Nasihat
Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho kepada para santri setiap
menjelang liburan, “Kalau pulang jangan lupa boso (bahasa Jawa krama)
kepada orang tua,” mengandung pesan mendalam tentang adab, penghormatan,
dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya. Melalui pesan sederhana ini, Almaghfurlah
KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan pentingnya menjaga kesopanan dalam berkomunikasi
dengan orang tua, terutama saat kembali ke rumah setelah menimba ilmu di
pesantren. Bahasa krama, sebagai wujud penghormatan dalam budaya Jawa, menjadi
sarana untuk menunjukkan bakti dan rasa hormat kepada mereka yang telah berjasa
besar dalam kehidupan kita.
Bahasa
krama tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol dari kesopanan,
tata krama, dan penghormatan yang diajarkan dalam tradisi Jawa. Ketika seorang
santri menggunakan bahasa ini, ia sedang mengekspresikan nilai-nilai adab Islami
yang mengajarkan untuk menghormati orang tua. Dalam Islam, memuliakan orang tua
adalah kewajiban besar yang sejajar dengan tauhid, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an. Dengan menggunakan bahasa krama, seorang santri menunjukkan akhlak
mulia yang menjadi ciri khas seorang penuntut ilmu.
Nasihat
ini juga mencerminkan bagaimana Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho
memahami pentingnya mempertahankan budaya lokal yang sejalan dengan nilai-nilai
Islam. Dalam era modernisasi yang serba cepat, budaya tradisional seperti
bahasa krama sering kali tergerus oleh perubahan zaman. Melalui nasihat ini, Almaghfurlah
KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan bahwa menjadi santri tidak berarti
melupakan akar budaya, tetapi justru memperkaya dan melestarikannya sebagai
bagian dari identitas diri yang kokoh.
Selain
itu, menggunakan bahasa krama kepada orang tua menjadi sarana efektif untuk
mempererat hubungan keluarga. Bahasa yang santun dan penuh penghormatan
menciptakan suasana yang harmonis dan menguatkan rasa kasih sayang. Orang tua
akan merasa dihargai dan bangga melihat anaknya membawa pulang nilai-nilai adab
yang diajarkan di pesantren. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan di
pesantren tidak hanya membentuk aspek keilmuan, tetapi juga karakter dan
perilaku.
Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho juga mengajarkan bahwa menggunakan bahasa krama adalah cara untuk menghadirkan keberkahan dalam hubungan antara anak dan orang tua. Kesopanan dan penghormatan kepada orang tua akan mendatangkan ridha mereka, yang dalam Islam menjadi jalan terbukanya ridha Allah. Dengan menjaga adab dalam berbicara, seorang santri tidak hanya mendapatkan keberkahan dunia, tetapi juga akhirat.
Nasihat ini menjadi pengingat bahwa sekecil apa pun tindakan hormat kepada orang tua, termasuk melalui bahasa, memiliki makna besar. Dengan menghidupkan kembali tradisi berbahasa krama, para santri tidak hanya membawa harum nama pesantren, tetapi juga menjadi teladan di tengah masyarakat. Nasihat Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho ini memberikan inspirasi bagi siapa saja untuk terus menjaga hubungan yang baik dengan orang tua, memuliakan budaya, dan mengamalkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar