Sabtu, 18 Januari 2025

Mengajar Ngaji: Cahaya yang Menjaga dan Memberkahi

Nasihat Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho tentang mengajar ngaji memiliki makna yang dalam dan relevan, baik bagi guru maupun pelajar agama. Ucapan ini menekankan pentingnya kesungguhan dalam belajar dan mengajar Al-Qur’an, karena aktivitas ini tidak hanya membentuk keterampilan, tetapi juga membangun akhlak dan mendekatkan seseorang kepada Allah. Ketika seseorang mengajar ngaji, sesungguhnya ia sedang berada dalam penjagaan Allah, karena Al-Qur’an adalah petunjuk dan cahaya yang melindungi manusia dari perbuatan yang tidak disukai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Nasihat ini juga mengingatkan bahwa mengajar adalah tanggung jawab besar yang memerlukan kesiapan ilmu. Sebelum mengajar, seseorang harus mengaji dengan benar, memahami Al-Qur’an dengan baik, dan mendalami maknanya. Dengan begitu, ia tidak hanya mengajarkan huruf, tetapi juga makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Proses ini tidak hanya memperbaiki bacaan tetapi juga memperbaiki jiwa, sehingga seorang pengajar menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya.

Nasihat “ngajilah yang benar” menunjukkan pentingnya niat yang ikhlas dalam belajar. Belajar Al-Qur’an bukan sekadar mengejar ilmu duniawi, tetapi juga sebagai ibadah yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah. Niat yang benar akan memandu seorang pengajar untuk menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan. Ketika niat sudah lurus, maka proses belajar dan mengajar menjadi amal saleh yang mendatangkan keberkahan.

Lebih lanjut, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan bahwa Allah tidak akan membiarkan seseorang yang mengajar Al-Qur’an salah, selama ia melakukannya dengan niat yang benar dan usaha yang maksimal. Dalam hal ini, Allah akan memberikan petunjuk, membimbing langkah, dan menjaga lisannya agar tidak menyimpang dari kebenaran. Keyakinan ini memberikan rasa tenang dan percaya diri bagi seorang pengajar, bahwa jika ia berusaha sungguh-sungguh, Allah akan selalu menolongnya.

Nasihat ini juga mengandung pesan bahwa mengajar ngaji adalah cara efektif untuk menjaga diri dari dosa. Ketika seseorang tenggelam dalam aktivitas mulia ini, ia secara alami akan dijauhkan dari perbuatan yang tidak disukai Allah. Hal ini karena waktu, pikiran, dan hatinya tersibukkan oleh kegiatan yang penuh dengan kebaikan. Dengan mengajar Al-Qur’an, seseorang tidak hanya menjaga dirinya sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga moral dan akhlak masyarakat.

Akhirnya, nasihat ini mengajarkan bahwa mengajar ngaji bukan hanya tugas, tetapi juga sebuah kehormatan dan amanah besar. Mengajarkan Al-Qur’an adalah cara untuk menebar cahaya di tengah umat, mencetak generasi yang taat kepada Allah, dan mewariskan nilai-nilai Islam yang abadi. Sebagai pengajar, kita tidak hanya menjadi penyalur ilmu, tetapi juga pembawa harapan dan perubahan. Dengan niat yang benar, ilmu yang mumpuni, dan ketekunan, Allah akan memastikan jalan kita dalam mengajar Al-Qur’an selalu diberkahi dan dijaga dari kesalahan. Inilah keistimewaan mengajar ngaji: amal yang menyinari dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menata Masjid, Merawat Negeri: Falsafah Kebersihan yang Menggerakkan

Slogan " Bersih Masjidku, Bersih Negeriku " adalah seruan moral dan spiritua...