Halaman

Jumat, 31 Januari 2025

Harlah NU ke-102: Sinergi Umat untuk Indonesia yang Berkah dan Maslahat

Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-102 yang diperingati pada tahun 2025 menjadi momentum istimewa bagi seluruh warga Nahdliyin dan masyarakat Indonesia. Sejak didirikan pada 31 Januari 1926 oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama lainnya, NU telah berperan besar dalam menjaga Islam Ahlussunnah wal Jamaah serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Dengan mengusung tema “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat”, NU menegaskan kembali komitmennya untuk terus bersinergi dengan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan bersama dan keberkahan bagi negeri.

Tema ini memiliki makna yang mendalam. "Bekerja Bersama Umat" menunjukkan bahwa NU tidak berjalan sendiri, tetapi bergandengan tangan dengan seluruh elemen bangsa dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang telah menjadi ciri khas NU sejak awal berdirinya. Sementara itu, "Indonesia Maslahat" menandakan tujuan besar yang ingin dicapai, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara yang penuh manfaat, baik dari segi sosial, ekonomi, pendidikan, maupun spiritual.

Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU telah menunjukkan kiprah nyata dalam berbagai bidang. Di sektor pendidikan, NU mendirikan ribuan pesantren, sekolah, dan Perguruan Tinggi yang mencetak generasi berakhlak mulia dan berwawasan luas. Di bidang sosial, NU aktif dalam pemberdayaan masyarakat, program kesejahteraan, dan bantuan kemanusiaan. Sementara dalam ekonomi, NU turut mengembangkan koperasi, usaha mikro, serta program pemberdayaan ekonomi berbasis syariah agar umat dapat mandiri dan berdaya saing.

Dalam konteks kebangsaan, NU selalu berada di garda terdepan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan prinsip Islam rahmatan lil alamin, NU terus mengawal moderasi beragama, menanamkan nilai-nilai toleransi, serta merawat persatuan di tengah keberagaman bangsa. Sejarah mencatat, sejak era perjuangan kemerdekaan hingga kini, NU tak pernah absen dalam membela kepentingan rakyat dan mengawal kebijakan yang berpihak kepada keadilan sosial.

Harlah ke-102 ini juga menjadi pengingat bahwa tantangan yang dihadapi NU dan bangsa Indonesia semakin kompleks. Globalisasi, digitalisasi, perubahan sosial, serta isu-isu keumatan menuntut NU untuk terus beradaptasi dan merespons dengan bijak. Oleh karena itu, kolaborasi antara ulama, santri, akademisi, dan seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan guna menghadirkan solusi yang maslahat bagi kehidupan umat.

Momentum ini juga menjadi ajakan bagi generasi muda NU untuk mengambil peran lebih aktif dalam mengembangkan dakwah digital, inovasi sosial, serta kepemimpinan yang progresif. Dengan semangat Islam yang inklusif dan adaptif, generasi muda NU diharapkan mampu meneruskan perjuangan para pendahulu dalam menghadirkan Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam.

Harlah NU ke-102 bukan hanya perayaan seremonial, tetapi juga refleksi mendalam atas perjalanan panjang organisasi ini. Sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebangsaan, kita harus semakin memperkuat persatuan dan terus berkontribusi bagi kebaikan bersama. Dengan bekerja bersama, kita dapat mewujudkan Indonesia yang maslahat, di mana seluruh rakyatnya hidup dalam keadilan, kesejahteraan, dan keberkahan.

Semoga di usia yang ke-102 ini, Nahdlatul Ulama semakin kokoh dalam menjalankan misinya sebagai pengawal moral, penjaga persatuan, dan pilar utama dalam membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Dengan semangat kerja bersama, mari kita lanjutkan perjuangan para ulama dan pendiri NU dalam menghadirkan kemaslahatan bagi Indonesia dan dunia.

Kamis, 30 Januari 2025

Tantangan Berpikir: Menemukan Potensi dalam Pertanyaan

Ucapan Anies Rasyid Baswedan, seorang akademisi dan mantan calon presiden pada Pemilu 2024 “Saya menyukai pertanyaan yang rumit dan sulit. Kenapa? Karena itu memaksa kita untuk berpikir,” adalah ungkapan yang menegaskan pentingnya tantangan intelektual dalam mengasah kemampuan berpikir. Pertanyaan-pertanyaan rumit bukanlah hal yang harus dihindari, tetapi justru dijadikan peluang untuk memperluas wawasan, mendalami pengetahuan, dan mencari solusi atas persoalan yang kompleks. Dengan menghadapi pertanyaan sulit, kita diajak untuk keluar dari zona nyaman dan menggali potensi berpikir kritis serta kreatif.

Pertanyaan yang sulit mendorong seseorang untuk tidak hanya mencari jawaban, tetapi juga memahami konteks, latar belakang, dan dampak dari jawaban tersebut. Proses ini memerlukan analisis mendalam, pengumpulan informasi, dan kemampuan untuk menghubungkan berbagai aspek secara holistik. Dalam menghadapi pertanyaan semacam ini, kita dilatih untuk tidak sekadar memberikan jawaban cepat, tetapi juga untuk melibatkan pemikiran strategis dan evaluasi yang matang. Ini menjadikan kita pribadi yang lebih bijak dan mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang.

Ucapan tersebut juga mengandung pesan bahwa tantangan adalah elemen penting dalam pembelajaran dan perkembangan diri. Ketika kita dihadapkan pada pertanyaan rumit, kita sering kali merasa tidak nyaman atau ragu. Namun, justru di situlah peluang untuk belajar terbuka lebar. Dalam mencari jawaban, kita mungkin akan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. Dengan kata lain, pertanyaan sulit bukanlah penghalang, melainkan katalisator (elemen yang menggugah pikiran atau memperluas cakrawala) untuk memperluas pemahaman dan menggali potensi tersembunyi dalam diri kita.

Dalam konteks kepemimpinan, pernyataan ini mencerminkan sikap seorang pemimpin yang berorientasi pada solusi dan keberanian menghadapi persoalan besar. Pemimpin yang mengapresiasi pertanyaan sulit adalah pemimpin yang tidak menghindari tanggung jawab, tetapi justru mencari cara untuk mengatasi tantangan dengan bijak dan efektif. Mereka memahami bahwa jawaban atas pertanyaan sulit bukan hanya tentang menyelesaikan masalah saat ini, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan.

Pesan ini menginspirasi kita untuk tidak takut menghadapi pertanyaan sulit dalam hidup. Setiap pertanyaan yang menantang adalah kesempatan untuk bertumbuh, belajar, dan menjadi pribadi yang lebih tangguh. Dengan menjadikan pertanyaan rumit sebagai sahabat, kita tidak hanya melatih pikiran kita, tetapi juga membangun karakter yang kuat dan tekun. Pada akhirnya, berpikir mendalam adalah cara untuk menemukan jawaban yang bermakna dan menciptakan perubahan yang nyata. Maka, mari kita sambut setiap pertanyaan sulit dengan semangat, karena di sanalah awal dari perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam dan kehidupan yang lebih bermakna.

Rabu, 29 Januari 2025

Milenial Pemberi Warisan: Dari Keraguan Menuju Kontribusi Bermakna

Ungkapan “Berhentilah meragukan diri sendiri. Bekerja keras dan wujudkan impianmu. Jangan menjadi generasi penikmat warisan. Jadilah generasi pemberi warisan” adalah panggilan untuk setiap individu untuk percaya pada potensi diri, bekerja keras, dan menciptakan sesuatu yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Di dunia yang serba cepat ini, banyak orang merasa terjebak dalam ketidakpastian, merasa ragu dengan kemampuan mereka, atau hanya menunggu peluang datang begitu saja. Namun, kenyataannya, setiap orang memiliki kekuatan untuk mewujudkan impian mereka jika mereka tidak membiarkan rasa takut dan keraguan menghalangi langkah mereka.

Rasa ragu seringkali muncul karena ketidakpastian atau ketakutan akan kegagalan. Banyak orang terjebak dalam zona nyaman mereka, merasa takut untuk mengambil risiko atau membuat langkah besar. Namun, ungkapan ini mengingatkan kita untuk berhenti meragukan diri dan mulai berani mengambil langkah nyata. Setiap kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan, dan jika kita tidak pernah mencoba, kita tidak akan pernah tahu apa yang bisa kita capai. Percaya pada diri sendiri adalah langkah pertama untuk mewujudkan impian dan memberikan dampak positif bagi dunia.

Bekerja keras adalah fondasi dari segala pencapaian. Tidak ada yang datang dengan mudah, dan kesuksesan memerlukan usaha yang tidak kenal lelah. Tetapi lebih dari sekadar bekerja keras, ungkapan ini juga mengingatkan kita untuk bekerja dengan tujuan yang jelas dan bermakna. Setiap usaha yang dilakukan harus berfokus pada impian yang ingin dicapai, bukan hanya untuk kepuasan sesaat. Hasil yang diinginkan hanya dapat dicapai jika kita tetap konsisten, disiplin, dan fokus pada tujuan akhir.

Sebagai generasi muda, kita sering kali menjadi penerima manfaat dari hasil jerih payah generasi sebelumnya. Namun, ungkapan ini mendorong kita untuk tidak hanya menjadi "penikmat warisan," yang hanya menikmati hasil kerja keras orang lain, tetapi untuk menjadi generasi yang menciptakan warisan bagi mereka yang akan datang setelah kita. Ini adalah ajakan untuk berkontribusi, untuk memberikan sesuatu yang lebih besar daripada apa yang kita terima. Warisan yang dimaksud bukan hanya harta benda, tetapi juga pengetahuan, nilai, dan perubahan positif yang dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan dunia.

Generasi pemberi warisan adalah mereka yang membangun sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, yang menciptakan dampak jangka panjang. Mereka menciptakan inovasi, memperjuangkan perubahan sosial, dan membangun dunia yang lebih baik untuk generasi berikutnya. Warisan yang mereka tinggalkan bukan hanya sesuatu yang dapat dilihat, tetapi juga sesuatu yang memberikan nilai yang terus berkembang dan bermanfaat sepanjang waktu. Ini adalah panggilan untuk kita semua untuk berpikir lebih jauh ke depan, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk masa depan orang lain.

Akhirnya, menjadi generasi pemberi warisan adalah tentang membentuk kehidupan yang penuh makna dan tujuan. Itu berarti menggunakan setiap kesempatan untuk berkembang, untuk memberi, dan untuk meninggalkan dunia ini dalam keadaan lebih baik daripada saat kita menemukannya. Setiap individu memiliki potensi untuk membuat perubahan besar jika mereka berani bermimpi besar, bekerja keras, dan tetap berfokus pada tujuan mereka. Jangan biarkan keraguan menghentikan langkahmu, bekerjalah untuk mewujudkan impianmu dan tinggalkan warisan yang akan menginspirasi generasi mendatang untuk terus berjuang dan berkembang.

Selasa, 28 Januari 2025

Ketika Rasa Ingin Tahu Melahirkan Dialog yang Bermakna

Ucapan Anies Rasyid Baswedan, seorang akademisi dan mantan gubernur DKI Jakarta periode 2027-2022 “Dialog itu muncul jika ada berpikir kritis. Berpikir kritis itu muncul jika ada inkuistif,” mengandung pesan mendalam tentang bagaimana sikap ingin tahu (inkuistif) menjadi fondasi penting dalam membangun dialog yang bermakna dan produktif. Sebuah dialog yang berkualitas tidak bisa terjadi tanpa adanya upaya untuk menganalisis, memahami, dan mempertanyakan berbagai hal secara mendalam. Rasa ingin tahu memicu pemikiran kritis, dan pemikiran kritis menjadi bahan bakar utama bagi diskusi yang sehat dan terbuka.

Sikap inkuistif adalah akar dari semua proses pembelajaran. Ketika seseorang merasa penasaran atau ingin tahu, mereka terdorong untuk menggali informasi lebih dalam, mengeksplorasi berbagai perspektif, dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak mereka. Dari sinilah berpikir kritis mulai terbentuk. Pemikiran kritis memungkinkan seseorang untuk memeriksa informasi secara objektif, menilai validitas argumen, dan mengidentifikasi hubungan antara berbagai ide. Proses ini penting untuk melahirkan dialog yang tidak hanya berbicara, tetapi juga mendengarkan, memahami, dan menyelami makna.

Dalam konteks dialog, berpikir kritis membantu membangun percakapan yang berorientasi pada solusi dan saling menghormati. Ketika individu mendasarkan dialog pada pemikiran yang mendalam dan analitis, mereka lebih cenderung mendengarkan dengan empati dan merespons dengan bijaksana. Dialog yang kritis bukanlah tentang memenangkan argumen, melainkan tentang menjembatani perbedaan dan menemukan kesepahaman. Dengan demikian, inkuistif dan berpikir kritis berperan sebagai katalisator untuk menciptakan ruang komunikasi yang inklusif dan konstruktif.

Pesan ini juga relevan dalam dunia pendidikan, di mana dialog sering dianggap sebagai metode pembelajaran yang efektif. Guru yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis melalui pertanyaan-pertanyaan yang menggugah, sebenarnya sedang menumbuhkan rasa ingin tahu mereka. Ketika peserta didik merasa tertarik dan terdorong untuk bertanya, mereka tidak hanya belajar untuk memahami, tetapi juga untuk mempertanyakan asumsi dan memperluas wawasan. Proses ini membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mampu berdialog dengan berbagai pihak di dunia nyata.

Dalam kehidupan sehari-hari, pentingnya inkuistif, berpikir kritis, dan dialog dapat dilihat dalam berbagai aspek, seperti menyelesaikan konflik, memahami sudut pandang orang lain, atau mencari solusi atas masalah yang kompleks. Tanpa rasa ingin tahu, seseorang cenderung pasif dan menerima keadaan apa adanya. Namun, ketika inkuistif hadir, ia mendorong seseorang untuk mencari jawaban, berpikir mendalam, dan mengkomunikasikan pemikiran mereka dengan orang lain. Dengan begitu, dialog menjadi medium untuk menciptakan perubahan sosial dan kemajuan bersama.

Ucapan Anies Rasyid Baswedan ini mengajarkan kita bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari hal sederhana: rasa ingin tahu. Jika kita terus memelihara inkuistif dalam diri, melatih kemampuan berpikir kritis, dan menghidupkan dialog yang sehat, kita tidak hanya menjadi individu yang lebih bijaksana, tetapi juga bagian dari komunitas yang berdaya. Dunia yang lebih baik tidak dibangun dari monolog, tetapi dari dialog yang lahir dari rasa ingin tahu dan pemikiran mendalam. Maka, mari berani bertanya, berpikir, dan berdialog untuk menciptakan dunia yang lebih harmonis dan bermakna.

Senin, 27 Januari 2025

الاقتداء بالأركان الخمسة للحياة الإسلامية والتناغم في إرث أستاذ القرآن الكريم

في يوم الإثنين، الموافق 27 يناير 2025م / 27 رجب 1446هـ، اجتمع الطلاب والخريجون والمسلمون جميعًا في أجواء مليئة بالشكر والاحترام لإحياء الذكرى الخامسة لرحيل المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى، العالم الجليل الذي ترك أثرًا لا يُمحى في مجال علوم القرآن الكريم ورعاية الأمة. تُعد هذه الذكرى الخامسة لحظة مليئة بالدلالات العظيمة للاقتداء بإرثه، سواء في إتقانه للعلم، وإخلاصه في التعليم، أو في لطفه وسماحته في الدين.

هناك أربع نقاط مهمة في فهم مفهوم شعار الذكرى الخامسة وفلسفته لرحيل المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى، وهي: القلم، والقرآن الكريم، والعدد خمسة، واللون الأزرق. تُعد هذه النقاط الرئيسية ذات القيم الفلسفية مصدر إلهام ودافع، كما يُتوقع أن تكون دليلًا يُسترشد به في مسيرة الحياة.

فلسفة القلم

فلسفة "القلم" في حياة المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى هي رمز للإنتاجية، والتفاني، والخدمة المستمرة في سبيل نشر العلم والخير. فالقلم ليس مجرد أداة للكتابة، بل هو جسر يربط بين الفكر والواقع، يصب الحكمة في شكل أعمال خالدة. من خلال ما خطه قلمه وأنتجه من أعمال، لم يكن الشيخ يكتب لعصره، بل للأجيال القادمين بعده. هذه الفلسفة تعكس روحه الحية في استغلال كل فرصة لتقديم الفائدة للأمة، سواء عبر المؤلفات أو من خلال الوسائل الحديثة التي تواكب تطورات العصر.

إنتاجيته تتجلى في كثرة المؤلفات التي أنتجها، خاصة في مجال علوم أهل السنة والجماعة. يرمز القلم الذي استخدمه إلى قوة العلم المستندة إلى عقيدة راسخة، والتمسك بالشريعة، والمليئة بالحكمة. اللون الأخضر المتدرج المرتبط بمؤلفاته يرمز إلى السكينة، والسلام، والبركة المنبثقة من العلم الذي نشره. كما أن اللون الأخضر يعبر عن العلاقة الوثيقة بين العلم والروحانية، مما يشير إلى أن كل ما خطه قلمه لم يكن مجرد معرفة، بل كان يحمل أيضًا قيم الإيمان العميقة.

لم تتوقف جهود المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى عند حدود المؤلفات فحسب، بل استثمر أيضًا في تطورات التكنولوجيا لنشر علمه. كان استخدام الوسائل السمعية والبصرية في تعليم القرآن الكريم من أبرز الابتكارات التي جمعت بين الإرث التقليدي والمنهجية الحديثة. وهذا يوضح أن القلم بالنسبة له لم يكن مجرد أداة ثابتة، بل رمزًا ديناميكيًّا يتكيف مع متطلبات العصر. كان يدرك أن الدعوة والتعليم يجب أن يصلا إلى جميع الفئات بأكثر الطرق فعالية وملاءمة.

في نظره، يُعلّم القلم أيضًا معنى المسؤولية. فكل عمل يُنتجه ليس مجرد سجل تاريخي، بل هو صدقة جارية تستمر في جلب الأجر. وهذا يتوافق مع روح العلم في الإسلام، حيث يجب أن يحمل كل كتابة أو قول لعالم بركة وخيرًا، لا شرًا. كان المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى يدرك أن القلم أمانة، لذلك كانت كل فكرة يُعبّر عنها تهدف دائمًا إلى خير الأمة ورفع قيم الحق والصدق.

فلسفة "القلم" للمغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى تُعلمنا أن نكون منتجين، ومبتكرين، ومسؤولين في أعمالنا. القلم هو رمز خالد للمسيرة الفكرية والروحية التي تستمر بلا انقطاع. اللون الأخضر المتدرج، الذي يرمز إلى سكينة علم أهل السنة والجماعة، يذكرنا دائمًا بأن العلم هو طريق نحو السلام والبركة. تلهمنا حياة الشيخ بأن كل واحد منا يمكنه أن يترك "أثر القلم" بطريقته الخاصة، ليكون مساهمة للعالم وعملًا صالحًا للآخرة.

فلسفة القرآن الكريم

فلسفة "القرآن الكريم" التي تم اختيارها موضوعًا لذكرى المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى لعام 2025 تعكس جوهر حياته كعالم كرس نفسه بكل إخلاص لمحبة كتاب الله العزيز وتدبره وخدمته. اشتهر المغفور له كـ"خبير في القرآن الكريم"، بعمق علمه الذي نال تقدير الكثيرين. ولُقب بـ"أستاذ القرآن" ليس هذا اللقب رمزا تقديريا، بل اعترافا بإسهاماته العظيمة في نشر علوم القرآن من خلال التعليم، والابتكار، والجمعية.

كان القرآن الكريم أساسا رئيسيا لنضال المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى في بناء جيل قرآني. كواحد من مؤسسي "جمعية القراء والحفاظ"، قدّم الشيخ إسهامًا كبيرًا في تخريج قراء وحفاظ للقرآن الكريم يتميزون ليس فقط بإتقان التلاوة والحفظ، بل أيضًا بفهم المعاني وتطبيق قيم القرآن في حياتهم اليومية. وتُعد هذه الجمعية دليلًا عمليًا على تفانيه في تعظيم شأن القرآن وضمان بقاء جماله حيًا بين المسلمين عبر الأجيال.

تظهر إسهامات الشيخ المغفور له في أفكاره الابتكارية التي ارتقت بالقرآن الكريم إلى الساحة العالمية. ففي مؤتمر إسلامي آسيا-أفريقيا (KIAA) عام 1964، كان من بين المبادرين لفكرة تنظيم "مسابقة تلاوة القرآن الكريم" (MTQ). تعكس هذه الفكرة حبه لفن تلاوة القرآن الكريم كوسيلة لتعزيز الأخوة الإسلامية وتقديم جمال القرآن للعالم. لم تصبح "مسابقة تلاوة القرآن الكريم" (MTQ) مجرد مسابقة، بل أصبحت منصة تربوية راسخة تساهم في تشكيل جيل قرآني يحب كتابه المقدس.

تتجلى فلسفة "القرآن الكريم" في حياة المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى أيضًا من خلال جهوده في تعليم الأمة بأسلوب عميق وعملي. كان يُعلّم أن القرآن الكريم ليس فقط للقراءة والحفظ، بل للتدبر والتطبيق في الحياة اليومية. هذه الرسالة تتماشى مع ما قاله رسول الله صلى الله عليه وسلم: "خيركم من تعلم القرآن وعلمه". في كل خطواته، كان المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى مثالًا حيًا على هذا المبدأ.

موضوع "القرآن الكريم" في ذكرى هذا العام هو تكريم للإرث العظيم الذي تركه المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى. تعلّمنا هذه الفلسفة أن الحياة التي تُكرس من أجل القرآن الكريم هي حياة مليئة بالمعنى والبركة. لقد أظهر المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى لنا جميعًا أن حب القرآن هو الطريق إلى السلام، والعلم، والأخوة الإسلامية.

فلسفة العدد خمسة

فلسفة "العدد خمسة" الذي يُمثل الذكرى الخامسة لرحيل المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى تحمل معنى رمزيًا عميقًا، حيث تذكرنا بالأركان الخمسة في الإسلام. كعالم جليل عُرف بتفانيه في خدمة القرآن الكريم ورعاية الأمة، يمكن تفسير "العدد خمسة" كرسالة لتقوية أسس الإيمان والعمل الصالح. طوال حياته، أشار المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى إلى كيفية تطبيق كل ركن منها بشكل مثالي، بدءًا من الإخلاص في الشهادة، والانضباط في الصلاة، والكرم في الزكاة، والخضوع في الصوم، وصولًا إلى التفاني في عبادة الحج. وتعد هذه الذكرى فرصة للأمة للتأمل في أهمية تعزيز الأركان الخمسة للحياة الإسلامية كما وردت في تعاليمه.

بالإضافة إلى ذلك، يرمز "العدد خمسة" إلى الاستمرارية والانسجام، كما هي الأصابع التي تكمل بعضها البعض في أداء وظائفها. كان الشيخ شخصية تجسد التوازن بين العلم، والعمل، والأخلاق، والابتكار، والدعوة، مثل الأصابع التي تعمل معًا لإمساك قيم الحق بإحكام. تذكرنا الذكرى الخامسة هذه بضرورة مواصلة إرثه من خلال الحفاظ على التناغم في الحياة، وجعل العلم والأخلاق أساسًا للجهود المبذولة، وتعزيز الأخوة الإسلامية. من خلال فهم فلسفة "العدد خمسة"، نجعل كل خطوة في حياتنا عملًا صالحًا يقربنا إلى الله سبحانه وتعالى، كما قد كرس حياته لخدمة الأمة.

فلسفة اللون الأزرق

فلسفة "اللون الأزرق" الذي يعد سمة مميزة لمعهد الدراسات القرآنية (PIQ) سنجاساري مالانج تعكس الهدوء والسلام، بما يتماشى مع القيم التي يتم تعليمها في هذا المعهد. يرتبط اللون الأزرق غالبًا بالسماء الواسعة والبحر الهادئ، مما يجعل سكينة النفس التي تنبع من الفهم العميق للقرآن الكريم. في معهد الدراسات القرآنية (PIQ)، لا يُعلّم الطلاب فهم القرآن كعلم، بل كطريق في تهدئة القلب وتحسين الأخلاق. كما يرمز هذا اللون إلى الأدب في الدين، حيث يُعلّم الطلاب كيفية نقل الحقيقة بلطف، والحفاظ على الأخوة الإسلامية، وتعزيز الأخلاق الكريمة في كل جوانب الحياة.

وكذلك يرمز إلى اتساع العلم الذي لا نهاية له، مثل البحر، وهو انعكاس لرؤية معهد الدراسات القرآنية (PIQ) في تكوين جيل قرآني. لا يركز هذا المعهد على تعلم التجويد، وتحسين التلاوة، وحفظ القرآن، بل يهتم أيضًا بغرس الأدب وتطبيق قيم القرآن في الحياة اليومية. هذه الفلسفة تخلق بيئة تعليمية هادئة ومتوازنة، بحيث لا ينمو الطلاب ليصبحوا أفرادًا ذوي علم فحسب، بل ذوي شخصية رفيعة وسلام داخلي. مع اللون الأزرق كرمز لها، يعلم معهد الدراسات القرآنية (PIQ) أن الهدوء في القلب والأدب في الدين هما مفتاح نشر رحمة الإسلام لجميع البشر.

من خلال فعالية الذكرى الخامسة لرحيل المغفور له الشيخ الحاج محمد بصري علوي مرتضى، نسأل الله أن نتمكن جميعًا من الاستفادة من مسيرته الطويلة في نشر نور القرآن الكريم، ومازالت تلهمنا وتعطينا السكينة لكل روح متشوقة للعلم والحكمة. نسأل الله أيضًا أن يمكننا من مواصلة نضاله بجعل القرآن الكريم مرشدًا لنا في حياتنا، وتطبيق قيمه، ونشر نوره في جميع أنحاء العالم. آمين يا رب العالمين!

Isra dan Mikraj: Perjalanan Spiritual Menuju Kebesaran Allah

Isra dan Mikraj adalah salah satu peristiwa luar biasa dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw. yang mengandung makna spiritual dan pelajaran mendalam bagi umat manusia. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad Saw. diperjalankan oleh Allah Swt. dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Yerusalem (Isra) dan kemudian dinaikkan ke Sidratul Muntaha, tempat tertinggi di langit (Mikraj). Kejadian ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga simbol perjalanan spiritual yang penuh dengan pesan ketauhidan, keyakinan, dan penguatan iman. Kedahsyatan peristiwa ini terletak pada keajaiban yang melampaui dimensi ruang dan waktu serta hikmah-hikmah mendalam yang relevan sepanjang masa.

Salah satu pelajaran utama dari Isra’dan Mikraj adalah pentingnya kekuatan iman dan kepercayaan kepada Allah Swt. Nabi Muhammad Saw. menghadapi banyak tantangan, hinaan, dan penolakan dari kaum kafir di Mekah sebelum peristiwa ini terjadi. Melalui perjalanan ini, Allah Swt. memberikan penghiburan, motivasi, dan keyakinan kepada Nabi bahwa perjuangannya dalam menyebarkan Islam adalah benar dan akan membuahkan hasil. Pesan ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam menghadapi kesulitan hidup, keimanan yang kokoh kepada Allah adalah sumber kekuatan untuk terus maju.

Isra dan Mikraj juga membawa pesan yang sangat relevan dengan pentingnya shalat sebagai tiang agama. Dalam peristiwa Mikraj, Nabi Muhammad Saw. menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah Swt. tanpa perantara. Shalat tidak hanya menjadi kewajiban ibadah, tetapi juga sarana komunikasi langsung antara hamba dan Sang Pencipta. Dalam kehidupan modern yang penuh dengan kesibukan dan distraksi, shalat mengingatkan kita untuk meluangkan waktu untuk merenung, bersyukur, dan memperbaiki hubungan dengan Allah. Shalat adalah oase spiritual yang memberikan ketenangan dan panduan dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan.

Selain itu, perjalanan Isra dan Mikraj mengajarkan pentingnya persatuan umat Islam. Dalam perjalanan ke Masjidil Aqsha, Nabi Muhammad Saw. menjadi imam shalat bagi para nabi terdahulu. Hal ini melambangkan kepemimpinan Rasulullah Saw. sebagai penutup para nabi dan pentingnya umat Islam untuk menjaga hubungan dengan sesama Muslim, tanpa memandang perbedaan suku, bangsa, atau latar belakang. Di era globalisasi ini, relevansi pesan ini sangat besar, terutama dalam mendorong persatuan dan kerja sama umat Islam untuk menghadapi tantangan zaman.

Peristiwa ini juga mengingatkan kita akan kebesaran Allah Swt. yang melampaui batas akal manusia. Keajaiban perjalanan Isra dan Mikraj menunjukkan bahwa kuasa Allah tidak terbatas oleh hukum-hukum fisik yang kita pahami. Ini memberikan pelajaran penting tentang rendah hati dalam menghadapi keterbatasan pengetahuan manusia dan kepercayaan kepada rencana Allah yang sempurna, meskipun kadang sulit dipahami.

Akhirnya, Isra dan Mikraj memberikan kita harapan dan optimisme. Dalam perjalanannya, Nabi Muhammad Saw. diperlihatkan surga dan neraka, yang mengingatkan kita akan kehidupan setelah kematian. Harapan untuk mendapatkan surga menjadi motivasi untuk terus melakukan amal kebaikan, sementara peringatan tentang neraka menjadi dorongan untuk menjauhi keburukan. Pesan ini sangat relevan dalam kehidupan modern, di mana banyak orang sering kehilangan arah dan tujuan hidup. Isra dan Mikraj mengajarkan kita untuk selalu hidup dengan kesadaran spiritual dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

Dengan memahami kedahsyatan Isra dan Mikraj, kita diajak untuk memperkuat iman, menjaga shalat, mempererat persatuan, dan memaknai kehidupan ini dengan perspektif spiritual yang mendalam. Peristiwa ini bukan hanya sejarah, tetapi juga panduan moral dan spiritual yang relevan untuk menjalani kehidupan di dunia yang penuh tantangan. Isra dan Mikraj adalah pengingat abadi bahwa keimanan, ibadah, dan kesadaran akan kebesaran Allah adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun akhirat.

Meneladani Lima Pilar Kehidupan Islami dan Harmoni Warisan “Sang Profesor Al-Qur'an”

Pada hari Senin, 27 Januari 2025 M/27 Rajab 1446 H, para santri, alumni, dan kaum muslimin berkumpul dalam suasana penuh rasa syukur dan penghormatan untuk memperingati Haul ke-5 Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho, seorang ulama besar yang telah menorehkan jejak tak terhapuskan di dunia keilmuan Al-Qur'an dan pembinaan umat. Haul ke-5 ini adalah momen yang penuh makna untuk meneladani warisan beliau, baik dalam penguasaan ilmu, ketulusan mengajar, maupun kesantunan dalam beragama.

Ada empat poin penting dalam memaknai konsep dan filosofi logo Haul ke-5 Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho yaitu pena, Al-Qur’an, angka lima, dan warna biru. Poin-poin penting dalam nilai-nilai filosofis tersebut diharapkan bisa menjadi pedoman, inspirasi, dan motivasi dalam menjalani kehidupan.

Filosofi Pena

Filosofi “pena” dalam kehidupan Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho adalah simbol produktivitas, dedikasi, dan pengabdian yang terus mengalir demi menyebarkan ilmu dan kebaikan. Pena bukan sekadar alat tulis; ia adalah jembatan antara pemikiran dan realitas, yang menuangkan hikmah ke dalam bentuk karya abadi. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho, melalui torehan pena dan karyanya, tidak hanya menulis untuk masanya, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Filosofi ini mencerminkan semangat beliau dalam memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan manfaat bagi umat, baik melalui karya tulis maupun media modern yang relevan dengan perkembangan zaman.

Produktivitas beliau terlihat dari banyaknya karya tulis yang dihasilkan, terutama dalam bidang ilmu Ahlussunnah wal Jama’ah. Pena yang beliau gunakan melambangkan kekuatan ilmu yang berlandaskan akidah yang kokoh, berpegang teguh pada syariat, dan penuh hikmah. Warna gradasi hijau yang diasosiasikan dengan karya tulis beliau menandakan kesejukan, kedamaian, dan keberkahan dari ilmu yang beliau sebarkan. Hijau juga melambangkan hubungan yang erat antara ilmu dan spiritualitas, menunjukkan bahwa setiap tulisan beliau bukan hanya berisi pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai keimanan yang mendalam.

Tak hanya berhenti pada karya tulis, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho juga memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menyampaikan ilmunya. Penggunaan audio-visual dalam pembelajaran Al-Qur’an adalah salah satu inovasi besar yang menggabungkan warisan tradisional dengan pendekatan modern. Hal ini menunjukkan bahwa pena bagi beliau bukan hanya alat statis, tetapi simbol dinamis yang terus menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Beliau memahami bahwa dakwah dan pembelajaran harus bisa menjangkau semua kalangan, dengan cara yang paling efektif dan relevan.

Dalam pandangan beliau, pena juga mengajarkan tanggung jawab. Setiap karya yang dihasilkan bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga menjadi amal jariyah yang terus mengalirkan pahala. Hal ini selaras dengan semangat ilmu dalam Islam, di mana setiap tulisan dan ucapan seorang ulama harus membawa keberkahan, bukan keburukan. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho memahami bahwa pena adalah amanah, sehingga setiap gagasan yang dituangkan selalu bertujuan untuk kebaikan umat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran.

Filosofi “pena” Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengajarkan kita untuk menjadi produktif, inovatif, dan bertanggung jawab dalam berkarya. Pena adalah simbol abadi dari perjalanan intelektual dan spiritual yang terus berlanjut. Warna gradasi hijau yang melambangkan kesejukan ilmu Ahlussunnah wal Jama’ah mengingatkan kita untuk selalu menjadikan ilmu sebagai jalan menuju kedamaian dan keberkahan. Inspirasi dari kehidupan beliau menunjukkan bahwa setiap dari kita dapat menorehkan “pena” dalam bentuk apapun, sebagai kontribusi untuk dunia dan amal untuk akhirat.

Filosofi Al-Qur’an

Filosofi “Al-Qur'an” yang diangkat sebagai tema Haul Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho tahun 2025 ini mencerminkan inti kehidupan beliau sebagai seorang ulama yang sepenuh jiwa mencintai, mendalami, dan mengabdikan hidupnya untuk kitab suci Al-Qur'an. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho dikenal sebagai “ahli Al-Qur'an” dengan kedalaman ilmu yang diakui oleh banyak pihak. Gelar “Sang Profesor Al-Qur'an” yang melekat pada beliau bukan hanya simbol penghormatan, tetapi juga pengakuan atas kontribusi besar beliau dalam menyebarkan ilmu Al-Qur'an, baik melalui pendidikan, inovasi, maupun organisasi.

Al-Qur'an menjadi landasan utama dari perjuangan beliau dalam membangun generasi Qurani. Sebagai salah satu pendiri “Jam’iyatul Qurra' wal Huffadz”, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho telah berkontribusi besar dalam mencetak pembaca dan penghafal Al-Qur'an yang tidak hanya memiliki kemampuan bacaan yang baik dan hafalan yang mumpuni, tetapi juga memahami makna dan mampu mengamalkan nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Organisasi ini menjadi bukti nyata dedikasi beliau dalam memuliakan Al-Qur'an dan memastikan bahwa keindahannya tetap hidup di tengah umat Islam, lintas generasi.

Kontribusi besar beliau juga tampak dalam gagasan inovatif yang mengangkat Al-Qur'an ke pentas dunia. Pada Konferensi Islam Asia-Afrika (KIAA) tahun 1964, beliau menjadi salah satu pencetus ide penyelenggaraan “Musabaqah Tilawatil Qur'an” (MTQ). Gagasan ini menunjukkan kecintaan beliau pada seni tilawah Al-Qur'an sebagai sarana mempererat ukhuwah Islamiah sekaligus memperkenalkan keindahan Al-Qur'an kepada dunia internasional. MTQ bukan hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga wadah pembinaan yang mengakar kuat dalam pembentukan generasi Qurani yang mencintai kitab suci mereka.

Filosofi “Al-Qur'an” dalam kehidupan Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho juga tercermin dari kesungguhan beliau dalam mendidik umat melalui pendekatan yang mendalam dan aplikatif. Beliau menanamkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca dan dihafal, tetapi juga untuk direnungkan dan diamalkan. Pesan ini selaras dengan ajaran Rasulullah Saw. yang menyatakan bahwa sebaik-baiknya umat adalah mereka yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya. Dalam setiap langkahnya, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho menjadi teladan nyata dari prinsip ini.

Tema “Al-Qur’an” dalam Haul tahun ini adalah penghormatan atas warisan besar yang telah beliau tinggalkan. Filosofi ini mengajarkan bahwa hidup yang diabadikan untuk Al-Qur'an adalah hidup yang penuh makna dan keberkahan. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho telah menunjukkan kepada kita semua bahwa mencintai Al-Qur'an adalah jalan menuju kedamaian, keilmuan, dan ukhuwah.

Filosofi Angka Lima

Filosofi “Angka Lima” yang menjadi penanda Haul ke-5 Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengandung makna simbolis yang mendalam, mengingatkan kita pada lima pilar utama dalam Islam, yaitu Rukun Islam. Sebagai seorang ulama besar yang dikenal dengan dedikasinya terhadap Al-Qur'an dan pembinaan umat, angka lima dapat dimaknai sebagai pesan untuk memperkuat fondasi keimanan dan amal. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho sepanjang hidupnya menunjukkan bagaimana setiap pilar tersebut dapat diterapkan secara sempurna, mulai dari keikhlasan dalam syahadat, kedisiplinan dalam salat, kedermawanan dalam zakat, ketundukan dalam puasa, hingga pengabdian dalam ibadah haji. Haul ini menjadi momentum bagi umat untuk merenungkan kembali pentingnya memperkokoh lima pilar kehidupan Islami sebagaimana yang telah dicontohkan oleh beliau.

Selain itu, angka lima juga melambangkan kesinambungan dan harmoni, sebagaimana jari-jari tangan yang saling melengkapi dalam menjalankan fungsinya. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho adalah sosok yang menghadirkan keseimbangan antara ilmu, amal, adab, inovasi, dan dakwah, seperti jari-jari yang bekerja bersama untuk menggenggam erat nilai-nilai kebenaran. Haul ke-5 ini mengingatkan kita untuk melanjutkan warisan beliau dengan menjaga harmoni dalam kehidupan, menjadikan ilmu dan adab sebagai dasar perjuangan, serta menguatkan ukhuwah Islamiyah. Dengan memaknai filosofi angka lima, kita diingatkan untuk menjadikan setiap langkah hidup sebagai amal jariyah yang mendekatkan kita kepada Allah Swt, sebagaimana Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho telah mengabdikan hidupnya untuk kebaikan umat.

Filosofi Warna Biru

Filosofi “warna biru” yang menjadi karakteristik dari Pesantren Ilmu Al-Qur'an (PIQ) Singosari Malang menggambarkan keteduhan dan kedamaian, selaras dengan nilai-nilai yang diajarkan di pesantren ini. Biru, yang sering diasosiasikan dengan langit yang luas dan lautan yang tenang, mencerminkan ketenangan jiwa yang dihasilkan dari pemahaman mendalam terhadap Al-Qur'an. Di PIQ, santri diajarkan untuk menghayati nilai-nilai Al-Qur'an bukan hanya sebagai ilmu, tetapi juga sebagai jalan untuk menyejukkan hati dan memperbaiki akhlak. Warna ini juga melambangkan kesantunan dalam beragama, sebagaimana para santri diajarkan untuk menyampaikan kebenaran dengan kelembutan, menjaga ukhuwah, dan mengedepankan akhlakul karimah dalam setiap aspek kehidupan.

Biru juga mengingatkan pada keluasan ilmu yang tak bertepi, seperti lautan, yang menjadi cerminan visi besar PIQ dalam mencetak generasi Qurani. Pesantren ini tidak hanya menekankan tajwid, tahsin, dan tahfidz Al-Qur'an, tetapi juga penanaman adab dan pengamalan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Filosofi ini menciptakan suasana pembelajaran yang sejuk dan harmonis, sehingga santri tidak hanya tumbuh menjadi individu yang berilmu, tetapi juga berkarakter santun dan damai. Dengan warna biru sebagai simbolnya, PIQ mengajarkan bahwa keteduhan dalam hati dan kesantunan dalam beragama adalah kunci untuk menyebarkan rahmat Islam kepada semua manusia.

Melalui peringatan Haul ke-5 Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho, semoga kita semua bisa mengambil pelajaran (istifadah) dari perjalanan panjang beliau dalam menebar cahaya Al-Qur’an, yang terus menginspirasi dan memberi keteduhan kepada setiap jiwa yang merindukan ilmu dan kebijaksanaan. Semoga kita semua juga dapat melanjutkan perjuangan beliau dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, mengamalkan nilai-nilainya, dan menyebarkan cahayanya ke seluruh penjuru dunia. Āmīn Yā Rabbal ‘Ālamīn!

Minggu, 26 Januari 2025

Doa Seorang Guru: Harapan dan Cinta untuk Murid-Muridnya Menuju Surga

Doa Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho beberapa jam sebelum wafat, “Kabeh muridku melebu suargo” (Semua muridku masuk surga), adalah sebuah doa yang penuh dengan ketulusan dan kasih sayang seorang guru terhadap para muridnya. Sebagai seorang ulama dan guru yang telah mengabdikan hidupnya untuk mendidik umat, doa ini menggambarkan betapa besar perhatian beliau terhadap masa depan spiritual para muridnya. Doa ini bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi mencerminkan harapan besar seorang guru agar murid-muridnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu dengan mendapatkan tempat yang terbaik di surga.

Ketika Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengucapkan doa ini, ada pesan yang terkandung di dalamnya bahwa seorang guru tidak hanya berfokus pada pencapaian ilmu semata, tetapi juga pada kesejahteraan spiritual murid-muridnya. Dalam pandangan beliau, keberhasilan seorang murid tidak hanya diukur dari seberapa banyak ilmu yang ia peroleh, tetapi juga dari bagaimana ia menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama dan meraih kebahagiaan hakiki di akhirat. Doa ini menunjukkan bahwa seorang guru yang sejati akan selalu menginginkan kebaikan untuk murid-muridnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Doa beliau juga mengajarkan kita tentang pentingnya seorang guru yang penuh kasih sayang dan perhatian terhadap perkembangan spiritual muridnya. Dalam dunia pendidikan, sering kali guru hanya terfokus pada pengetahuan akademis, tetapi Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan kita bahwa tugas seorang guru jauh lebih besar. Seorang guru memiliki tanggung jawab untuk mendidik bukan hanya dari segi ilmu, tetapi juga dari segi moral dan akhlak, agar muridnya dapat menjadi pribadi yang baik, bermanfaat bagi masyarakat, dan layak untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat.

Melalui doa ini, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho juga menunjukkan sikap tawakal yang luar biasa kepada Allah Swt. Beliau menyadari bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah, dan hanya dengan izin-Nya lah murid-muridnya bisa meraih surga. Namun, doa ini adalah bukti bahwa sebagai seorang guru, beliau telah memberikan segalanya untuk membimbing dan mengarahkan murid-muridnya ke jalan yang benar. Meskipun beliau tahu bahwa hasil akhirnya adalah urusan Allah, beliau tetap berdoa dengan penuh harapan dan keyakinan bahwa Allah akan menerima doa beliau untuk murid-muridnya.

Selain itu, doa tersebut juga mengandung pesan tentang hubungan spiritual yang erat antara guru dan murid. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur yang akan membawa murid-muridnya menuju keselamatan di dunia dan akhirat. Sebuah doa seperti ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan batin antara beliau dan murid-muridnya, sebuah hubungan yang terjalin bukan hanya di dunia ini, tetapi juga di kehidupan setelah mati.

Akhirnya, doa beliau menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjadi guru yang tidak hanya memperhatikan aspek akademis, tetapi juga memperhatikan aspek spiritual murid-muridnya. Doa Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan kita bahwa seorang guru yang sejati adalah yang mampu memberikan pengajaran yang tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga di akhirat. Dengan penuh kasih sayang, ketulusan, dan doa yang ikhlas, seorang guru berperan besar dalam membentuk masa depan murid-muridnya. Doa beliau, yang penuh harapan dan cinta, menjadi bukti nyata bahwa tugas seorang guru adalah membimbing muridnya menuju jalan yang benar dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Lahul Fātihah . . . !

Mimpi Tinggi, Hidup Bermakna: Menemukan Nilai dalam Tujuan yang Mulia

Ucapan H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D., “ Tinggikan mimpimu, tidak khawa...