Ungkapan
"Hidup menjadi penulis atau wafat dikenang sejarah" (عِشْ كَاتِبًا أَوْ مُتْ مَكْتُوْبًا/isy kātiban au mut maktūban) menggambarkan
bahwa seseorang yang hidup dengan memberikan kontribusi signifikan melalui
karya-karyanya akan meninggalkan jejak abadi dalam sejarah. Menjadi penulis
berarti memilih untuk berbicara lewat tulisan, meninggalkan warisan intelektual
yang bisa memberi dampak jauh melampaui batas waktu dan ruang. Penulis tidak
hanya menulis untuk saat ini, tetapi untuk generasi yang akan datang, dengan
memberikan pemikiran, ide, dan perspektif yang dapat bertahan lama, bahkan
setelah mereka tiada.
Menjadi
penulis adalah pilihan untuk terus berkomunikasi dengan dunia, bahkan setelah
hidup berakhir. Tulisan seorang penulis dapat menginspirasi, mengedukasi, atau
bahkan mengguncang keyakinan yang ada, menciptakan perubahan dalam cara pandang
atau bertindak. Hal ini tidak hanya berlaku bagi penulis besar yang dikenal
dunia, tetapi juga untuk setiap individu yang berani menulis dan berbagi cerita
hidup mereka. Sebuah buku, artikel, puisi, atau bahkan catatan kecil yang
ditulis dengan hati bisa menjadi pintu yang membuka wawasan banyak orang,
menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.
Sejarah
membuktikan bahwa banyak tokoh besar yang dikenang karena karya tulis mereka.
Nama-nama seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Imam Jalaluddin
as-Suyuthi, dan lain sebagainya, misalnya, bukan hanya dikenang karena peran
mereka dalam masyarakat pada masanya, tetapi lebih dari itu, mereka diingat
melalui tulisan yang mewariskan pemikiran-pemikiran brilian yang terus
menginspirasi hingga kini. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kita tidak dapat
mengontrol bagaimana kita diingat setelah wafat, kita dapat memilih untuk hidup
sebagai penulis, memberikan kontribusi yang tak terlupakan melalui karya-karya
yang bermakna.
Namun,
menulis bukan hanya soal menghasilkan karya yang dikenal luas. Menulis adalah
tentang merangkum pengalaman hidup, pemikiran, dan perasaan ke dalam bentuk
yang bisa dipahami orang lain. Setiap tulisan adalah cermin dari kehidupan
penulisnya. Bahkan dalam sebuah catatan pribadi, ada nilai sejarah yang dapat
memberi pemahaman lebih mendalam tentang seseorang, dan mungkin akan memberi
pelajaran berharga bagi orang lain yang menemukannya di masa depan. Itulah mengapa
menulis bisa menjadi jalan untuk mencapai keabadian dalam bentuk yang berbeda.
Bagi mereka yang memilih untuk menjadi penulis, perjalanan ini sering kali tidak mudah. Proses menulis membutuhkan dedikasi, disiplin, dan ketekunan. Sering kali, penulis menghadapi keraguan, tantangan, dan bahkan kegagalan. Namun, kesulitan-kesulitan ini justru yang memperkaya karya mereka. Dengan setiap kata yang ditulis, penulis menciptakan lebih dari sekadar teks, tetapi juga sebuah warisan yang berbicara lebih banyak tentang nilai-nilai yang dipegang teguh. Bahkan ketika penulis wafat, karyanya tetap hidup, berbicara kepada generasi mendatang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh apapun selain tulisan.
Pada akhirnya, ungkapan "Hidup menjadi penulis atau wafat dikenang sejarah" adalah ajakan untuk bertindak. Ia mengingatkan kita bahwa kita memiliki kekuatan untuk meninggalkan jejak di dunia ini melalui kata-kata kita. Dengan menulis, kita tidak hanya memberi warna pada kehidupan kita, tetapi juga memberi warna pada kehidupan orang lain yang membaca karya kita. Karya yang kita tulis hari ini bisa menjadi sejarah yang dikenang sepanjang masa. Jadi, jika kita ingin dikenang dengan cara yang penuh arti, maka menjadi penulis -baik dalam bentuk buku, artikel, atau tulisan lainnya- adalah pilihan yang akan memastikan suara kita tetap bergema meski waktu terus berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar