Halaman

Kamis, 27 Maret 2025

Menghidupkan Malam, Menyucikan Jiwa: Inspirasi Ramadan dari Teladan Rasulullah Saw.

Hadis dari Sayyidah Aisyah ra. كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي رَمَضَانَ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ، وَفِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْهُ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ Rasulullah Saw. terbiasa bersungguh-sungguh di bulan Ramadan, tidak sebagaimana di bulan selainnya. Dan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan lebih bersungguh-sungguh melebihi hari lainnya”, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ini memberikan gambaran yang sangat kuat mengenai kesungguhan Rasulullah Saw. dalam menjalani ibadah di bulan Ramadan, terlebih lagi pada sepuluh hari terakhirnya. Hadis ini bukan hanya menjadi informasi sejarah, melainkan inspirasi spiritual bagi seluruh umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah, khususnya di bulan yang penuh berkah ini. Ramadan adalah bulan ampunan, rahmat, dan pembebasan dari api neraka. Maka, sungguh wajar jika Rasulullah Saw., sebagai teladan utama umat manusia, menunjukkan kesungguhan yang luar biasa dalam mengisi setiap detiknya dengan ketaatan dan kedekatan kepada Allah Swt.

Kesungguhan yang ditunjukkan Rasulullah Saw. dalam hadis ini bukan sekadar pada aspek kuantitas ibadah, tetapi juga kualitas dan kekhusyukan. Di luar Ramadan, beliau sudah dikenal sebagai pribadi yang sangat tekun beribadah dan berzikir, tetapi di bulan suci ini, intensitasnya meningkat jauh lebih tinggi. Bahkan, di sepuluh hari terakhir, beliau meninggalkan urusan duniawi, menghidupkan malam-malamnya dengan shalat dan zikir, serta membangunkan keluarganya untuk turut serta dalam ibadah. Ini menunjukkan bahwa Ramadan, terutama sepuluh malam terakhirnya, adalah momentum emas yang tidak boleh disia-siakan.

Hadis ini juga menjadi motivasi bagi kita untuk mempersiapkan diri menghadapi sepuluh malam terakhir Ramadan dengan sebaik-baiknya. Jika kita belum maksimal di awal dan pertengahan bulan Ramadan, maka sepuluh hari terakhir ini adalah kesempatan kedua yang penuh keberkahan. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, menambah amal saleh, memperbanyak istighfar, dan memperdalam hubungan dengan Al-Qur'an. Kita diajak untuk meneladani semangat Rasulullah Saw. yang tidak pernah setengah-setengah dalam mendekatkan diri kepada Allah, terutama di waktu-waktu yang dimuliakan.

Lebih dari itu, hadis ini juga menyiratkan pentingnya konsistensi dan peningkatan spiritual dalam kehidupan beragama. Rasulullah Saw. tidak hanya menjaga kualitas ibadahnya secara umum, tetapi juga menyesuaikannya dengan momentum waktu. Ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup ada saat-saat khusus yang menuntut perhatian dan kesungguhan ekstra, seperti Ramadan, hari Jumat, atau sepertiga malam terakhir. Spiritualitas yang hidup adalah spiritualitas yang peka terhadap waktu-waktu utama dan mampu mengoptimalkannya sebagai sarana untuk lebih dekat kepada Tuhan.

Akhirnya, hadis ini bukan hanya tentang ibadah pribadi, tetapi juga tentang mengajak keluarga dan orang-orang terdekat untuk turut serta dalam perjalanan spiritual Ramadan. Rasulullah Saw. membangunkan keluarganya, menghidupkan rumahnya dengan cahaya ibadah. Ini adalah pesan mulia tentang tanggung jawab kolektif dalam keluarga muslim untuk menjadikan Ramadan sebagai momen kebangkitan ruhani bersama. Mari kita jadikan semangat beliau sebagai lentera dalam mengarungi sisa Ramadan ini, dengan harapan kita keluar dari bulan suci ini dalam keadaan suci pula, menjadi insan yang lebih taat, lebih bersyukur, dan lebih mencintai Allah serta Rasul-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mimpi Tinggi, Hidup Bermakna: Menemukan Nilai dalam Tujuan yang Mulia

Ucapan H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D., “ Tinggikan mimpimu, tidak khawa...