Selasa, 19 September 2023

MENELADANI SANG GURU DAN PENDIDIK AGUNG

Menarik untuk mengupas dan mempelajari apa yang ditulis oleh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitabnya “Ar-Rasūl al-Mu’allim wa Asālībuhu fī al-Ta’līm”, yang diterjemahkan oleh Abu Husamuddin ke dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul “Rasulullah SAW Sang Guru: Meneladani Metode dan Karakteristik Nabi SAW Dalam Mengajar”, dan diterbitkan oleh Pustaka Arafah Sukoharjo pada tahun 2019.

Kitab “Ar-Rasūl al-Mu’allim wa Asālībuhu fī al-Ta’līm” ini merupakan kitab yang sangat bermanfaat bagi pengajar, pelajar, maupun kaum muslimin pada umumnya. Di dalamnya berisi pengarahan, pendidikan, dan pengajaran yang semuanya bersumber dari hadis-hadis Nabi Muhammad saw. terkait akhlak dan metode beliau dalam mengajar. Kitab ini terbagi menjadi dua pembahasan. Pertama, terkait kepribadian, jati diri, dan karakteristik beliau yang mulia, serta perilaku beliau yang bijaksana. Kedua, menjabarkan metode-metode pengajaran dan efektifitas nasihat dan pengarahan beliau. Namun, perlu diketahui bahwa di dalam tulisan ini lebih difokuskan pada poin yang kedua.  

Sejarah menetapkan bahwa Rasulullah saw. adalah seorang pengajar. Pengajar yang seperti apa? Dengan melihat sekilas kepada kondisi kemanusiaan sebelum beliau dan perubahan seperti apa yang terjadi setelah tersampaikannya risalah beliau, akan memberikan kepada kita bukti yang jelas dan petunjuk atas hal itu.

Jika kita memerhatikan tokoh-tokoh pengajaran sepeninggal Rasulullah saw., maka kita akan mendapati petunjuk paling kuat atas kebesaran sang guru dan pendidik yang agung ini. jika disandingkan dengan beliau, akan tampak kecil nama tokoh-tokoh yang dikenal dan diingat oleh dunia serta sejarah pengajaran dan pendidikan.

Maka guru manakah yang bisa meluluskan dari kedua tangannya jumlah yang lebih banyak dan lebih lurus daripada hasil didikan Rasul yang mulia ini, yang telah meluluskan para sahabat dan pengikut beliau? Bagaimana pula kondisi mereka sebelumnya? Menjadi seperti apa sesudahnya?

Setiap pribadi dari sahabat Nabi merupakan bukti yang jelas atas kebesaran sang guru dan pendidik yang tiada bandingannya ini. Hal ini mengingatkan kita dengan perkataan yang sangat bagus dari seorang pakar ahli ushul, “Seandainya Rasulullah saw. tidak memiliki mukjizat kecuali para sahabat beliau, niscaya ini sudah mencukupi untuk menetapkan kenabian beliau.”

Tidak mengherankan jika melalui tangan beliau, berhasil diluluskan jumlah yang sangat besar dari kalangan sahabat, dalam waktu yang relatif singkat. Karena beliau menempuh cara pengajaran kolektif yang disiapkan. Kemudian beliau mendorong, menganjurkan, dan mengajak mereka untuk menghapus kebodohan. Sekaligus memperingatkan mereka dari lemah semangat di dalamnya dengan peringatan yang keras.

Rasulullah saw. bangkit untuk menyebarkan ilmu di kalangan manusia dan menyiarkannya di tengah-tengah mereka. Sejatinya beliau adalah guru kebaikan pertama di dunia ini, dalam hal bagusnya penjelasan, kefasihan lisan, kejelasan tutur kata, metode yang mengagumkan, kelembutan nasihat, spirit yang bersinar, kelapangan dada, kelembutan hati, melimpah belas kasihan, bijaksana dalam ketegasan, besarnya perhatian, tingginya kecerdasan, pengawasan yang maksimal, serta sangat ramah kepada manusia. Sampai-sampai beliau sendiri bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا.

“Sesungguhnya aku diutus sebagai guru.” (HR. Ibnu Majah, 1/83)

Para sahabat pun datang untuk menuntut ilmu dan mempelajari agama. Sebagian dari mereka mengajari sebagian lainnya, sebagian lainnya belajar kepada sebagian lainnya. Sampai akhirnya mereka berhasil menghilangkan kebodohan dari tengah-tengah mereka dalam waktu yang relatif singkat.

Dalam pengajarannya, Rasulullah saw. memilih metode yang paling baik dan istimewa, paling berpengaruh terhadap jiwa lawan bicaranya, paling dekat kepada pemahaman dan pikiran, paling menguatkan ilmu di dalam ingatannya, dan paling banyak membantu menjelaskan pendengarnya.

Siapa saja yang mempelajari kitab-kitab tentang As-Sunnah dan membacanya dengan penuh perhatian, maka dia akan melihat bahwa Rasulullah saw. mewarnai sabdanya kepada para sahabat dengan berbagai macam gaya. Terkadang beliau menjadi orang yang bertanya, terkadang sebagai orang yang menjawab. Terkadang beliau menjawab orang yang bertanya sesuai pertanyaannya, terkadang menjawab lebih dari yang ditanyakan.

Terkadang membuat perumpamaan bagi sesuatu yang ingin beliau ajarkan, terkadang beliau menyertai perkataannya dengan sumpah ‘demi Allah Ta’ala’. Terkadang beliau memalingkan penanya dari pertanyaannya untuk sebuah hikmah yang baik dari beliau. Terkadang beliau mengajar dengan metode tulisan, terkadang melalui metode gambar (ilustrasi). Terkadang beliau menyampaikan dengan metode tasybih (persamaan), atau penjelasan langsung. Terkadang dengan menyamarkan atau isyarat.

Terkadang Rasulullah saw. membawakan suatu perkara yang masih samar lalu menyebutkan jawabannya. Terkadang beliau menempuh dengan metode bercanda dan mengajukan teka-teki terkait apa yang akan beliau ajarkan. Terkadang beliau menyiapkan prolog yang lembut bagi perkara yang akan beliau ajarkan dan jelaskan. Terkadang beliau menempuh cara membandingkan (qiyas) antara beberapa hal. Terkadang beliau menunjukkan beberapa ‘illat (sebab), kemudian menyebutkan jawabannya.

Terkadang beliau bertanya kepada para sahabatnya, sementara beliau sendiri mengetahui jawabannya untuk menguji mereka tentang suatu hal. Terkadang beliau bertanya kepada mereka untuk mengarahkan kepada jawaban yang dituju. Terkadang beliau menyampaikan suatu ilmu kepada mereka sebelum bertanya. Terkadang beliau mengkhususkan beberapa majelisnya untuk para wanita, lalu beliau mengajarkan kepada mereka ilmu yang mereka butuhkan. Terkadang beliau memperhatikan keadaan anak-anak yang ada di sekelilingnya, lalu pelan-pelan menghampiri mereka, lantas beliau mengajarkan mereka sesuai sifat kekanakan mereka yang senang bermain.

Dari paparan berbagai macam metode pengajaran Rasulullah saw. di atas, salah satu metode yang paling penting, agung, dan istimewa adalah melalui praktik atau keteladanan dengan tingkah laku yang baik dan budi pekerti yang luhur. Nabi Muhammad saw. ketika memerintahkan sesuatu, beliau sudah mempraktikkan terlebih dulu perkara itu. Baru kemudian orang-orang mengikuti beliau dan mempraktikkan sebagaimana yang mereka lihat.

Jadi beliau merupakan teladan bagi umatnya dalam semua budi pekerti, perbuatan, dan keadaan. Tidak diragukan lagi bahwa metode pengajaran melalui perbuatan dan praktik lebih kuat dan lebih berpengaruh di dalam hati, lebih cepat dipahami dan dihafal, serta lebih menarik untuk ditiru dan diikuti daripada pengajaran dengan metode perkataan dan penjelasan (لِسَانُ الْحَالِ أَفْصَحُ مِنْ لِسَانِ الْمَقَالِ). Selain itu metode pengajaran melalui perbuatan dan praktik merupakan metode pengajaran yang alami. Inilah metode pengajaran beliau yang paling agung dan menonjol.

Dari berbagai macam metode pengajaran yang diterapkan oleh Rasulullah saw. di dalam melakukan pengajaran, mempertegas bukti bahwa beliau memang seorang guru dan pendidik yang agung. Harapannya kita sebagai umatnya bisa terinspirasi untuk mengikuti jejak langkah beliau di dalam mencerdaskan umat dengan metode pengajaran yang variatif dan inovatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejak Waktu: Memetik Hikmah di Setiap Langkah Perjalanan Hidup

“ Waktu adalah perjalanan, ambillah pelajaran dari setiap kejadian ” adalah ungkapan yang menggambarkan bagaimana waktu tidak hanya berger...