Mengikuti Kelas Belajar Menulis
Nusantara (KBMN) gelombang 28 memberikan banyak pengalaman berharga. Salah
satunya bertemu teman-teman sefrekwensi di seluruh Nusantara. Yang tadinya maju
mundur, malu-malu mau menulis, yang tidak percaya diri dengan tulisannya
akhirnya jadi berani untuk menulis. Langsung dipublish di blog dan dibaca
banyak orang.
Pertemuan ke-26 KBMN gelombang 28
pada hari Rabu, 8 Maret 2023 menghadirkan tema yang sangat menarik “Menjadi
Penulis Buku di Penerbit Mayor”. Tentunya banyak yang ingin tahu tentang
penerbit mayor dan bagaimana caranya agar naskah kita bisa tembus ke sana?
Jawabannya bisa didapatkan dari pertemuan ke-26 ini bersama narasumber yang
benar-benar “mumpuni”, bukan hanya namanya saja tapi juga pengetahuan dan
profesinya di bidang penerbitan khususnya penerbit mayor. Beliau adalah Bapak
Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbit ANDI Yogyakarta. Beliau juga tercatat
sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP
dan Asesor BNSP.
Setiap penulis mempunyai impian
kalau bukunya bisa diterbitkan oleh penerbit mayor. Tidak banyak jumlah
penerbit mayor di Indonesia. Menjadi penerbit mayor memiliki kriteria yang
tidak mungkin dapat diraih dalam waktu pendek, tetapi bisa sampai puluhan
tahun. Syarat menjadi penerbit mayor salah satunya harus sudah memiliki judul
terbitan buku puluhan ribu judul dan tiap tahunnya harus menerbitkan ratusan
judul secara konsisten.
Penerbit adalah industri kreatif
yang di dalamnya ada kolaborasi insan-insan kreatif: penulis, editor, layouter,
ilustrator, dan desain grafis. Ini adalah bagian dari industri kreatif
penerbitan cetak. Saat ini dan mendatang akan bertambah insan-insan kreatif
bidang lain yang akan bergabung seiring dengan perkembangan dunia penerbitan
yang kini sudah mengarah pada Publisher 5.0 yang memanfaatkan teknologi IT
untuk menerbitkan karya-karya kreatif.
Ada jenis-jenis buku di dunia ini,
biasanya klasifikasi jenis buku digambar dengan grafis yang mirip sirip ikan
seperti ini:
Dua kategori besar jenis buku
adalah buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Non Teks (buku-buku populer).
Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebut buku Perti
(Perguruan Tinggi). Buku Non Teks dibagi dua lagi menjadi buku Fiksi dan Non
Fiksi.
Buku Perguruan Tinggi dibagi dua
lagi menjadi buku Eksak dan Non Eksak.
Sekarang kita cek pada diri kita
masing-masing pada level mana terkait dengan tulis menulis, perhatikan gambar
berikut:
Untuk industri penerbitan bila
digambar utuh lengkap maka ekosistemnya seperti ini:
Namun, bila disederhanakan akan
menjadi seperti ini:
Tingkat literasi bangsa ini sampai
saat ini masih banyak dikeluhkan banyak pihak akibat rendahnya tingkat literasi
dibanding negara lain sekawasan. Di antara sebabnya:
1.
Minat baca
a.
Budaya
baca
b.
Kurangnya
bahan bacaan
c.
Kualitas
bacaan
2.
Minat tulis
a.
Budaya
tulis
b.
Tidak
tahu prosedur menulis dan penerbitan
c.
Anggapan
yang salah tentang dunia penulisan dan penerbitan
3.
Apresiasi hak cipta
a.
Pembajakan
b.
Duplikasi
non legal
c.
Perangkat
hukum
Selanjutnya untuk mengetahui
bagaimana proses penerbitan mulai dari memasukkan atau mengirimkan naskah buku
ke penerbit hingga buku itu terbit dan beredar. Inilah gambarnya:
Setelah mengetahui proses bagaimana
naskah buku dari awal sampai beredar di pasaran, kita perlu mengetahui penerbit
yang baik, yaitu:
1.
Memiliki
visi dan misi yang jelas
2.
Memiliki
bussines core lini produk tertentu
3.
Pengalaman
penerbit
4.
Jaringan
pemasaran
5.
Memiliki
percetakan sendiri
6.
Keberanian
mencetak jumlah eksemplar
7.
Kejujuran
dalam pembayaran royalti
Di samping mengetahui penerbit yang baik, kita
perlu juga memberikan kewaspadaan terhadap penerbit yang dicirikan sebagai
berikut:
1.
Hanya
bertindak sebagai broker naskah
2.
Alamat
tidak jelas
3.
Tidak
ada dokumen perjanjian penerbitan yang baik
4.
Tidak
memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri
5.
Tidak
memiliki percetakan sendiri
6.
Prosentase
royalti tidak wajar
7.
Laporan
keuangan tidak jelas
Sekarang mengapa kita harus
menulis? Apa sih yang didapatkan ketika penulis tersebut sudah berhasil
menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang
bereputasi. Ini yang akan didapatkan beserta rincian penjelasannya:
1.
Peningkatan finansial
a.
Royalti
b.
Diskon
pembelian langsung
c.
Seminar
atau mengajar
2.
Peningkatan karir
a.
Adanya
kebutuhan peningkatan status jabatan
b.
Peluang
karir di institusi atau perusahaan
3.
Kebutuhan batin
a.
Buku
sebagai karya monumental yang akan dikenang sepanjang masa
4.
Reputasi
a.
Buku
sebagai karya yang terpublikasi akan meningkatkan reputasi penulisnya
Pertanyaan besar yang sering muncul
adalah apa kriteria agar naskah buku dapat diterima oleh penerbit untuk dapat
diterbitkan, karena tidak semua naskah dapat diterima. Sebagai contoh penerbit
ANDI tiap bulan menerima naskah masuk bisa sampai 500 naskah. Namun yang
diterima untuk diterbitkan hanya 50 judul saja.
Pasti sekarang ada yang bertanya,
“Lalu apa yang dimaksud dengan tema populer dan bagaimana cara menilainya?”
tentunya jawabnya dengan data. Salah satu data yang kami pakai adalah trend
dari google trend, contohnya:
Kalau tadi telah dibahas bagaimana
mengetahui tema-tema yang menarik, sekarang bagaimana cara penerbit mengukur
reputasi penulis? Semua pasti pakai data. Dalam hal ini penerbit memakai data
salah satunya dari Google Scholar/Cendekia, lihat gambarnya:
Penerbit akan sangat berhati-hati
jika ada buku-buku yang bertema memiliki pasar sempit dan Lifecycle
pendek. Namun penerbit akan senang dengan tema-tema buku yang memiliki Lifecycle
panjang dan market lebar.
Masalah selingkung ini juga banyak
ditanyakan “Penerbit Bapak memakai gaya selingkung apa?” Jawabnya kami memakai
gaya selingkung apapun yang dipakai penulis. Salah satu buku yang pakai selingkung
Vancouver Style.
Sebagai seorang penulis, sebenarnya
Anda termasuk penulis yang idealis atau industrialis?
1.
Penulis berpikir idealis
a.
Menulis
tidak begitu memperhatikan kebutuhan pasar
b.
Tidak
begitu suka dengan campur tangan pihak lain
c.
Imbalan
finansial tidak begitu dipentingkan
d.
Kesempurnaan
sebuah karya lebih penting daripada produktifitas
2.
Penulis berpikir industrialis
a.
Menulis
dengan sangat memperhatikan kebutuhan pasar
b.
Terbuka
dan lapang dada terhadap segala intervensi pihak lain
c.
Imbalan
finansial merupakan tujuan utama
d.
Terkadang
kesempurnaan karya tidak lebih penting daripada produktifitas
Mana yang lebih baik? Dua-duanya
baik bagi penerbit. Sehingga penerbit akan memakai kombinasinya:
Jadi penerbit akan menerima naskah buku yang memiliki pangsa pasar yang luas.
Akhirnya, setelah mengetahui dan memahami dengan detail terkait bagaimana menulis buku di penerbit mayor, sepertinya tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak memulai menulis. Sebagai penutup, mengutip ucapan Imam Al-Ghazali, “Bila kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah”. Selamat menulis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar