Menarik untuk mengupas dan
mempelajari apa yang ditulis oleh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitabnya “Ar-Rasūl
al-Mu’allim wa Asālībuhu fī al-Ta’līm”, yang diterjemahkan oleh Abu
Husamuddin ke dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul “Rasulullah SAW Sang
Guru: Meneladani Metode dan Karakteristik Nabi SAW Dalam Mengajar”, dan
diterbitkan oleh Pustaka Arafah Sukoharjo pada tahun 2019.
Kitab “Ar-Rasūl
al-Mu’allim wa Asālībuhu fī al-Ta’līm” ini merupakan kitab yang sangat
bermanfaat bagi pengajar, pelajar, maupun kaum muslimin pada umumnya. Di dalamnya
berisi pengarahan, pendidikan, dan pengajaran yang semuanya bersumber dari
hadis-hadis Nabi Muhammad saw. terkait akhlak dan metode beliau dalam mengajar.
Kitab ini terbagi menjadi dua pembahasan. Pertama, terkait kepribadian, jati
diri, dan karakteristik beliau yang mulia, serta perilaku beliau yang
bijaksana. Kedua, menjabarkan metode-metode pengajaran dan efektifitas
nasihat dan pengarahan beliau. Namun, perlu diketahui bahwa di dalam tulisan
ini lebih difokuskan pada poin yang kedua.
Sejarah menetapkan
bahwa Rasulullah saw. adalah seorang pengajar. Pengajar yang seperti apa? Dengan
melihat sekilas kepada kondisi kemanusiaan sebelum beliau dan perubahan seperti
apa yang terjadi setelah tersampaikannya risalah beliau, akan memberikan kepada
kita bukti yang jelas dan petunjuk atas hal itu.
Jika kita memerhatikan
tokoh-tokoh pengajaran sepeninggal Rasulullah saw., maka kita akan mendapati
petunjuk paling kuat atas kebesaran sang guru dan pendidik yang agung ini. jika
disandingkan dengan beliau, akan tampak kecil nama tokoh-tokoh yang dikenal dan
diingat oleh dunia serta sejarah pengajaran dan pendidikan.
Maka guru manakah yang
bisa meluluskan dari kedua tangannya jumlah yang lebih banyak dan lebih lurus
daripada hasil didikan Rasul yang mulia ini, yang telah meluluskan para sahabat
dan pengikut beliau? Bagaimana pula kondisi mereka sebelumnya? Menjadi seperti
apa sesudahnya?
Setiap pribadi dari
sahabat Nabi merupakan bukti yang jelas atas kebesaran sang guru dan pendidik
yang tiada bandingannya ini. Hal ini mengingatkan kita dengan perkataan yang
sangat bagus dari seorang pakar ahli ushul, “Seandainya Rasulullah saw.
tidak memiliki mukjizat kecuali para sahabat beliau, niscaya ini sudah
mencukupi untuk menetapkan kenabian beliau.”
Tidak mengherankan jika
melalui tangan beliau, berhasil diluluskan jumlah yang sangat besar dari
kalangan sahabat, dalam waktu yang relatif singkat. Karena beliau menempuh cara
pengajaran kolektif yang disiapkan. Kemudian beliau mendorong, menganjurkan,
dan mengajak mereka untuk menghapus kebodohan. Sekaligus memperingatkan mereka
dari lemah semangat di dalamnya dengan peringatan yang keras.
Rasulullah saw. bangkit
untuk menyebarkan ilmu di kalangan manusia dan menyiarkannya di tengah-tengah
mereka. Sejatinya beliau adalah guru kebaikan pertama di dunia ini, dalam hal
bagusnya penjelasan, kefasihan lisan, kejelasan tutur kata, metode yang
mengagumkan, kelembutan nasihat, spirit yang bersinar, kelapangan dada,
kelembutan hati, melimpah belas kasihan, bijaksana dalam ketegasan, besarnya
perhatian, tingginya kecerdasan, pengawasan yang maksimal, serta sangat ramah
kepada manusia. Sampai-sampai beliau sendiri bersabda:
إِنَّمَا
بُعِثْتُ مُعَلِّمًا.
“Sesungguhnya aku diutus sebagai guru.”
(HR. Ibnu Majah, 1/83)
Para sahabat pun datang
untuk menuntut ilmu dan mempelajari agama. Sebagian dari mereka mengajari
sebagian lainnya, sebagian lainnya belajar kepada sebagian lainnya. Sampai akhirnya
mereka berhasil menghilangkan kebodohan dari tengah-tengah mereka dalam waktu
yang relatif singkat.
Dalam pengajarannya,
Rasulullah saw. memilih metode yang paling baik dan istimewa, paling
berpengaruh terhadap jiwa lawan bicaranya, paling dekat kepada pemahaman dan
pikiran, paling menguatkan ilmu di dalam ingatannya, dan paling banyak membantu
menjelaskan pendengarnya.
Siapa saja yang
mempelajari kitab-kitab tentang As-Sunnah dan membacanya dengan penuh
perhatian, maka dia akan melihat bahwa Rasulullah saw. mewarnai sabdanya kepada
para sahabat dengan berbagai macam gaya. Terkadang beliau menjadi orang yang
bertanya, terkadang sebagai orang yang menjawab. Terkadang beliau menjawab
orang yang bertanya sesuai pertanyaannya, terkadang menjawab lebih dari yang
ditanyakan.
Terkadang membuat
perumpamaan bagi sesuatu yang ingin beliau ajarkan, terkadang beliau menyertai
perkataannya dengan sumpah ‘demi Allah Ta’ala’. Terkadang beliau
memalingkan penanya dari pertanyaannya untuk sebuah hikmah yang baik dari
beliau. Terkadang beliau mengajar dengan metode tulisan, terkadang melalui
metode gambar (ilustrasi). Terkadang beliau menyampaikan dengan metode tasybih
(persamaan), atau penjelasan langsung. Terkadang dengan menyamarkan atau isyarat.
Terkadang Rasulullah
saw. membawakan suatu perkara yang masih samar lalu menyebutkan jawabannya. Terkadang
beliau menempuh dengan metode bercanda dan mengajukan teka-teki terkait apa
yang akan beliau ajarkan. Terkadang beliau menyiapkan prolog yang lembut bagi
perkara yang akan beliau ajarkan dan jelaskan. Terkadang beliau menempuh cara
membandingkan (qiyas) antara beberapa hal. Terkadang beliau menunjukkan
beberapa ‘illat (sebab), kemudian menyebutkan jawabannya.
Terkadang beliau
bertanya kepada para sahabatnya, sementara beliau sendiri mengetahui jawabannya
untuk menguji mereka tentang suatu hal. Terkadang beliau bertanya kepada mereka
untuk mengarahkan kepada jawaban yang dituju. Terkadang beliau menyampaikan
suatu ilmu kepada mereka sebelum bertanya. Terkadang beliau mengkhususkan beberapa
majelisnya untuk para wanita, lalu beliau mengajarkan kepada mereka ilmu yang
mereka butuhkan. Terkadang beliau memperhatikan keadaan anak-anak yang ada di
sekelilingnya, lalu pelan-pelan menghampiri mereka, lantas beliau mengajarkan
mereka sesuai sifat kekanakan mereka yang senang bermain.
Dari paparan berbagai
macam metode pengajaran Rasulullah saw. di atas, salah satu metode yang paling
penting, agung, dan istimewa adalah melalui praktik atau keteladanan dengan
tingkah laku yang baik dan budi pekerti yang luhur. Nabi Muhammad saw. ketika
memerintahkan sesuatu, beliau sudah mempraktikkan terlebih dulu perkara itu. Baru
kemudian orang-orang mengikuti beliau dan mempraktikkan sebagaimana yang mereka
lihat.
Jadi beliau merupakan teladan bagi umatnya dalam semua budi pekerti, perbuatan, dan keadaan. Tidak diragukan lagi bahwa metode pengajaran melalui perbuatan dan praktik lebih kuat dan lebih berpengaruh di dalam hati, lebih cepat dipahami dan dihafal, serta lebih menarik untuk ditiru dan diikuti daripada pengajaran dengan metode perkataan dan penjelasan (لِسَانُ الْحَالِ أَفْصَحُ مِنْ لِسَانِ الْمَقَالِ). Selain itu metode pengajaran melalui perbuatan dan praktik merupakan metode pengajaran yang alami. Inilah metode pengajaran beliau yang paling agung dan menonjol.
Dari berbagai macam metode pengajaran yang diterapkan oleh Rasulullah saw. di dalam melakukan pengajaran, mempertegas bukti bahwa beliau memang seorang guru dan pendidik yang agung. Harapannya kita sebagai umatnya bisa terinspirasi untuk mengikuti jejak langkah beliau di dalam mencerdaskan umat dengan metode pengajaran yang variatif dan inovatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar