Halaman

Selasa, 01 April 2025

Idul Fitri: Kembali ke Fitrah, Meraih Kemenangan Sejati

Idul Fitri secara harfiah berarti "kembali kepada fitrah", yakni kondisi suci dan bersih sebagaimana saat manusia pertama kali diciptakan. Setelah sebulan penuh menjalani puasa Ramadan dengan penuh keimanan dan pengharapan, umat Islam diharapkan kembali menjadi insan yang jernih hatinya dan kuat spiritualnya. Allah berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 172 bahwa setiap manusia telah bersaksi atas keesaan-Nya sejak dalam alam ruh:

. . . اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا . . .

“ . . . Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi . . .” Fitrah ini menjadi akar tauhid dan jalan menuju kesempurnaan diri.

Puasa Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga latihan spiritual untuk membersihkan jiwa dari nafsu, kebencian, dan sifat-sifat tercela. Rasulullah Saw. bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barang siapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Idul Fitri adalah saat pembebasan dari dosa, seperti seorang bayi yang baru dilahirkan.

Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tapi adalah titik awal perubahan. Kita diajak untuk bermuhasabah: apa yang telah kita capai dalam Ramadan, dan bagaimana mempertahankannya di bulan-bulan setelahnya. Imam Hasan al-Bashri, seorang tabi’in yang bijak, berkata,

كُلُّ يَوْمٍ يَمْضِي مِنْ حَيَاتِكَ هُوَ صَفْحَةٌ مِنْ صَفَحَاتِ أَعْمَالِكَ، سَتُسْأَلُ عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Setiap hari yang berlalu dari hidupmu adalah lembaran amalmu yang akan ditanyakan di akhirat." Maka, Idul Fitri adalah saat untuk menguatkan tekad menjadi pribadi yang lebih bertakwa dan sadar diri.

Malam Idul Fitri dihiasi dengan takbir, tahmid, dan tahlil yang menggema dari masjid ke rumah-rumah, sebagai tanda syukur atas nikmat Ramadan. Allah berfirman,

. . . وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

" . . . Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185). Takbir adalah suara jiwa yang merayakan kemenangan melawan hawa nafsu.

Idul Fitri adalah kemenangan, bukan atas orang lain, tetapi atas diri sendiri. Kemenangan melawan hawa nafsu, kesombongan, dan kebiasaan buruk. Rasulullah Saw. bersabda,

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

"Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi yang mampu menahan dirinya saat marah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maka, Idul Fitri adalah mahkota bagi jiwa yang telah berjuang keras menaklukkan egonya.

Salah satu ciri khas Idul Fitri adalah tradisi saling memaafkan. Ini bukan sekadar kebiasaan sosial, tetapi ajaran spiritual yang kuat. Dalam Islam, menjaga hubungan antar sesama (silaturahim) adalah kunci keberkahan hidup. Rasulullah Saw. bersabda,

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

"Tidak halal bagi seorang Muslim untuk menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Idul Fitri menjadi momen menyatukan kembali hati-hati yang sempat retak.

Zakat fitrah yang wajib ditunaikan sebelum salat Id bukan hanya bentuk kepatuhan, tetapi juga simbol kepekaan sosial. Zakat menyucikan harta dan memastikan kebahagiaan juga dirasakan oleh saudara yang kurang mampu. Rasulullah Saw. bersabda,

زَكَاةُ الْفِطْرِ طُهْرَةٌ لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

"Zakat fitrah adalah penyucian bagi orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan perkataan kotor." (HR. Abu Dawud). Ini mengingatkan bahwa Idul Fitri adalah pesta kebersamaan, bukan hanya bagi yang mampu.

Idul Fitri menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu gema takbir dan ibadah yang seragam. Di hari ini, perbedaan mazhab, bahasa, dan budaya seakan larut dalam pelukan ukhuwah Islamiyah. Ini mengajarkan bahwa Islam adalah agama persatuan dan rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana pesan Sayyiduna Ali bin Abi Thalib ra.,

النَّاسُ صِنْفَانِ: إِمَّا أَخٌ لَكَ فِي الدِّيْنِ، وَإِمَّا نَظِيْرٌ لَكَ فِي الْخَلْقِ

"Manusia itu ada dua golongan: bisa jadi saudaramu dalam agama, atau setara denganmu dalam kemanusiaan."

Meski dirayakan dengan sukacita, Idul Fitri tetap menyimpan pesan kesederhanaan. Rasulullah Saw. dalam kehidupannya sangat sederhana meski beliau pemimpin umat. Dalam perayaan Idul Fitri, Islam mengajarkan agar kegembiraan tidak berubah menjadi kemewahan berlebihan. Seperti kata Imam Syafi’i,

لَا تَظُنَّ أَنَّ السَّعَادَةَ فِي كَثْرَةِ الْمَالِ، بَلْ هِيَ فِي سُكُوْنِ الْقَلْبِ وَسَعَةِ الصَّدْرِ

"Jangan kau kira kebahagiaan itu dari banyaknya harta, tetapi dari hati yang tenang dan jiwa yang lapang."

Setelah Ramadan, jiwa menjadi bersih dan semangat hidup kembali menyala. Idul Fitri adalah awal dari hidup baru, dengan jiwa yang telah diperbarui. Sebagaimana dedaunan berganti di musim semi, demikian pula hati seorang Mukmin setelah Ramadan. Allah berfirman,

. . . اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ . . .

" . . . Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri . . ." (QS. Ar-Ra’d: 11).

Tujuan utama dari Ramadan adalah membentuk pribadi bertakwa. Idul Fitri bukan akhir dari ibadah, tetapi titik awal menjalani hidup dengan lebih bertakwa. Spirit Ramadan seharusnya menjadi bekal dalam setiap aspek kehidupan, ibadah, pekerjaan, keluarga, hingga bermasyarakat. Kata Ibnul Qayyim al-Jauziyah,

عَلَامَةُ قَبُولِ الْعَمَلِ، عَمَلٌ صَالِحٌ بَعْدَهُ

"Tanda diterimanya sebuah amal adalah (munculnya) amal saleh setelahnya." Maka, Idul Fitri adalah batu loncatan menuju hidup yang penuh nilai Ilahi.

Akhirnya, Idul Fitri adalah manifestasi cinta Allah kepada hamba-Nya. Allah memberi kita bulan pengampunan, kemudian hari raya sebagai hadiah kemenangan. Sebuah ucapan hikmah mengatakan,

لَيْسَ الْعِيْدُ فِي لُبْسِ الثِّيَابِ الْجَدِيْدَةِ، وَلَكِنَّ الْعِيْدَ فِي قَلْبٍ جَدِيْدٍ

لَيْسَ الْعِيْدُ فِي الْمَآكِلِ اللَّذِيْذَةِ، وَلَكِنَّهُ فِي الْأَعْمَالِ الْحَسَنَةِ عِنْدَ اللهِ

"Idul Fitri bukan tentang pakaian baru, melainkan tentang hati yang baru.
Idul Fitri bukan tentang makanan yang lezat, melainkan tentang amal yang indah di sisi Allah."
Maka, mari rayakan Idul Fitri dengan kesadaran mendalam bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang kembali pada fitrah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Empat Pilar Kesuksesan: Kerja Keras, Tuntas, Ikhlas, dan Doa Orang Tua

  Ungkapan “ Kerja keras, kerja tuntas, kerja ikhlas, dan doa orang tua ” merupakan pa...