Nasihat Almaghfurlah KH. M. Basori
Alwi Murtadho tentang hadis Nabi Muhammad Saw. “Barang siapa ingin dipanjangkan
umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari mati su’ul khatimah, maka
bertakwalah kepada Allah dan sambunglah silaturahim” yang
menekankan pentingnya takwa dan silaturahim sebagai jalan untuk mendapatkan
keberkahan hidup memberikan pesan yang sangat mendalam. Dalam hadis tersebut,
Rasulullah Saw. menjanjikan tiga kebaikan bagi siapa saja yang bertakwa dan
menyambung silaturahim: umur yang panjang, rezeki yang luas, dan akhir hidup
yang baik. Penekanan pada silaturahim menunjukkan bahwa hubungan baik dengan
sesama manusia adalah salah satu cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada
Allah Swt. Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa mengajar juga merupakan
bentuk mulia dari silaturahim, yang membawa manfaat besar tidak hanya untuk
diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
Silaturahim dalam konteks mengajar memiliki
arti yang luas. Mengajar bukan sekadar menyampaikan ilmu, tetapi juga membangun
hubungan emosional, spiritual, dan intelektual dengan orang lain. Ketika
seseorang mengajar, ia tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga
menanamkan nilai-nilai dan membentuk karakter generasi mendatang. Dengan
demikian, mengajar menjadi salah satu bentuk silaturahim yang berdampak panjang,
karena ilmu yang diajarkan akan terus memberikan manfaat bahkan setelah
pengajar tersebut tiada.
Mengajar sebagai bentuk silaturahim juga
mendekatkan seseorang kepada Allah Swt. Dalam Islam, menuntut dan mengajarkan
ilmu adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Rasulullah Saw. bersabda bahwa ilmu
yang bermanfaat adalah salah satu amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.
Melalui mengajar, seorang individu tidak hanya membantu orang lain memahami
dunia, tetapi juga menjadi jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Dengan begitu, aktivitas mengajar menjadi sarana memperkuat ikatan
dengan Sang Pencipta sekaligus sesama manusia.
Bentuk silaturahim yang diimplementasikan
melalui mengajar juga mencerminkan takwa kepada Allah Swt. Takwa berarti menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran. Mengajar, jika
dilakukan dengan niat ikhlas dan penuh dedikasi, adalah wujud nyata dari
pengabdian kepada Allah dan masyarakat. Seorang guru, misalnya, bukan hanya
mendidik secara akademis, tetapi juga memberikan teladan moral dan etika, yang
pada akhirnya menjadi amal saleh yang diridhai Allah.
Lebih dari itu, mengajar sebagai bentuk silaturahim memiliki dampak positif yang besar pada keberkahan hidup. Banyak pengalaman menunjukkan bahwa orang-orang yang secara konsisten berbagi ilmu dan mendukung orang lain dengan tulus sering kali mendapatkan kelapangan rezeki, kebahagiaan, dan ketenangan batin. Ini karena Allah tidak hanya melimpahkan balasan di dunia, tetapi juga mencatat setiap perbuatan baik sebagai tabungan pahala di akhirat. Dengan terus menyambung silaturahim melalui mengajar, seseorang juga dapat menghindari mati dalam keadaan su’ul khatimah, karena ilmu yang diajarkan bisa menjadi amal penghapus dosa.
Nasihat ini mengingatkan kita bahwa kebaikan, keberkahan, dan keselamatan hidup tidak datang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan usaha nyata, seperti bertakwa kepada Allah dan menjaga silaturahim. Mengajar, sebagai salah satu bentuk silaturahim, adalah jalan yang mulia untuk memberikan manfaat kepada sesama, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. Mari kita jadikan nasihat ini sebagai motivasi untuk terus berbagi ilmu dan menjadikan hidup kita lebih bermakna melalui hubungan baik dengan sesama manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar