Jumat, 24 Januari 2025

Ilmu: Harta Abadi dan Perhiasan Kehidupan

Kalam hikmah Zubair bin Abu Bakar dalam kitab “Al-Washaya al-Nabawiyah” karya Profesor Hamid Ahmad at-Thahir, “عَلَيْكَ بِالْعِلْمِ فَإِنِ افْتَقَرْتَ كَانَ لَكَ مَالًا، وَإِنِ اسْتَغْنَيْتَ كَانَ لَكَ جَمَالًا (‘Alaika bil-‘ilmi fa in-iftaqarta kāna laka mālan, wa in-istaghnaita kāna laka jamālan/Tetaplah berpegang pada ilmu. Bila kamu fakir ia bisa jadi hartamu. Bila kamu kaya ia bisa jadi perhiasanmu)," menyampaikan pesan yang mendalam tentang pentingnya ilmu sebagai aset yang tak ternilai dalam kehidupan. Ucapan ini mengajarkan bahwa ilmu bukan hanya alat untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga kekayaan yang abadi, yang memberi nilai tambah baik dalam keterbatasan maupun dalam kelimpahan. Ilmu adalah bekal yang memuliakan manusia di setiap keadaan, baik dalam kesulitan maupun kemudahan.

Dalam kondisi kefakiran, ilmu menjadi harta yang tidak ternilai. Orang yang berilmu dapat mengubah keadaan hidupnya melalui pemahaman, keterampilan, dan wawasan yang dimiliki. Ilmu membuka peluang untuk memperbaiki taraf hidup, baik melalui pekerjaan, usaha, maupun inovasi. Bahkan ketika seseorang tidak memiliki materi, ilmu memberikan kekuatan untuk tetap bertahan, memecahkan masalah, dan menciptakan peluang yang sebelumnya tidak terlihat. Dengan ilmu, keterbatasan tidak lagi menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.

Sebaliknya, ketika seseorang berada dalam kekayaan, ilmu menjadi perhiasan yang memperindah kehidupannya. Kekayaan tanpa ilmu sering kali membawa kehancuran, karena kurangnya pemahaman dalam mengelola harta dapat menyebabkan kesombongan, pemborosan, atau penyalahgunaan. Namun, orang kaya yang berilmu mampu menggunakan kekayaannya dengan bijaksana untuk membantu orang lain, membangun masyarakat, dan mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu memberikan arah yang benar dalam memanfaatkan kekayaan sebagai sarana untuk kebaikan.

Ucapan ini juga menyoroti sifat ilmu sebagai aset yang tak dapat dicuri, hilang, atau usang. Berbeda dengan harta benda yang bisa lenyap dalam sekejap, ilmu tetap melekat pada pemiliknya dan bahkan terus berkembang ketika digunakan dan diajarkan kepada orang lain. Ilmu memiliki sifat melipatgandakan manfaatnya, menjadikannya investasi abadi yang terus memberikan hasil, baik di dunia maupun akhirat.

Dalam konteks spiritual, ucapan ini juga mengingatkan bahwa ilmu adalah jalan menuju kedekatan dengan Allah. Melalui ilmu, seseorang dapat memahami syariat-Nya, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Ilmu agama, khususnya, adalah pelita yang menerangi jalan hidup, memberikan panduan dalam setiap langkah, dan menghindarkan manusia dari kesesatan. Dengan demikian, ilmu tidak hanya bermanfaat secara duniawi tetapi juga menjadi bekal yang paling utama untuk kehidupan akhirat.

Kesimpulannya, nasihat ini mengajarkan kita untuk menjadikan ilmu sebagai prioritas utama dalam kehidupan. Ilmu adalah warisan paling mulia yang membawa manfaat di segala kondisi. Oleh karena itu, menuntut ilmu, mengamalkan, dan menyebarkannya adalah bentuk ibadah yang bernilai tinggi. Dalam setiap fase kehidupan, ilmu akan selalu menjadi pelindung, pemandu, dan pengangkat derajat kita di hadapan manusia dan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menemukan Terang Setelah Kegelapan: Pelajaran Hidup dari R.A. Kartini

Kalimat inspiratif " Habis Gelap, Terbitlah Terang " yang diucapkan oleh R.A...