Halaman

Rabu, 26 Februari 2025

Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar, serta Perbedaannya

A.   Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar, Atsar, dan Perbedaannya

Dalam studi ilmu hadis, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu hadis, sunnah, khabar, dan atsar. Meskipun sering dianggap sinonim, masing-masing memiliki perbedaan secara terminologis.

1. Hadis (الْحَدِيْثُ)

Secara bahasa, kata “hadis” berasal dari bahasa Arab (الْحَدِيْثُ) yang berarti "perkataan, berita, atau sesuatu yang baru". Secara terminologi dalam ilmu hadis, hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan (taqrir), maupun sifatnya.

Menurut muhadditsin (para ahli hadis), hadis berarti “apa yang disampaikan dari Nabi Saw., meliputi perbuatan, ucapan, persetujuan diam-diam, atau sifat-sifatnya (yakni keadaan fisik beliau)”. Namun, penampilan fisik Nabi Saw. tidak masuk dalam definisi yang digunakan ahli hukum (fuqaha).

Contoh Hadis:

a.    Hadis Qauli (perkataan). Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . . .

"Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan . . ." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

b.    Hadis Fi’li (perbuatan):

Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. pernah berwudhu dengan mencuci anggota wudhu tiga kali.

c.     Hadis Taqriri (persetujuan):

Para sahabat pernah memakan daging biawak di hadapan Rasulullah Saw., dan beliau tidak melarangnya, sehingga ini menunjukkan kebolehannya.

Jadi, hadis mencakup semua yang berasal dari Nabi Muhammad Saw., baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat-sifat beliau.

2. Sunnah (السُّنَّةُ)

Secara bahasa, “sunnah” berarti "jalan, kebiasaan, tradisi, atau metode". Dalam ilmu hadis, sunnah memiliki makna yang lebih luas daripada hadis. Sunnah mencakup seluruh perbuatan, perkataan, dan persetujuan Nabi Muhammad Saw. dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam urusan ibadah, akhlak, muamalah, maupun kebiasaan sehari-hari.

Dalam terminologi syariat, sunnah memiliki beberapa pengertian tergantung disiplin ilmunya:

-       Menurut ahli hadis, sunnah identik dengan hadis, yaitu segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad Saw.

-       Menurut ahli ushul fikih, sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad Saw. selain dari Al-Qur’an yang dijadikan sebagai sumber hukum.

-       Menurut ahli fikih, sunnah adalah perbuatan yang jika dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak berdosa.

Perbedaan Hadis dan Sunnah:

a.    Hadis adalah istilah yang lebih umum dalam ilmu hadis dan lebih spesifik merujuk pada periwayatan dari Nabi Muhammad Saw., sedangkan sunnah lebih menekankan pada kebiasaan atau tata cara hidup yang diajarkan Nabi Muhammad Saw. sebagai teladan bagi umat Islam.

b.    Sunnah juga digunakan dalam kajian fikih sebagai dalil hukum Islam setelah Al-Qur'an.

Contoh Sunnah:

-       Cara Nabi makan, minum, berpakaian, dan berinteraksi dengan sahabatnya.

-       Sunnah dalam ibadah, seperti tata cara shalat, puasa, atau haji.

Jadi, sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad Saw. dan menjadi contoh bagi umat Islam, baik berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapan beliau.

3. Khabar (الْخَبَرُ)

Secara bahasa, “khabar” berarti "berita atau informasi". Dalam istilah ilmu hadis, khabar memiliki dua pengertian:

a.    Setara dengan hadis, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw.

b.    Lebih umum dari hadis, yaitu mencakup segala berita, baik dari Nabi Muhammad Saw. maupun dari selain beliau, seperti sahabat dan tabi’in.

Contoh:

-       Jika digunakan setara dengan hadis:

Khabar tentang Rasulullah Saw. yang bersabda: “إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ . . .

-       Jika digunakan lebih luas:

Khabar dari Umar bin Khattab tentang kebijakan politiknya dalam membagi harta baitul mal.

Perbedaan Hadis dan Khabar:

a.    Menurut sebagian ulama, hadis hanya merujuk pada berita dari Nabi Muhammad Saw., sedangkan khabar mencakup berita dari Nabi, sahabat, maupun tabi'in.

b.    Namun, sebagian ulama menganggap hadis dan khabar sebagai sinonim.

4. Atsar (الْأَثَرُ)

Secara bahasa, “atsar” berarti "jejak atau peninggalan". Dalam ilmu hadis, atsar memiliki dua makna:

a.    Segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat atau tabi’in, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun keputusan mereka.

b.    Dalam pandangan sebagian ulama hadis, atsar bisa digunakan untuk merujuk kepada hadis secara umum.

Contoh:

-       Atsar dari sahabat:

Umar bin Khattab berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab.”

Ibnu Mas'ud berkata, "Barang siapa ingin mengikuti seseorang, maka ikutilah para sahabat Nabi, karena mereka adalah generasi terbaik."

-       Atsar dari tabi’in:

Hasan al-Bashri berkata, “Sesungguhnya dunia adalah negeri ujian, bukan negeri balasan.”

Perbedaan Hadis dan Atsar:

a.    Hadis lebih khusus merujuk pada Nabi Muhammad Saw.

b.    Atsar lebih umum, mencakup perkataan dan perbuatan sahabat serta tabi'in.

Jadi atsar lebih sering merujuk kepada perkataan dan perbuatan sahabat dan tabi’in, meskipun dalam beberapa konteks bisa juga digunakan untuk menyebut hadis.

Kesimpulan Perbedaan Istilah

Istilah

Definisi

Sumber

Ruang Lingkup

Hadis

Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad Saw.

Perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat.

Sunnah

Segala yang berasal dari Nabi Muhammad Saw. dan menjadi teladan.

Nabi Muhammad Saw.

Kebiasaan dan contoh yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Khabar

Berita yang bisa berasal dari Nabi Muhammad Saw. atau selainnya.

Nabi Muhammad Saw., sahabat, tabi’in.

Bisa merujuk pada hadis atau berita lain.

Atsar

Segala sesuatu yang berasal dari sahabat atau tabi’in.

Sahabat, tabi’in.

Perkataan dan perbuatan mereka.

 

B.   Unsur-Unsur Pokok Hadis

Hadis memiliki unsur-unsur utama yang menentukan validitas dan keabsahannya. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Sanad (السَّنَدُ): Rangkaian perawi yang meriwayatkan hadis dari satu generasi ke generasi lain hingga sampai kepada Nabi Muhammad Saw.

Contoh sanad: Telah menceritakan kepada kami Malik, dari Nafi’, dari Ibnu Umar . . . .

2. Matan (الْمَتْنُ): Isi atau teks hadis yang disampaikan dalam sanad.

Contoh matan: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ (Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya).

3. Rawi (الرَّاوِي): Para perawi yang meriwayatkan hadis dalam sanad.

4. Takhrij (التَّخْرِيْجُ): Proses pencarian sumber hadis dalam kitab-kitab hadis yang terpercaya.

Sumber Bacaan:

Al-Asqalani, Ibn Hajar. 1442 H. Nukhbah al-Fikr fī Mushthalah Ahl al-Atsar, Riyadh: Mathba’ah Safir.

Al-Baghdadi, Al-Khatib. 2006. Al-Kifāyah fī Ilm ar-Riwāyah, Lebanon, Beirut: Dār al-Kutub al-Islamiyah.

Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. Ash-Shahīh, dalam Fath al-Bāri, Kairo: Salafiyah Press.

Al-Jaza’iri, Tahir. 1995. Taujīh an-Nadzar Ilā Ushūl al-Atsar, Halb: Maktabah al-Mathbu’ah al-Islāmiyah Jilid II.

Al-Shalih, Subhi. 1969. Ulūm al-Hadith wa Musthalahuhu, Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-Malāyīn.

At-Tahhan, Mahmud. 1996. Taisir Musthalah al-Hadits, Riyadh: Maktabah Ma’arif Li al-Nasyr wa al-Tauzī’.

As-Suyuthi, Jalaluddin. 1956. Tadrīb ar-Rāwi, Kairo: Maktabah al-Qāhirah.

Ismail, Muhammad Syuhudi. 1995. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta: Bulan Bintang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mimpi Tinggi, Hidup Bermakna: Menemukan Nilai dalam Tujuan yang Mulia

Ucapan H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D., “ Tinggikan mimpimu, tidak khawa...