Senin, 06 Januari 2025

Membangun Jembatan Kasih dalam Mendidik Anak

Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho, seorang ulama kharismatik yang dikenal karena kearifannya, memberikan nasihat yang sangat mendalam tentang pentingnya bersabar dan penuh kasih sayang dalam mendidik anak, terutama ketika mereka menunjukkan perilaku nakal. Beliau berkata, “Kalau anakmu nakal, jangan diusir, ditelateni saja. Kalau diusir maka hubungannya akan putus sama sekali, kalau tidak diusir, maka masih bisa ditarik sedikit-sedikit.” Nasihat ini mengandung filosofi mendalam tentang pentingnya menjaga hubungan dan membangun komunikasi yang baik dengan anak sebagai fondasi utama dalam pendidikan keluarga.

Ketika anak berperilaku nakal, sering kali orang tua merasa kesal, marah, atau bahkan kehilangan kesabaran. Namun, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan bahwa mengusir anak atau memutuskan hubungan emosional dengannya hanya akan memperburuk situasi. Anak yang diusir atau ditolak akan merasa tidak diterima, kehilangan rasa aman, dan akhirnya menjauh secara fisik maupun emosional dari orang tua. Sebaliknya, dengan “ditelateni” atau dihadapi dengan kesabaran dan kasih sayang, orang tua menciptakan ruang bagi anak untuk memperbaiki diri secara perlahan.

Nasihat ini juga menekankan pentingnya membangun hubungan yang kokoh berdasarkan cinta dan empati. Anak yang nakal sering kali sebenarnya sedang mencari perhatian atau mengalami kebingungan dalam memahami emosi mereka. Ketelatenan orang tua memberi kesempatan untuk memahami penyebab perilaku anak dan membantu mereka menemukan solusi yang lebih baik. Dalam proses ini, anak belajar bahwa keluarga adalah tempat yang aman untuk berbagi, belajar, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho juga mengajarkan nilai besar dalam Islam tentang “rahmat” dan “kesabaran”. Orang tua adalah cerminan kasih Allah bagi anak-anak mereka. Dengan meneladani sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, orang tua dapat menjadi pemandu yang tidak hanya mendidik tetapi juga merangkul kelemahan anak-anak mereka dengan cinta. Ketelatenan ini adalah bagian dari “tarbiyah” atau pendidikan Islami yang bertujuan untuk membentuk karakter dan akhlak mulia.

Secara praktis, nasihat ini mengajarkan teknik mendidik yang humanis. Ketika anak melakukan kesalahan, daripada menghukumnya secara berlebihan atau menolaknya, orang tua perlu mengambil pendekatan dialogis. Mendengarkan, berbicara dari hati ke hati, dan memberikan contoh perilaku yang baik adalah langkah-langkah penting untuk mendidik anak tanpa memutuskan hubungan emosional. Proses ini membutuhkan kesabaran, tapi hasilnya adalah hubungan keluarga yang lebih harmonis dan anak yang tumbuh dengan fondasi moral yang kuat.

Nasihat Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho ini menjadi inspirasi bagi setiap orang tua untuk terus memperjuangkan kebaikan dalam keluarga. Anak adalah amanah yang harus dirawat dengan cinta dan kesabaran, meskipun mereka menunjukkan sisi sulit dari pertumbuhan mereka. Dengan terus mendampingi mereka di setiap langkah, orang tua dapat menanamkan nilai-nilai kebaikan yang akan menjadi bekal bagi anak hingga dewasa. Seperti pepatah, “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah,” demikian pula kasih sayang orang tua yang tulus akan menjadi bekal perjalanan panjang anak di dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Percaya Diri dan Sadar Diri: Keseimbangan Menuju Kesuksesan Bermakna

Ungkapan " Percaya diri penting, tapi sadar diri lebih penting " mengandung ...