Kamis, 09 Januari 2025

Berbuat Baik Tanpa Pamrih: Mengejar Ridha Allah di Atas Segalanya

Nasihat Abah Guru Sekumpul (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) Martapura Banjarmasin Kalimantan Selatan, “Jika kita berbuat baik tapi orang tak suka, tak apa. Yang kita cari ridha Allah, bukan ridha manusia,” adalah pengingat yang mendalam tentang keikhlasan dan tujuan hidup seorang hamba. Dalam kehidupan, tidak semua kebaikan yang kita lakukan akan diterima dengan baik oleh orang lain. Terkadang, niat baik kita justru disalahpahami, dicurigai, bahkan dicemooh. Namun, Abah Guru Sekumpul menekankan bahwa dalam setiap amal, fokus utama kita adalah mendapatkan ridha Allah, bukan pengakuan atau pujian dari manusia.

Ridha Allah adalah puncak tujuan seorang mukmin. Dalam menjalani kehidupan, sering kali kita tergoda untuk mencari apresiasi dari sesama. Padahal, penghargaan manusia bersifat sementara dan tidak menjamin kebahagiaan sejati. Sebaliknya, jika amal kita diniatkan semata-mata untuk Allah, maka kekecewaan akibat penolakan atau ketidaksukaan orang lain tidak akan menggoyahkan hati kita. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 112, “. . . Barang siapa menyerahkan dirinya kepada Allah dan dia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya . . .”

Nasihat ini juga mengajarkan tentang pentingnya keikhlasan dalam setiap perbuatan. Ikhlas berarti melakukan kebaikan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan dari manusia. Hanya dengan keikhlasan, amal kita akan diterima oleh Allah. Ketika seseorang memurnikan niatnya, ia tidak akan terlalu terpengaruh oleh sikap orang lain. Keikhlasan menjadi perisai yang melindungi hati dari rasa sakit akibat celaan, sehingga kita tetap istiqamah dalam berbuat baik meski dihadapkan pada penolakan.

Lebih dari itu, nasihat ini adalah ajakan untuk berani menjadi pribadi yang teguh memegang prinsip kebenaran. Tidak semua kebaikan yang kita lakukan akan terlihat baik di mata manusia, terutama di zaman yang nilai-nilainya sering kali terbalik. Tugas kita adalah tetap berbuat baik sesuai tuntunan agama, meskipun orang lain tidak menghargai atau bahkan menentangnya. Rasulullah Saw. pun pernah menghadapi berbagai hinaan dan penolakan, tetapi beliau tetap teguh berdakwah demi menggapai ridha Allah.

Nasihat ini juga mengingatkan kita untuk tidak mudah kecewa atau berhenti berbuat baik hanya karena respon negatif dari orang lain. Dalam perspektif spiritual, kebaikan yang dilakukan semata-mata untuk Allah akan menjadi tabungan pahala yang abadi. Bahkan, kebaikan itu sering kali menjadi sebab turunnya pertolongan Allah di saat kita membutuhkannya. Dengan demikian, respon manusia, baik berupa pujian atau celaan, hanyalah ujian kecil yang tidak seharusnya mengubah niat kita.

Pada akhirnya, nasihat ini menginspirasi kita untuk menjalani hidup dengan hati yang tulus dan jiwa yang kuat. Berbuat baik karena Allah adalah bentuk penghambaan yang paling murni, yang membawa ketenangan dan kebahagiaan sejati. Maka, meskipun dunia tidak selalu menghargai kebaikan kita, yakinlah bahwa Allah tidak pernah luput dari setiap amal yang dilakukan dengan ikhlas. Dengan berpegang pada nasihat ini, kita akan menjadi hamba yang tegar, bersemangat, dan tetap istiqamah di jalan kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Percaya Diri dan Sadar Diri: Keseimbangan Menuju Kesuksesan Bermakna

Ungkapan " Percaya diri penting, tapi sadar diri lebih penting " mengandung ...