Kalam Hikmah Abah Guru Sekumpul (Tuan Guru
Zaini Abdul Ghoni) Banjarmasin Kalimantan Selatan, “Jika kamu mencintai
gurumu, berarti di dalam dirimu terdapat kebaikan. Dan bila gurumu mencintaimu,
berarti di dalam dirimu terdapat rahasia (keistimewaan)” adalah pernyataan
yang penuh hikmah, menggambarkan nilai luhur dalam hubungan antara guru dan
murid. Pesan ini tidak hanya merujuk pada hubungan fisik dalam pendidikan
formal, tetapi juga mencakup aspek spiritual, moral, dan pengembangan karakter.
Abah Guru Sekumpul, sebagai seorang ulama besar yang dikenal karena
kebijaksanaannya, menyampaikan pesan ini untuk mengajarkan pentingnya adab dalam
belajar dan hubungan manusia.
Cinta kepada guru sebagai tanda kebaikan
menunjukkan bahwa seseorang yang menghormati, mencintai, dan mengagumi gurunya
adalah individu dengan jiwa yang penuh kebajikan. Mengapa? Karena cinta kepada
guru mencerminkan kesadaran akan pentingnya ilmu dan bimbingan yang diberikan.
Orang yang mencintai gurunya memahami bahwa ilmu bukan sekadar alat untuk
mencapai kesuksesan duniawi, tetapi juga jalan menuju kemuliaan akhirat. Dengan
mencintai guru, seseorang menumbuhkan sifat tawadhu (rendah hati) dan
kesungguhan dalam menuntut ilmu, yang menjadi dasar dari karakter yang baik.
Cinta guru kepada murid sebagai tanda rahasia
(keistimewaan) menyiratkan bahwa guru melihat sesuatu yang
luar biasa dalam diri muridnya. Keistimewaan ini mungkin berupa bakat, potensi,
atau sifat-sifat terpuji yang bisa dikembangkan menjadi hal yang besar. Guru
yang mencintai muridnya tidak hanya memberikan ilmu dengan ikhlas, tetapi juga
mendoakan dan membimbing murid tersebut untuk mencapai potensi maksimalnya.
Rahasia yang disebutkan di sini bisa jadi adalah karunia Allah yang hanya bisa
dilihat oleh mereka yang memiliki kedalaman hikmah, seperti para guru sejati.
Hubungan cinta yang saling melengkapi
antara guru dan murid menciptakan sebuah harmoni dalam proses belajar. Ketika
murid mencintai gurunya, mereka akan belajar dengan penuh hormat dan
antusiasme. Di sisi lain, cinta guru kepada murid memotivasi guru untuk
memberikan yang terbaik. Hubungan ini melampaui sekadar transfer ilmu; ia
menjadi proses pembentukan akhlak dan jiwa, di mana murid tidak hanya
mendapatkan pengetahuan tetapi juga inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih
baik.
Abah Guru Sekumpul juga mengingatkan bahwa cinta
dalam konteks guru dan murid adalah manifestasi adab yang tinggi. Mencintai
guru berarti menempatkan ilmu pada tempat yang mulia, karena guru adalah
perantara yang membawa kita kepada cahaya pengetahuan. Begitu pula, cinta guru
kepada murid adalah bentuk kasih sayang yang berakar pada keinginan tulus untuk
melihat muridnya berhasil, bukan hanya dalam aspek duniawi tetapi juga
spiritual.
Ungkapan ini juga mengajarkan bahwa ilmu yang berkah lahir dari hubungan yang penuh cinta dan hormat. Ilmu tidak hanya soal kecerdasan intelektual, tetapi juga soal keberkahan yang terwujud dalam akhlak mulia, sikap rendah hati, dan keikhlasan dalam mengamalkan ilmu. Ketika murid mencintai gurunya, dan guru mencintai muridnya, ilmu yang ditransfer menjadi lebih dari sekadar informasi, itulah cahaya yang menerangi hidup.
Pada akhirnya, kalam Abah Guru Sekumpul ini adalah ajakan untuk merenungkan esensi hubungan antara guru dan murid dalam perspektif yang lebih mendalam. Hubungan ini bukan sekadar formalitas, tetapi bagian dari perjalanan hidup yang menghubungkan jiwa manusia dengan Allah melalui ilmu. Dengan mencintai guru, kita menunjukkan adab dan kebaikan dalam diri kita. Dan ketika guru mencintai kita, itu adalah pertanda bahwa ada sesuatu yang istimewa yang perlu kita jaga dan kembangkan, sebagai amanah dan anugerah dari Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar