Kalam
hikmah Zubair bin Abu Bakar dalam kitab “Al-Washaya al-Nabawiyah” karya
Profesor Hamid Ahmad at-Thahir, “عَلَيْكَ بِالْعِلْمِ فَإِنِ افْتَقَرْتَ كَانَ لَكَ مَالًا،
وَإِنِ اسْتَغْنَيْتَ كَانَ لَكَ جَمَالًا (‘Alaika
bil-‘ilmi fa in-iftaqarta kāna laka mālan, wa in-istaghnaita kāna laka jamālan/Tetaplah
berpegang pada ilmu. Bila kamu fakir ia bisa jadi hartamu. Bila kamu kaya ia
bisa jadi perhiasanmu)," menyampaikan pesan yang mendalam tentang
pentingnya ilmu sebagai aset yang tak ternilai dalam kehidupan. Ucapan ini
mengajarkan bahwa ilmu bukan hanya alat untuk memperoleh pengetahuan, tetapi
juga kekayaan yang abadi, yang memberi nilai tambah baik dalam keterbatasan
maupun dalam kelimpahan. Ilmu adalah bekal yang memuliakan manusia di setiap
keadaan, baik dalam kesulitan maupun kemudahan.
Dalam
kondisi kefakiran, ilmu menjadi harta yang tidak ternilai. Orang yang berilmu
dapat mengubah keadaan hidupnya melalui pemahaman, keterampilan, dan wawasan
yang dimiliki. Ilmu membuka peluang untuk memperbaiki taraf hidup, baik melalui
pekerjaan, usaha, maupun inovasi. Bahkan ketika seseorang tidak memiliki
materi, ilmu memberikan kekuatan untuk tetap bertahan, memecahkan masalah, dan
menciptakan peluang yang sebelumnya tidak terlihat. Dengan ilmu, keterbatasan
tidak lagi menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.
Sebaliknya,
ketika seseorang berada dalam kekayaan, ilmu menjadi perhiasan yang memperindah
kehidupannya. Kekayaan tanpa ilmu sering kali membawa kehancuran, karena
kurangnya pemahaman dalam mengelola harta dapat menyebabkan kesombongan,
pemborosan, atau penyalahgunaan. Namun, orang kaya yang berilmu mampu
menggunakan kekayaannya dengan bijaksana untuk membantu orang lain, membangun
masyarakat, dan mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu memberikan arah yang benar
dalam memanfaatkan kekayaan sebagai sarana untuk kebaikan.
Ucapan
ini juga menyoroti sifat ilmu sebagai aset yang tak dapat dicuri, hilang, atau
usang. Berbeda dengan harta benda yang bisa lenyap dalam sekejap, ilmu tetap
melekat pada pemiliknya dan bahkan terus berkembang ketika digunakan dan
diajarkan kepada orang lain. Ilmu memiliki sifat melipatgandakan manfaatnya,
menjadikannya investasi abadi yang terus memberikan hasil, baik di dunia maupun
akhirat.
Dalam konteks spiritual, ucapan ini juga mengingatkan bahwa ilmu adalah jalan menuju kedekatan dengan Allah. Melalui ilmu, seseorang dapat memahami syariat-Nya, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Ilmu agama, khususnya, adalah pelita yang menerangi jalan hidup, memberikan panduan dalam setiap langkah, dan menghindarkan manusia dari kesesatan. Dengan demikian, ilmu tidak hanya bermanfaat secara duniawi tetapi juga menjadi bekal yang paling utama untuk kehidupan akhirat.
Kesimpulannya, nasihat ini mengajarkan kita untuk menjadikan ilmu sebagai prioritas utama dalam kehidupan. Ilmu adalah warisan paling mulia yang membawa manfaat di segala kondisi. Oleh karena itu, menuntut ilmu, mengamalkan, dan menyebarkannya adalah bentuk ibadah yang bernilai tinggi. Dalam setiap fase kehidupan, ilmu akan selalu menjadi pelindung, pemandu, dan pengangkat derajat kita di hadapan manusia dan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar