Kalam
hikmah Khalifah Ali bin Abi Thalib tentang takwa “الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ، وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ،
وَالْقَنَاعَةُ بِالْقَلِيْلِ، وَالْاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ” (Al-khaufu minal-jalīli, wal-‘amalu
bit-tanzīli, wal-qanā’atu bil-qalīli, wal-isti’dādu li yaumir-rahīli) menggambarkan
definisi yang komprehensif dan mendalam. Takwa bukan hanya sekadar konsep abstrak,
melainkan sebuah sikap hidup yang harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan
seorang muslim. Dalam empat dimensi yang disebutkan “takut kepada Allah,
mengamalkan Al-Qur'an, qana'ah terhadap yang sedikit, dan bersiap untuk hari
kematian” terkandung prinsip-prinsip kehidupan yang membawa manusia menuju keselamatan
dunia dan akhirat.
Takwa
dimulai dengan rasa takut kepada Allah (الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ),
bukan dalam arti takut akan azab-Nya semata, tetapi lebih kepada kesadaran
mendalam akan keagungan dan kebesaran-Nya. Ketakutan ini mendorong seseorang
untuk menjaga diri dari perbuatan dosa dan selalu berusaha mendekatkan diri
kepada-Nya. Rasa takut ini juga melahirkan cinta kepada Allah, karena seorang
hamba yang mengenal Tuhannya akan menyadari betapa besar kasih sayang dan
rahmat-Nya.
Takwa
tidak hanya terwujud dalam keyakinan, tetapi juga dalam tindakan nyata, yaitu
dengan mengamalkan ajaran Al-Qur'an (الْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ).
Al-Qur'an adalah petunjuk hidup yang sempurna, dan seorang yang bertakwa akan
menjadikannya pedoman dalam setiap aspek kehidupan, baik itu ibadah, muamalah,
maupun akhlak. Mengamalkan Al-Qur'an berarti menjadikan nilai-nilainya sebagai
landasan untuk bersikap dan bertindak, sehingga kehidupan menjadi terarah dan
bermakna.
Sikap
qana'ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang dimiliki, adalah salah satu
ciri orang bertakwa (الْقَنَاعَةُ
بِالْقَلِيْلِ).
Qana’ah bukan berarti menyerah pada keadaan, tetapi menerima rezeki Allah
dengan penuh syukur tanpa iri kepada apa yang dimiliki orang lain. Sikap ini
melahirkan ketenangan jiwa, menghindarkan dari sifat tamak, dan memfokuskan
seseorang pada amal dan ibadah daripada mengejar kesenangan dunia yang fana.
Dimensi
terakhir dari takwa adalah kesadaran akan kematian (الْاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ). Hidup di dunia ini hanyalah persinggahan
sementara, dan kematian adalah kepastian yang harus dihadapi oleh setiap
manusia. Seorang yang bertakwa akan selalu mempersiapkan diri untuk hari
perhitungan dengan memperbanyak amal saleh dan menjauhi dosa. Kesadaran ini
bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk memotivasi hidup yang lebih bermakna
dan penuh kontribusi.
Keempat
dimensi ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Rasa takut kepada
Allah akan mendorong seseorang untuk mengamalkan Al-Qur’an. Mengamalkan Al-Qur’an
akan melahirkan sikap qana’ah, dan qana’ah akan membuat seseorang
lebih mudah mempersiapkan diri untuk akhirat. Dengan demikian, takwa adalah
sikap hidup yang menyeluruh, mencakup hubungan dengan Allah, sesama manusia,
dan diri sendiri.
Di
era modern yang penuh tantangan ini, kalam hikmah Khalifah Ali bin Abi Thalib relevan
sebagai pedoman. Ketika banyak orang tergoda untuk mengejar duniawi secara
berlebihan, takwa mengingatkan untuk menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.
Takwa juga memberikan ketenangan di tengah ketidakpastian, karena orang yang
bertakwa yakin bahwa Allah adalah pengatur segalanya.
Orang yang bertakwa tidak hanya baik secara pribadi, tetapi juga menjadi pembawa kebaikan bagi masyarakat. Mereka akan bersikap jujur, adil, dan peduli kepada sesama, karena sadar bahwa semua perbuatannya kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan demikian, takwa bukan hanya manfaat individu, tetapi juga membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.
Kalam hikmah Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah pengingat bahwa takwa adalah inti dari kehidupan yang penuh makna. Hidup dengan takwa berarti hidup dengan kesadaran, tanggung jawab, dan tujuan yang jelas. Dengan takut kepada Allah, mengamalkan Al-Qur’an, bersikap qana’ah, dan mempersiapkan diri untuk akhirat, seseorang tidak hanya akan meraih kebahagiaan di dunia, tetapi juga kesuksesan abadi di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar