Ucapan
Anies Rasyid Baswedan, seorang akademisi dan mantan gubernur DKI Jakarta
periode 2027-2022 “Dialog itu muncul jika ada berpikir kritis. Berpikir
kritis itu muncul jika ada inkuistif,” mengandung pesan mendalam tentang
bagaimana sikap ingin tahu (inkuistif) menjadi fondasi penting dalam membangun
dialog yang bermakna dan produktif. Sebuah dialog yang berkualitas tidak bisa
terjadi tanpa adanya upaya untuk menganalisis, memahami, dan mempertanyakan
berbagai hal secara mendalam. Rasa ingin tahu memicu pemikiran kritis, dan
pemikiran kritis menjadi bahan bakar utama bagi diskusi yang sehat dan terbuka.
Sikap
inkuistif adalah akar dari semua proses pembelajaran. Ketika seseorang merasa
penasaran atau ingin tahu, mereka terdorong untuk menggali informasi lebih
dalam, mengeksplorasi berbagai perspektif, dan mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak mereka. Dari sinilah berpikir kritis
mulai terbentuk. Pemikiran kritis memungkinkan seseorang untuk memeriksa
informasi secara objektif, menilai validitas argumen, dan mengidentifikasi
hubungan antara berbagai ide. Proses ini penting untuk melahirkan dialog yang
tidak hanya berbicara, tetapi juga mendengarkan, memahami, dan menyelami makna.
Dalam
konteks dialog, berpikir kritis membantu membangun percakapan yang berorientasi
pada solusi dan saling menghormati. Ketika individu mendasarkan dialog pada
pemikiran yang mendalam dan analitis, mereka lebih cenderung mendengarkan
dengan empati dan merespons dengan bijaksana. Dialog yang kritis bukanlah
tentang memenangkan argumen, melainkan tentang menjembatani perbedaan dan
menemukan kesepahaman. Dengan demikian, inkuistif dan berpikir kritis berperan
sebagai katalisator untuk menciptakan ruang komunikasi yang inklusif dan
konstruktif.
Pesan
ini juga relevan dalam dunia pendidikan, di mana dialog sering dianggap sebagai
metode pembelajaran yang efektif. Guru yang mendorong peserta didik untuk
berpikir kritis melalui pertanyaan-pertanyaan yang menggugah, sebenarnya sedang
menumbuhkan rasa ingin tahu mereka. Ketika peserta didik merasa tertarik dan
terdorong untuk bertanya, mereka tidak hanya belajar untuk memahami, tetapi
juga untuk mempertanyakan asumsi dan memperluas wawasan. Proses ini membentuk
generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mampu berdialog dengan berbagai
pihak di dunia nyata.
Dalam kehidupan sehari-hari, pentingnya inkuistif, berpikir kritis, dan dialog dapat dilihat dalam berbagai aspek, seperti menyelesaikan konflik, memahami sudut pandang orang lain, atau mencari solusi atas masalah yang kompleks. Tanpa rasa ingin tahu, seseorang cenderung pasif dan menerima keadaan apa adanya. Namun, ketika inkuistif hadir, ia mendorong seseorang untuk mencari jawaban, berpikir mendalam, dan mengkomunikasikan pemikiran mereka dengan orang lain. Dengan begitu, dialog menjadi medium untuk menciptakan perubahan sosial dan kemajuan bersama.
Ucapan Anies Rasyid Baswedan ini mengajarkan kita bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari hal sederhana: rasa ingin tahu. Jika kita terus memelihara inkuistif dalam diri, melatih kemampuan berpikir kritis, dan menghidupkan dialog yang sehat, kita tidak hanya menjadi individu yang lebih bijaksana, tetapi juga bagian dari komunitas yang berdaya. Dunia yang lebih baik tidak dibangun dari monolog, tetapi dari dialog yang lahir dari rasa ingin tahu dan pemikiran mendalam. Maka, mari berani bertanya, berpikir, dan berdialog untuk menciptakan dunia yang lebih harmonis dan bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar