Senin, 06 Maret 2023

MENERBITKAN BUKU SEMAKIN MUDAH DI PENERBIT INDIE

 

Langkah apa yang kita lakukan setelah karya kita selesai kita tuangkan dalam draft buku? Tentu saja PENERBIT. Apakah itu penerbit mayor? Penerbit Mayor lebih selektif dalam memilih karya yang akan dicetaknya. Jangan risau kawan, masih ada penerbit INDIE yang akan membantu mewujudkan mimpi kita memiliki buku solo sendiri.

Itulah sedikit ‘provokasi’ untuk tema pertemuan ke-23 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) gelombang 28 pada hari Rabu, 1 Maret 2023 bersama narasumber Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd (seorang penulis yang puluhan tulisannya sudah dimuat di berbagai media cetak seperti Tabloid Bola, Harian Bola, Tabloid Soccer, serta ada juga yang dimuat di Harian Kompas, Kedaulatan Rakyat, Warta Kota, Media Indonesia, dan Majalah Hidup) dan didampingi moderator Ibu Nur Dwi Yanti, S.Pd.

Mengawali acara moderator menyampaikan bahwa menerbitkan buku di penerbit indie atau independen dapat menjadi pilihan yang menarik jika kita ingin mengontrol proses penerbitan dan distribusi buku secara mandiri, mengapa? Karena ada banyak kemudahan bagi kita. Jika melalui penerbit mayor tentu saja kita harus siap menanti dan ada kriteria sehingga buku kita diterima dan masuk kualifikasi di penerbit mayor. Di penerbit indie, kita dapat mengajukan dan mengontrol distribusi sesuai keinginan kita.

Narasumber dalam paparan awalnya menyampaikan bahwa menerbitkan buku sekarang ini semakin mudah karena ada penerbit indie yang menerima naskah tanpa seleksi. Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Erlangga, Elex Media, ANDI, dan lain-lain. Penerbit mayor menerapkan seleksi naskah, sehingga belum tentu naskah kita diterima. Memang itu dilakukan agar penerbit mayor mendapat naskah yang benar-benar berkualitas dan diperkirakan akan laku di pasaran.

Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang mencoba mengirim naskah ke beberapa penerbit hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Penolakan naskah menjadi makanan sehari-hari penulis. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. Kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut berupa naskah pasti diterbitkan, proses penerbitan mudah dan cepat (menerbitkan di penerbit mayor bisa lebih dari setahun prosesnya, kalau di penerbit indie dalam hitungan bulan saja). Narasumber bukan bermaksud bahwa penerbit indie itu lebih baik. Indie maupun mayor punya kelebihan dan kekurangan. Maksud narasumber adalah menggunakan jasa penerbit indie maupun mayor perlu waktu yang tepat untuk penulis.

Narasumber juga menambahkan bahwa untuk penulis pemula yang baru pertama kali akan menerbitkan buku, bisa dicoba mengawali di penerbit indie. Jika bukunya cepat terbit akan menjaga semangat menulis. Akan ada waktunya kita perlu merasa upgrade jika sudah sering menerbitkan di penerbit indie. Tentu kita perlu tantangan lagi dalam menulis. Barulah penerbit mayor tepat untuk penulis yang ingin upgrade. Jadi begitulah penerbit indie dan mayor saling mendukung untuk para penulis.

Selanjutnya narasumber menjelaskan ciri-ciri penerbit indie. Bagi penulis pemula tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Memang kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya-biaya untuk mendapat fasilitas penerbitan, atau jika ingin cetak ulang. Tapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan.

Penerbit indie ada banyak. Kita bisa memilih penerbit berdasarkan selera atau kondisi masing-masing. Sebagai tips berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penerbit indie:

Ø Biaya penerbitan.

Ø Fasilitas penerbitan yang didapat penulis.

Ø Batas maksimal jumlah halaman.

Ø Ketentuan dan biaya cetak ulang.

Ø Apakah dapat master PDF?

Ø Jumlah buku yang didapat penulis.

Narasumber akan membantu penulis menghubungkan ke penerbit yang sudah terpercaya dan terjamin kualitasnya. Sejak Juli 2020, narasumber membantu peserta KBMN memilihkan dan menghubungkan ke penerbit. Mengapa narasumber membantu menghubungkan penulis ke penerbit?

Jadi penulis tidak merasa sendirian dalam proses penerbitan buku. Ada narasumber yang mendampingi dan menjawab berbagai pertanyaan seputar proses penerbitan. Sehingga penulis merasa tenang bahwa buku pasti akan terbit. Narasumber juga sering mendapat cerita kasus hambatan yang dialami peserta KBMN dalam menerbitkan buku yaitu:

Ø Biaya mahal.

Ø Biaya murah bahkan gratis di awal, namun jadi mahal akhirnya.

Ø Ketidakjelasan nasib naskah setelah berbulan-bulan.

Ø Ketentuan berubah-ubah tidak sesuai di awal.

Ø Ada ketentuan yang tidak disampaikan di awal.

Melihat kasus-kasus tersebut, maka narasumber membantu penulis memilihkan penerbit yang sudah terpercaya dengan harga terjangkau dan mengawal sampai naskah terbit menjadi buku. Narasumber menjelaskan bahwa dengan biaya 400.000 saja, penulis dapat 2 buku. Selanjutnya disampaikan juga daya tarik penerbit ini:

Ø Biaya terjangkau, tidak perlu sampai jutaan rupiah.

Ø Jumlah maksimal halaman sangat banyak yaitu 280 halaman A5. Jadi penulis tidak kena biaya tambahan halaman walaupun bukunya setebal 280 halaman A5.

Ø Penerbit ini menjualkan buku terbitannya di tokopedia dan shopee.

Tidak lupa narasumber menyampaikan bahwa menerbitkan buku perlu waktu untuk proses terbit. Bukan seperti fotocopy yang sehari jadi. Jadi jangan minta ada deadline kapan buku harus terbit. Misalkan karena untuk kenaikan pangkat, buku diminta agar terbit secepatnya. Penulis bisa memperhitungkan waktu proses penerbitan sampai 3 bulan jika ISBN, karena ISBN sekarang prosesnya ketat.

Untuk lebih memperdalam materi pembahasan pada pertemuan ini, berikut dipaparkan beberapa pertanyaan peserta KBMN dan jawaban narasumber:

1.    Pertanyaan dari Ibu Imaro’atus Sholihah (Jombang):

a.    Apa yang membedakan antara penerbit indie, self publishing, dan mayor?

Sebenarnya bisa dilihat dari ciri-ciri penerbit indie. Penerbit mayor kebalikannya penerbit indie. Sebagai contoh: penerbit indie tidak memasarkan buku terbitannya ke toko buku. Penerbit mayor memasarkan buku ke toko buku.

2.    Pertanyaan dari Ibu Rosjida Ambawani (Ciamis):

a.    Apa syarat naskah memperoleh ISBN?

Ini penting tentang naskah yang lolos dapat ISBN. Harus kita sadari bahwa naskah yang dapat ISBN adalah naskah yang tujuannya diedarkan secara luas. Bukan untuk intern suatu instansi/lembaga. Jadi jangan cantumkan nama sekolah atau nama pelatihan.

b.    Bolehkah buku solo berasal dari resume 20 pertemuan saja?

Boleh.

c.  Untuk buku solo yang berasal dari resume tentunya judul resume berbeda-berbeda, jadi apa yang perlu dikelompokkan dulu berdasarkan yang dekat tema materinya? Dan semua gambar dan lain-lain yang ada di setiap resume dimasukkan ke template?

Silahkan keputusan masing-masing peserta. Bisa dikelompokkan berdasarkan jenis tema, bisa juga tidak perlu dikelompokkan. Untuk gambar sebaiknya dipilah yang penting saja. Karena kalau di penerbit narasumber, maksimal cantumkan 10 gambar saja.

3.    Pertanyaan dari Candra (Jakarta):

a.  Untuk penerbit indie yang dimiliki narasumber, pembayaran setelah buku dicetak atau sebelum buku dicetak?

Ini yang penting. Biaya penerbitan 400.000 dibayar di awal bersamaan dengan pengiriman naskah. Ongkos kirim dan jika ada biaya tambahan, ditransfer setelah proses lay-out.

b.  Adakah standar yang diminta oleh penerbit indie itu sendiri seperti cover dan gambar?

Jika ingin menampilkan foto diri di cover, file foto harus yang asli dari jepretan kamera. Biasanya ukurannya lebih dari 1 MB. Jangan memakai foto hasil share WA.

4.    Pertanyaan dari Ibu Sinta (Tangsel Pamulang):

a.    Bagaimanakah jenis kertasnya?

Jenis kertas bookpaper 72 gram. Kalau mau rewuest HVS putih bisa.

b.  Jika 2 di penulis, 2 di perpusnas, maka yang dijual di shopee/tokopedia buku yang di penulis 2 buah itu?

Yang dijual di marketplace adalah pre order. Jadi penerbit akan mencetak jika ada yang order. 2 buku penulis akan dikirim ke rumah penulis.

c.    Jika mau perbanyak lagi, berapakah harganya/per-buku?

100 halaman = 31.000 per-buku.

d.   Bolehkah cover dari penulis?

Boleh. Tapi kirim file mentahnya.

e. Jika ada tambahan gambar di beberapa halaman dalam dan ada sedikit warna, berapakah biayanya?

Ada tambahan biaya walaupun sedikit warna. Ada tambahan biaya jika gambar lebih dari 10.

    Akhirnya, dengan memahami penjelasan yang sudah jelas dari narasumber, lepas sudah rasa kegundahan untuk menerbitkan buku solo. Jangan ragu untuk menerbitkan tulisan Anda menjadi buku. Penerbit indie menerima semua jenis naskah. Untuk memilih penerbit indie, silahkan pahami dulu ketentuan dari penerbit, jangan sampai di tengah-tengah ada salah paham atau hambatan. Selamat berkarya!



2 komentar:

  1. Secara penulisan resume sudah sangat rapi
    Tinggal sakin ke word
    Resume 1-29 atau 30 resume
    Kirim ke editor
    Ke saya juga boleh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bu Ovi atas apresiasi dan motivasinya. Rencana untuk dijadikan buku solo berangkat dari 30 resume dan semoga terwujud.

      Hapus

Jejak Waktu: Memetik Hikmah di Setiap Langkah Perjalanan Hidup

“ Waktu adalah perjalanan, ambillah pelajaran dari setiap kejadian ” adalah ungkapan yang menggambarkan bagaimana waktu tidak hanya berger...