Nasihat
Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho tentang mengajar ngaji memiliki
makna yang dalam dan relevan, baik bagi guru maupun pelajar agama. Ucapan ini
menekankan pentingnya kesungguhan dalam belajar dan mengajar Al-Qur’an, karena
aktivitas ini tidak hanya membentuk keterampilan, tetapi juga membangun akhlak
dan mendekatkan seseorang kepada Allah. Ketika seseorang mengajar ngaji,
sesungguhnya ia sedang berada dalam penjagaan Allah, karena Al-Qur’an adalah
petunjuk dan cahaya yang melindungi manusia dari perbuatan yang tidak disukai
oleh Allah dan Rasul-Nya.
Nasihat
ini juga mengingatkan bahwa mengajar adalah tanggung jawab besar yang
memerlukan kesiapan ilmu. Sebelum mengajar, seseorang harus mengaji dengan
benar, memahami Al-Qur’an dengan baik, dan mendalami maknanya. Dengan begitu,
ia tidak hanya mengajarkan huruf, tetapi juga makna dan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur’an. Proses ini tidak hanya memperbaiki bacaan tetapi
juga memperbaiki jiwa, sehingga seorang pengajar menjadi teladan yang baik bagi
murid-muridnya.
Nasihat
“ngajilah yang benar” menunjukkan pentingnya niat yang ikhlas dalam belajar.
Belajar Al-Qur’an bukan sekadar mengejar ilmu duniawi, tetapi juga sebagai
ibadah yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah. Niat yang benar akan
memandu seorang pengajar untuk menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab
dan kesungguhan. Ketika niat sudah lurus, maka proses belajar dan mengajar
menjadi amal saleh yang mendatangkan keberkahan.
Lebih
lanjut, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan bahwa
Allah tidak akan membiarkan seseorang yang mengajar Al-Qur’an salah, selama ia
melakukannya dengan niat yang benar dan usaha yang maksimal. Dalam hal ini,
Allah akan memberikan petunjuk, membimbing langkah, dan menjaga lisannya agar
tidak menyimpang dari kebenaran. Keyakinan ini memberikan rasa tenang dan
percaya diri bagi seorang pengajar, bahwa jika ia berusaha sungguh-sungguh,
Allah akan selalu menolongnya.
Nasihat ini juga mengandung pesan bahwa mengajar ngaji adalah cara efektif untuk menjaga diri dari dosa. Ketika seseorang tenggelam dalam aktivitas mulia ini, ia secara alami akan dijauhkan dari perbuatan yang tidak disukai Allah. Hal ini karena waktu, pikiran, dan hatinya tersibukkan oleh kegiatan yang penuh dengan kebaikan. Dengan mengajar Al-Qur’an, seseorang tidak hanya menjaga dirinya sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga moral dan akhlak masyarakat.
Akhirnya, nasihat ini mengajarkan bahwa mengajar ngaji bukan hanya tugas, tetapi juga sebuah kehormatan dan amanah besar. Mengajarkan Al-Qur’an adalah cara untuk menebar cahaya di tengah umat, mencetak generasi yang taat kepada Allah, dan mewariskan nilai-nilai Islam yang abadi. Sebagai pengajar, kita tidak hanya menjadi penyalur ilmu, tetapi juga pembawa harapan dan perubahan. Dengan niat yang benar, ilmu yang mumpuni, dan ketekunan, Allah akan memastikan jalan kita dalam mengajar Al-Qur’an selalu diberkahi dan dijaga dari kesalahan. Inilah keistimewaan mengajar ngaji: amal yang menyinari dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar