukti bahwa K. H. M. Basori Alwi adalah sosok ulama ahlussunnah wal jama’ah yang dicintai oleh Allah dan mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat.
K.
H. M. Basori Alwi di samping dikenal sebagai ahli al-Qur’an, juga tidak bisa
dilepaskan dari kepakaran beliau di bidang bahasa Arab. Hal ini terbukti dari magnum
opus beliau kitab “Madarij al-Durus al-Arabiyah” yang terdiri dari jilid
1-4. Sebuah karya monumental yang beliau susun sekitar tahun 1950 saat menetap
di Surabaya sebagai guru Madrasah Ibtidaiyah. Lalu pada saat beliau menjadi
pengajar di PGA dan PGAA di Surabaya antara tahun 1951-1953 masih terus
mengembangkan kitab ini. Akhirnya, kitab “Madarij al-Durus al-Arabiyah” mencapai
tahap final dan siap cetak pada tahun 1973-1974. Pada tahun 1976 kitab “Madarij
al-Durus al-Arabiyah” secara resmi digunakan sebagai buku ajar untuk tingkat
dasar atau Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) di seluruh Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
Kep/DIII/140/76 Tanggal 14 Juni 1976.
Karya beliau ini menjadi rujukan penting dalam pengajaran bahasa Arab hingga saat ini. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya lembaga formal seperti sekolah atau madrasah maupun lembaga non formal seperti Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah yang memanfaatkan kitab “Madarij al-Durus al-Arabiyah” ini. Dan tidak sedikit pula yang menjadikannya sebagai obyek penelitian dan kajian ilmiah. Tidak berlebihan kiranya, berkat ketekunan dan kegigihan beliau dalam menyebarkan bahasa Arab dan mampu melahirkan warisan intelektual yang diakui sepanjang masa, pada tahun 2014, King Abdullah bin Abdulaziz International Center for the Arabic Language (KAICAL) menobatkan K. H. M. Basori Alwi sebagai tokoh bahasa Arab atas kontribusi beliau dalam mensyiarkan bahasa Arab dan al-Qur’an di Indonesia.
Perhatian dan dedikasi beliau sangatlah besar terhadap bahasa yang diputuskan menjadi bahasa resmi internasional keenam oleh Majelis Umum dan komite utama PBB pada tahun 1973. Pada tanggal 18 Desember UNESCO menetapkannya sebagai Hari Bahasa Arab Sedunia (World Arabic Language Day) pada tahun 2010. Pengalaman panjang K. H. M. Basori Alwi dalam menimba ilmu khususnya bahasa Arab tidak perlu diragukan lagi dan sangat perlu untuk dijadikan sebagai qudwah hasanah (suri teladan yang baik) dan motivasi bagi generasi Muslim dalam mencari ilmu. Sejak muda K. H. M. Basori Alwi sudah tekun belajar bahasa Arab. Tercatat beliau pernah berguru kepada Syekh Mahmud Al-Ayyubi dari Irak, Sayyid Abdur Rahman bin Syihab Al-Habsyi (sewaktu di Solo), Syekh Ismail dari Banda Aceh, dan Ustadz Abdullah bin Nuh dari Bogor (sewaktu di Yogyakarta) pengasuh Pondok Pesantren Al-Ghozali dan redaktur siaran berbahasa Arab di RRI Yogyakarta ketika masih menjadi ibukota darurat RI.
Setelah mengarungi perjalanan panjang dalam menimba ilmu khususnya bahasa Arab, yang menjadikan kemampuan kebahasaan beliau semakin terasah, sehingga bisa beliau tuliskan dalam sebuah karya yang bisa mengantarkan generasi Muslim menjadi cinta terhadap bahasa al-Qur’an dan paham sumber utama agamanya. Hadirnya kitab “Madarij al-Durus al-Arabiyah” menjadi indikator jelas sebagai kitab yang mampu menghantarkan dan membisakan para peserta didik mulai dari nol hingga mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis bahasa Arab dengan baik dan benar. Sebagai bukti nyata kita bisa melihat berapa banyak alumni Pesantren Ilmu Al Quran (PIQ) Singosari Malang yang bisa membaca kitab kuning, serta mampu memahami dua sumber utama hukum Islam (al-Qur’an dan hadis) dengan baik dan benar. Hal ini menjadi barometer yang valid akan kepakaran beliau di bidang bahasa Arab.
Berdasarkan
pengalaman belajar bahasa Arab langsung kepada almaghfurlah K. H. M.
Basori Alwi, penulis berpendapat bahwa beliau adalah sosok pengajar bahasa Arab
profesional dan mumpuni. K. H. M. Basori Alwi mampu merumuskan sebuah metode
yang mampu mengkombinasikan pembelajaran keterampilan berbahasa yang meliputi istima’
(menyimak), kalam (berbicara), qira’ah (membaca), dan kitabah
(menulis) dalam satu pertemuan. Di mana umumnya pembelajaran masing-masing
keterampilan berbahasa (maharah lughawiyah) ini diajarkan secara
terpisah dan dalam pertemuan yang berbeda.
Kepiawaian
K. H. M. Basori Alwi dalam meramu metode “all in one” ini membuat para peserta
didik yang beliau ajar menjadi cepat paham, dan kemampuan berbahasa Arab mereka
meningkat secara signifikan. Dalam mengajarkan bahasa Arab dengan menggunakan
metode “all in one” ini K. H. M. Basori Alwi membagi jumlah peserta
didik yang berada di kelas menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok bisa terdiri
dari 5-6 peserta didik), dan setiap kelompok dibekali papan tulis khusus.
Sebelum para peserta didik masuk kelas, K. H. M. Basori Alwi telah memberi tugas kepada setiap kelompok yang telah dibentuk untuk berdiskusi atau bermusyawarah terkait tema yang dibahas. Dalam diskusi atau musyawarah ini, para peserta didik diharapkan dapat saling bertukar pikiran (tabadul al-ara’) dalam memahami materi pembahasan dengan baik dan benar. Untuk mengetahui dan menilai sejauh mana pemahaman para peserta didik terhadap materi yang dibahas, K. H. M. Basori Alwi menugaskan kepada setiap kelompok untuk membuat 2-3 pertanyaan beserta jawabannya. Untuk memperdalam materi pembahasan, setiap kelompok dapat mengkaji kitab-kitab klasik (kutub al-turats) atau kitab-kitab yang relevan dengan tema pembahasan guna memperdalam materi serta menghasilkan pertanyaan dan jawaban yang lebih variatif dan informatif. Di samping itu, K. H. M. Basori Alwi juga meminta peserta didik untuk mempersiapkan pidato berbahasa Arab (khitobah) dari tema yang dibahas untuk ditampilkan pada pertemuan berikutnya.
Ketika
akan dimulainya kegiatan belajar dan mengajar, K. H. M. Basori Alwi terlebih
dahulu mengecek kesiapan papan tulis dari setiap kelompok. Selanjutnya beliau
meminta kepada 1 peserta didik yang menjadi perwakilan dari setiap kelompok
untuk menuliskan hasil diskusi atau musyawarah (berupa pembuatan 2-3 pertanyaan
beserta jawabannya) di papan tulis. Di saat perwakilan dari setiap kelompok
sedang menuliskan pertanyaan dan jawaban di papan tulis, K. H. M. Basori Alwi
meminta peserta didik dari setiap kelompok secara bergantian untuk maju ke
depan para peserta didik lainnya untuk menyampaikan pidato berbahasa Arab (khitobah)
seputar tema yang sedang dibahas. Jadi ada kesamaan antara tema yang
disampaikan secara lisan (al-ta’bir syafahy) maupun secara tulisan (al-ta’bir
al-tahriry). Dalam proses ini K. H. M. Basori Alwi telah mengajarkan
keterampilan berbicara (maharah kalam).
Ketika pidato berbahasa Arab (khitobah) disampaikan oleh salah satu peserta didik yang ditunjuk oleh K. H. M. Basori Alwi, maka secara otomatis para peserta didik lain menyimak dengan baik pidato tersebut. Dalam kegiatan ini K. H. M. Basori Alwi telah mengajarkan keterampilan menyimak (maharah istima’). Setelah setiap perwakilan dari masing-masing kelompok menyampaikan pidato berbahasa Arab (khitobah) dan disimak dengan baik oleh para peserta didik lainnya, berikutnya K. H. M. Basori Alwi mengajak seluruh peserta didik untuk fokus bersama-sama melakukan pembahasan dan koreksi terhadap beberapa soal dan jawaban yang sudah ditulis di papan tulis oleh masing-masing kelompok.
Dalam
pembahasan dan koreksi ini, K. H. M. Basori Alwi dengan detail dan teliti
memberikan komentar dan pendapat beliau terkait kebenaran isi dari soal dan
jawaban yang telah ditulis. Pada kesempatan inilah beliau banyak memberikan dan
mengenalkan bentuk-bentuk uslub (gaya bahasa) lain yang bisa dipakai
dalam kalimat yang dibahas. Sehingga tidak mengherankan kalau dalam sebuah
kalimat, beliau mampu mengungkapkan dalam 3-5 bahkan lebih dari uslub
lain yang bisa dipakai. Hal ini menunjukkan akan keluasan dan kedalaman ilmu
beliau dalam bidang bahasa Arab. Dalam kegiatan ini beliau telah mengajarkan
keterampilan menulis (maharah kitabah).
Selanjutnya,
setelah semua soal dan dan jawaban dibahas bersama serta dilakukan koreksi dan
pembenaran (tashih), maka pada langkah pembelajaran berikutnya beliau
mengajak dan meminta seluruh peserta didik untuk membaca soal-soal dan
jawaban-jawaban dari setiap kelompok yang sudah dikoreksi di papan tulis dengan
bacaan yang nyaring (qira’ah jahriyah). Dalam proses pembelajaran ini K.
H. M. Basori Alwi telah mengajarkan keterampilan membaca (maharah qira’ah).
Ya
lahu min amrin ‘ajiib, sebuah metode brilian yang dirumuskan
oleh seorang pendidik ulung dan profesional dalam pembelajaran bahasa Arab.
Karena metode sebagaimana diketahui memegang peranan yang sangat penting dalam
sebuah pembelajaran. Hal ini selaras dengan ungkapan “Ath-Thariqah ahammu
min al-maddah” (metode lebih penting dari materi). Materi apapun yang
disampaikan, jika menggunakan metode yang benar, maka akan dapat diterima
para peserta didik dengan baik. Sebaliknya, materi yang telah dipersiapkan
dengan matang, akan menjadi hampa, tanpa metode yang baik. Terima kasih banyak
wahai guru mulia syaikhul futuh wa murabbir-ruh atas dedikasi dan
kontribusi panjenengan dalam menyebarkan dan mengajarkan bahasa al-Qur’an. Semoga
ilmu yang telah panjenengan ajarkan kepada kami menjadi berkah dan bermanfaat,
teriring doa semoga Allah menempatkan panjenengan di surga tertinggi-Nya, Aamiin.
Lahul Fatihah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar