Halaman

Senin, 27 Januari 2025

Meneladani Lima Pilar Kehidupan Islami dan Harmoni Warisan “Sang Profesor Al-Qur'an”

Pada hari Senin, 27 Januari 2025 M/27 Rajab 1446 H, para santri, alumni, dan kaum muslimin berkumpul dalam suasana penuh rasa syukur dan penghormatan untuk memperingati Haul ke-5 Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho, seorang ulama besar yang telah menorehkan jejak tak terhapuskan di dunia keilmuan Al-Qur'an dan pembinaan umat. Haul ke-5 ini adalah momen yang penuh makna untuk meneladani warisan beliau, baik dalam penguasaan ilmu, ketulusan mengajar, maupun kesantunan dalam beragama.

Ada empat poin penting dalam memaknai konsep dan filosofi logo Haul ke-5 Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho yaitu pena, Al-Qur’an, angka lima, dan warna biru. Poin-poin penting dalam nilai-nilai filosofis tersebut diharapkan bisa menjadi pedoman, inspirasi, dan motivasi dalam menjalani kehidupan.

Filosofi Pena

Filosofi “pena” dalam kehidupan Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho adalah simbol produktivitas, dedikasi, dan pengabdian yang terus mengalir demi menyebarkan ilmu dan kebaikan. Pena bukan sekadar alat tulis; ia adalah jembatan antara pemikiran dan realitas, yang menuangkan hikmah ke dalam bentuk karya abadi. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho, melalui torehan pena dan karyanya, tidak hanya menulis untuk masanya, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Filosofi ini mencerminkan semangat beliau dalam memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan manfaat bagi umat, baik melalui karya tulis maupun media modern yang relevan dengan perkembangan zaman.

Produktivitas beliau terlihat dari banyaknya karya tulis yang dihasilkan, terutama dalam bidang ilmu Ahlussunnah wal Jama’ah. Pena yang beliau gunakan melambangkan kekuatan ilmu yang berlandaskan akidah yang kokoh, berpegang teguh pada syariat, dan penuh hikmah. Warna gradasi hijau yang diasosiasikan dengan karya tulis beliau menandakan kesejukan, kedamaian, dan keberkahan dari ilmu yang beliau sebarkan. Hijau juga melambangkan hubungan yang erat antara ilmu dan spiritualitas, menunjukkan bahwa setiap tulisan beliau bukan hanya berisi pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai keimanan yang mendalam.

Tak hanya berhenti pada karya tulis, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho juga memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menyampaikan ilmunya. Penggunaan audio-visual dalam pembelajaran Al-Qur’an adalah salah satu inovasi besar yang menggabungkan warisan tradisional dengan pendekatan modern. Hal ini menunjukkan bahwa pena bagi beliau bukan hanya alat statis, tetapi simbol dinamis yang terus menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Beliau memahami bahwa dakwah dan pembelajaran harus bisa menjangkau semua kalangan, dengan cara yang paling efektif dan relevan.

Dalam pandangan beliau, pena juga mengajarkan tanggung jawab. Setiap karya yang dihasilkan bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga menjadi amal jariyah yang terus mengalirkan pahala. Hal ini selaras dengan semangat ilmu dalam Islam, di mana setiap tulisan dan ucapan seorang ulama harus membawa keberkahan, bukan keburukan. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho memahami bahwa pena adalah amanah, sehingga setiap gagasan yang dituangkan selalu bertujuan untuk kebaikan umat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran.

Filosofi “pena” Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengajarkan kita untuk menjadi produktif, inovatif, dan bertanggung jawab dalam berkarya. Pena adalah simbol abadi dari perjalanan intelektual dan spiritual yang terus berlanjut. Warna gradasi hijau yang melambangkan kesejukan ilmu Ahlussunnah wal Jama’ah mengingatkan kita untuk selalu menjadikan ilmu sebagai jalan menuju kedamaian dan keberkahan. Inspirasi dari kehidupan beliau menunjukkan bahwa setiap dari kita dapat menorehkan “pena” dalam bentuk apapun, sebagai kontribusi untuk dunia dan amal untuk akhirat.

Filosofi Al-Qur’an

Filosofi “Al-Qur'an” yang diangkat sebagai tema Haul Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho tahun 2025 ini mencerminkan inti kehidupan beliau sebagai seorang ulama yang sepenuh jiwa mencintai, mendalami, dan mengabdikan hidupnya untuk kitab suci Al-Qur'an. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho dikenal sebagai “ahli Al-Qur'an” dengan kedalaman ilmu yang diakui oleh banyak pihak. Gelar “Sang Profesor Al-Qur'an” yang melekat pada beliau bukan hanya simbol penghormatan, tetapi juga pengakuan atas kontribusi besar beliau dalam menyebarkan ilmu Al-Qur'an, baik melalui pendidikan, inovasi, maupun organisasi.

Al-Qur'an menjadi landasan utama dari perjuangan beliau dalam membangun generasi Qurani. Sebagai salah satu pendiri “Jam’iyatul Qurra' wal Huffadz”, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho telah berkontribusi besar dalam mencetak pembaca dan penghafal Al-Qur'an yang tidak hanya memiliki kemampuan bacaan yang baik dan hafalan yang mumpuni, tetapi juga memahami makna dan mampu mengamalkan nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Organisasi ini menjadi bukti nyata dedikasi beliau dalam memuliakan Al-Qur'an dan memastikan bahwa keindahannya tetap hidup di tengah umat Islam, lintas generasi.

Kontribusi besar beliau juga tampak dalam gagasan inovatif yang mengangkat Al-Qur'an ke pentas dunia. Pada Konferensi Islam Asia-Afrika (KIAA) tahun 1964, beliau menjadi salah satu pencetus ide penyelenggaraan “Musabaqah Tilawatil Qur'an” (MTQ). Gagasan ini menunjukkan kecintaan beliau pada seni tilawah Al-Qur'an sebagai sarana mempererat ukhuwah Islamiah sekaligus memperkenalkan keindahan Al-Qur'an kepada dunia internasional. MTQ bukan hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga wadah pembinaan yang mengakar kuat dalam pembentukan generasi Qurani yang mencintai kitab suci mereka.

Filosofi “Al-Qur'an” dalam kehidupan Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho juga tercermin dari kesungguhan beliau dalam mendidik umat melalui pendekatan yang mendalam dan aplikatif. Beliau menanamkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca dan dihafal, tetapi juga untuk direnungkan dan diamalkan. Pesan ini selaras dengan ajaran Rasulullah Saw. yang menyatakan bahwa sebaik-baiknya umat adalah mereka yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya. Dalam setiap langkahnya, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho menjadi teladan nyata dari prinsip ini.

Tema “Al-Qur’an” dalam Haul tahun ini adalah penghormatan atas warisan besar yang telah beliau tinggalkan. Filosofi ini mengajarkan bahwa hidup yang diabadikan untuk Al-Qur'an adalah hidup yang penuh makna dan keberkahan. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho telah menunjukkan kepada kita semua bahwa mencintai Al-Qur'an adalah jalan menuju kedamaian, keilmuan, dan ukhuwah.

Filosofi Angka Lima

Filosofi “Angka Lima” yang menjadi penanda Haul ke-5 Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengandung makna simbolis yang mendalam, mengingatkan kita pada lima pilar utama dalam Islam, yaitu Rukun Islam. Sebagai seorang ulama besar yang dikenal dengan dedikasinya terhadap Al-Qur'an dan pembinaan umat, angka lima dapat dimaknai sebagai pesan untuk memperkuat fondasi keimanan dan amal. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho sepanjang hidupnya menunjukkan bagaimana setiap pilar tersebut dapat diterapkan secara sempurna, mulai dari keikhlasan dalam syahadat, kedisiplinan dalam salat, kedermawanan dalam zakat, ketundukan dalam puasa, hingga pengabdian dalam ibadah haji. Haul ini menjadi momentum bagi umat untuk merenungkan kembali pentingnya memperkokoh lima pilar kehidupan Islami sebagaimana yang telah dicontohkan oleh beliau.

Selain itu, angka lima juga melambangkan kesinambungan dan harmoni, sebagaimana jari-jari tangan yang saling melengkapi dalam menjalankan fungsinya. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho adalah sosok yang menghadirkan keseimbangan antara ilmu, amal, adab, inovasi, dan dakwah, seperti jari-jari yang bekerja bersama untuk menggenggam erat nilai-nilai kebenaran. Haul ke-5 ini mengingatkan kita untuk melanjutkan warisan beliau dengan menjaga harmoni dalam kehidupan, menjadikan ilmu dan adab sebagai dasar perjuangan, serta menguatkan ukhuwah Islamiyah. Dengan memaknai filosofi angka lima, kita diingatkan untuk menjadikan setiap langkah hidup sebagai amal jariyah yang mendekatkan kita kepada Allah Swt, sebagaimana Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho telah mengabdikan hidupnya untuk kebaikan umat.

Filosofi Warna Biru

Filosofi “warna biru” yang menjadi karakteristik dari Pesantren Ilmu Al-Qur'an (PIQ) Singosari Malang menggambarkan keteduhan dan kedamaian, selaras dengan nilai-nilai yang diajarkan di pesantren ini. Biru, yang sering diasosiasikan dengan langit yang luas dan lautan yang tenang, mencerminkan ketenangan jiwa yang dihasilkan dari pemahaman mendalam terhadap Al-Qur'an. Di PIQ, santri diajarkan untuk menghayati nilai-nilai Al-Qur'an bukan hanya sebagai ilmu, tetapi juga sebagai jalan untuk menyejukkan hati dan memperbaiki akhlak. Warna ini juga melambangkan kesantunan dalam beragama, sebagaimana para santri diajarkan untuk menyampaikan kebenaran dengan kelembutan, menjaga ukhuwah, dan mengedepankan akhlakul karimah dalam setiap aspek kehidupan.

Biru juga mengingatkan pada keluasan ilmu yang tak bertepi, seperti lautan, yang menjadi cerminan visi besar PIQ dalam mencetak generasi Qurani. Pesantren ini tidak hanya menekankan tajwid, tahsin, dan tahfidz Al-Qur'an, tetapi juga penanaman adab dan pengamalan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Filosofi ini menciptakan suasana pembelajaran yang sejuk dan harmonis, sehingga santri tidak hanya tumbuh menjadi individu yang berilmu, tetapi juga berkarakter santun dan damai. Dengan warna biru sebagai simbolnya, PIQ mengajarkan bahwa keteduhan dalam hati dan kesantunan dalam beragama adalah kunci untuk menyebarkan rahmat Islam kepada semua manusia.

Melalui peringatan Haul ke-5 Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho, semoga kita semua bisa mengambil pelajaran (istifadah) dari perjalanan panjang beliau dalam menebar cahaya Al-Qur’an, yang terus menginspirasi dan memberi keteduhan kepada setiap jiwa yang merindukan ilmu dan kebijaksanaan. Semoga kita semua juga dapat melanjutkan perjuangan beliau dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, mengamalkan nilai-nilainya, dan menyebarkan cahayanya ke seluruh penjuru dunia. Āmīn Yā Rabbal ‘Ālamīn!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Empat Pilar Kesuksesan: Kerja Keras, Tuntas, Ikhlas, dan Doa Orang Tua

  Ungkapan “ Kerja keras, kerja tuntas, kerja ikhlas, dan doa orang tua ” merupakan pa...