Rabu, 08 Januari 2025

Mengajar sebagai Jalan Silaturahim yang Membawa Keberkahan Hidup

Nasihat Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho tentang hadis Nabi Muhammad Saw. “Barang siapa ingin dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari mati su’ul khatimah, maka bertakwalah kepada Allah dan sambunglah silaturahim” yang menekankan pentingnya takwa dan silaturahim sebagai jalan untuk mendapatkan keberkahan hidup memberikan pesan yang sangat mendalam. Dalam hadis tersebut, Rasulullah Saw. menjanjikan tiga kebaikan bagi siapa saja yang bertakwa dan menyambung silaturahim: umur yang panjang, rezeki yang luas, dan akhir hidup yang baik. Penekanan pada silaturahim menunjukkan bahwa hubungan baik dengan sesama manusia adalah salah satu cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa mengajar juga merupakan bentuk mulia dari silaturahim, yang membawa manfaat besar tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

Silaturahim dalam konteks mengajar memiliki arti yang luas. Mengajar bukan sekadar menyampaikan ilmu, tetapi juga membangun hubungan emosional, spiritual, dan intelektual dengan orang lain. Ketika seseorang mengajar, ia tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai dan membentuk karakter generasi mendatang. Dengan demikian, mengajar menjadi salah satu bentuk silaturahim yang berdampak panjang, karena ilmu yang diajarkan akan terus memberikan manfaat bahkan setelah pengajar tersebut tiada.

Mengajar sebagai bentuk silaturahim juga mendekatkan seseorang kepada Allah Swt. Dalam Islam, menuntut dan mengajarkan ilmu adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Rasulullah Saw. bersabda bahwa ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Melalui mengajar, seorang individu tidak hanya membantu orang lain memahami dunia, tetapi juga menjadi jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan begitu, aktivitas mengajar menjadi sarana memperkuat ikatan dengan Sang Pencipta sekaligus sesama manusia.

Bentuk silaturahim yang diimplementasikan melalui mengajar juga mencerminkan takwa kepada Allah Swt. Takwa berarti menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran. Mengajar, jika dilakukan dengan niat ikhlas dan penuh dedikasi, adalah wujud nyata dari pengabdian kepada Allah dan masyarakat. Seorang guru, misalnya, bukan hanya mendidik secara akademis, tetapi juga memberikan teladan moral dan etika, yang pada akhirnya menjadi amal saleh yang diridhai Allah.

Lebih dari itu, mengajar sebagai bentuk silaturahim memiliki dampak positif yang besar pada keberkahan hidup. Banyak pengalaman menunjukkan bahwa orang-orang yang secara konsisten berbagi ilmu dan mendukung orang lain dengan tulus sering kali mendapatkan kelapangan rezeki, kebahagiaan, dan ketenangan batin. Ini karena Allah tidak hanya melimpahkan balasan di dunia, tetapi juga mencatat setiap perbuatan baik sebagai tabungan pahala di akhirat. Dengan terus menyambung silaturahim melalui mengajar, seseorang juga dapat menghindari mati dalam keadaan su’ul khatimah, karena ilmu yang diajarkan bisa menjadi amal penghapus dosa.

Nasihat ini mengingatkan kita bahwa kebaikan, keberkahan, dan keselamatan hidup tidak datang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan usaha nyata, seperti bertakwa kepada Allah dan menjaga silaturahim. Mengajar, sebagai salah satu bentuk silaturahim, adalah jalan yang mulia untuk memberikan manfaat kepada sesama, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. Mari kita jadikan nasihat ini sebagai motivasi untuk terus berbagi ilmu dan menjadikan hidup kita lebih bermakna melalui hubungan baik dengan sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Percaya Diri dan Sadar Diri: Keseimbangan Menuju Kesuksesan Bermakna

Ungkapan " Percaya diri penting, tapi sadar diri lebih penting " mengandung ...