Hadis لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ
عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ “Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan:
kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhan-nya” yang
diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim ini mengandung makna mendalam
tentang kebahagiaan sejati yang diperoleh oleh orang yang berpuasa. Rasulullah
Saw. menyebutkan bahwa ada dua kebahagiaan bagi orang yang menjalankan ibadah
puasa: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Allah.
Hadis ini mengajarkan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi
juga perjalanan spiritual yang membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kebahagiaan pertama adalah
kebahagiaan saat berbuka puasa. Setelah seharian menahan diri dari makan,
minum, dan segala hal yang membatalkan puasa, seseorang merasakan nikmat luar
biasa ketika menyantap makanan dan minuman untuk berbuka. Ini bukan hanya
kebahagiaan fisik, tetapi juga kebahagiaan spiritual karena telah menyelesaikan
ibadah yang diperintahkan Allah. Dalam momen berbuka, seorang Muslim juga
dianjurkan untuk bersyukur karena masih diberi kesempatan menjalankan ibadah
dengan baik serta menikmati rezeki yang diberikan oleh Allah.
Lebih dari sekadar menikmati makanan,
kebahagiaan berbuka puasa juga datang dari rasa puas telah menjalankan ketaatan
kepada Allah. Seorang Mukmin yang berpuasa merasakan ketenangan jiwa karena
berhasil menahan hawa nafsu dan menundukkan keinginan duniawi demi meraih
ridha-Nya. Ini adalah bentuk kemenangan kecil dalam perjuangan melawan diri
sendiri, yang akan semakin memperkuat ketakwaan dan kesabaran seseorang. Oleh
karena itu, berbuka puasa bukan sekadar rutinitas, tetapi momen istimewa yang
penuh makna.
Kebahagiaan kedua yang lebih besar
adalah ketika seorang Muslim bertemu dengan Allah di akhirat kelak. Puasa
adalah ibadah yang sangat istimewa karena Allah sendiri yang akan memberikan
balasan langsung bagi hamba-Nya yang berpuasa dengan penuh keikhlasan.
Rasulullah Saw. juga bersabda,
كُلُّ
عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي
وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
"Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan
kebaikannya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri
yang akan membalasnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Ini
menunjukkan bahwa pahala puasa memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi
Allah, dan kelak orang yang berpuasa dengan iman dan kesungguhan akan
memperoleh kebahagiaan yang hakiki di akhirat.
Pertemuan dengan Allah adalah momen
yang paling dinanti oleh setiap Mukmin sejati. Saat itu, segala amal yang
dilakukan di dunia akan diperlihatkan, dan bagi mereka yang telah menjalani
hidup dengan penuh ketakwaan, termasuk dengan menjaga puasanya, akan
mendapatkan ganjaran yang luar biasa. Dalam Al-Qur’an, Allah menjanjikan,
. . . اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
". . . Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar yang diberikan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10). Puasa adalah bentuk kesabaran, dan mereka yang bersabar akan memperoleh pahala yang tak terhingga dari Allah.
Hadis ini mengajarkan kita untuk menjalani puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan memahami makna di balik dua kebahagiaan ini, kita akan lebih menikmati setiap detik puasa kita, baik dalam kebahagiaan sederhana saat berbuka maupun dalam kebahagiaan besar ketika bertemu dengan Allah di akhirat. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang merasakan kedua kebahagiaan ini, baik di dunia maupun di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar