Halaman

Senin, 24 Maret 2025

Ramadan: Saatnya Meraih Laba Spiritual Terbesar

Ungkapan رَمَضَانُ سُوْقُ الْبِرِّ، فَاغْتَنِمْهُ قَبْلَ أَنْ يُغْلَقَ (Ramadan adalah pasar kebaikan, maka manfaatkanlah sebelum ditutup) menunjukkan bahwa Ramadan adalah bulan yang Allah karuniakan sebagai ‘pasar spiritual’ tempat manusia berlomba-lomba dalam meraih pahala, sebagaimana para pedagang berlomba mencari untung di pasar dunia. Dalam bulan yang penuh berkah ini, setiap amal kebaikan dilipatgandakan, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup. Maka tak heran jika Rasulullah Saw. menyebut Ramadan sebagai syahrul mubarak, bulan yang diberkahi. Inilah saat yang sangat berharga untuk memperbaiki diri, membersihkan hati, dan meraih ridha Ilahi.

Ungkapan “Ramadan adalah pasar kebaikan” menggambarkan betapa banyaknya peluang yang tersedia di bulan ini. Seperti halnya pasar yang menyediakan berbagai barang, Ramadan menyediakan aneka ragam amal: shalat, puasa, sedekah, membaca Al-Qur’an, memaafkan, memberi makan orang berbuka, hingga senyum tulus yang bernilai ibadah. Di bulan ini, kesempatan untuk beramal terbuka lebar bagi semua kalangan, tanpa batasan usia, jabatan, atau harta. Maka setiap orang punya peluang untuk menjadi lebih baik, lebih dekat dengan Allah, dan lebih peduli kepada sesama.

Namun, seperti pasar yang memiliki waktu tutup, Ramadan pun akan berlalu. Betapa banyak orang yang menyesal saat pasar kebaikan ini berakhir, karena merasa belum memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Waktu terus berjalan, dan bulan ini tak akan menunggu siapa pun. Jika kita tidak segera memanfaatkan kesempatan emas ini, bisa jadi Ramadan berikutnya tak akan kita jumpai lagi. Maka, orang yang cerdas adalah yang menyadari betapa berharganya waktu, dan segera mengisi Ramadan dengan amal saleh sebelum terlambat.

Setiap amal kecil di bulan Ramadan bisa bernilai besar di sisi Allah. Bahkan tidur orang yang berpuasa adalah ibadah, dan satu huruf dari Al-Qur’an dibalas sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Betapa Maha Pemurahnya Allah kepada hamba-hamba-Nya. Maka tak layak jika kita menyia-nyiakan kesempatan ini hanya dengan rutinitas biasa, tidur panjang, atau tenggelam dalam kegiatan dunia yang tak membawa bekal akhirat. Ramadan bukan sekadar ritual, tapi momentum perubahan, untuk menjadi pribadi yang lebih taat, sabar, dan bermanfaat.

Kita juga perlu menyadari bahwa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, melainkan juga menahan lisan, pikiran, dan hati dari segala yang buruk. Ini adalah pelatihan ruhani yang mendalam agar selepas Ramadan kita menjadi insan bertakwa, sebagaimana tujuan utama dari puasa itu sendiri: "la'allakum tattaqun". Maka mari kita jadikan setiap hari di bulan ini sebagai momen refleksi, muhasabah diri, dan memperbanyak amal yang membawa kita lebih dekat kepada surga.

Akhirnya, mari kita renungkan: jika Ramadan adalah pasar kebaikan, maka siapa yang paling beruntung di antara kita? Mereka yang keluar dari Ramadan dengan dosa-dosa terampuni dan hati yang bersih. Maka jangan tunggu esok, karena belum tentu esok datang. Jangan tunda amal, karena belum tentu kita sempat. Ambillah peluang ini hari ini, saat ini, sebelum pintu pasar ditutup dan Ramadan berlalu dari hidup kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang menang di penghujung Ramadan: "فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ", maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mimpi Tinggi, Hidup Bermakna: Menemukan Nilai dalam Tujuan yang Mulia

Ucapan H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D., “ Tinggikan mimpimu, tidak khawa...