Kamis, 09 Januari 2025

Menghormati Orang Tua Melalui Keindahan Bahasa dan Akhlak

Nasihat Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho kepada para santri setiap menjelang liburan, “Kalau pulang jangan lupa boso (bahasa Jawa krama) kepada orang tua,” mengandung pesan mendalam tentang adab, penghormatan, dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya. Melalui pesan sederhana ini, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan pentingnya menjaga kesopanan dalam berkomunikasi dengan orang tua, terutama saat kembali ke rumah setelah menimba ilmu di pesantren. Bahasa krama, sebagai wujud penghormatan dalam budaya Jawa, menjadi sarana untuk menunjukkan bakti dan rasa hormat kepada mereka yang telah berjasa besar dalam kehidupan kita.

Bahasa krama tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol dari kesopanan, tata krama, dan penghormatan yang diajarkan dalam tradisi Jawa. Ketika seorang santri menggunakan bahasa ini, ia sedang mengekspresikan nilai-nilai adab Islami yang mengajarkan untuk menghormati orang tua. Dalam Islam, memuliakan orang tua adalah kewajiban besar yang sejajar dengan tauhid, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an. Dengan menggunakan bahasa krama, seorang santri menunjukkan akhlak mulia yang menjadi ciri khas seorang penuntut ilmu.

Nasihat ini juga mencerminkan bagaimana Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho memahami pentingnya mempertahankan budaya lokal yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Dalam era modernisasi yang serba cepat, budaya tradisional seperti bahasa krama sering kali tergerus oleh perubahan zaman. Melalui nasihat ini, Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan bahwa menjadi santri tidak berarti melupakan akar budaya, tetapi justru memperkaya dan melestarikannya sebagai bagian dari identitas diri yang kokoh.

Selain itu, menggunakan bahasa krama kepada orang tua menjadi sarana efektif untuk mempererat hubungan keluarga. Bahasa yang santun dan penuh penghormatan menciptakan suasana yang harmonis dan menguatkan rasa kasih sayang. Orang tua akan merasa dihargai dan bangga melihat anaknya membawa pulang nilai-nilai adab yang diajarkan di pesantren. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan di pesantren tidak hanya membentuk aspek keilmuan, tetapi juga karakter dan perilaku.

Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho juga mengajarkan bahwa menggunakan bahasa krama adalah cara untuk menghadirkan keberkahan dalam hubungan antara anak dan orang tua. Kesopanan dan penghormatan kepada orang tua akan mendatangkan ridha mereka, yang dalam Islam menjadi jalan terbukanya ridha Allah. Dengan menjaga adab dalam berbicara, seorang santri tidak hanya mendapatkan keberkahan dunia, tetapi juga akhirat.

Nasihat ini menjadi pengingat bahwa sekecil apa pun tindakan hormat kepada orang tua, termasuk melalui bahasa, memiliki makna besar. Dengan menghidupkan kembali tradisi berbahasa krama, para santri tidak hanya membawa harum nama pesantren, tetapi juga menjadi teladan di tengah masyarakat. Nasihat Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho ini memberikan inspirasi bagi siapa saja untuk terus menjaga hubungan yang baik dengan orang tua, memuliakan budaya, dan mengamalkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Percaya Diri dan Sadar Diri: Keseimbangan Menuju Kesuksesan Bermakna

Ungkapan " Percaya diri penting, tapi sadar diri lebih penting " mengandung ...