Idul Fitri secara harfiah
berarti "kembali kepada fitrah", yakni kondisi suci dan bersih
sebagaimana saat manusia pertama kali diciptakan. Setelah sebulan penuh
menjalani puasa Ramadan dengan penuh keimanan dan pengharapan, umat Islam
diharapkan kembali menjadi insan yang jernih hatinya dan kuat spiritualnya.
Allah berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 172 bahwa setiap manusia telah
bersaksi atas keesaan-Nya sejak dalam alam ruh:
. . . اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا . . .
“ . . . Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami bersaksi . . .” Fitrah
ini menjadi akar tauhid dan jalan menuju kesempurnaan diri.
Puasa Ramadan bukan sekadar
menahan lapar dan dahaga, tetapi juga latihan spiritual untuk membersihkan jiwa
dari nafsu, kebencian, dan sifat-sifat tercela. Rasulullah Saw. bersabda,
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
"Barang siapa yang berpuasa Ramadan
karena iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim). Idul Fitri adalah saat pembebasan dari
dosa, seperti seorang bayi yang baru dilahirkan.
Idul Fitri bukan sekadar
perayaan, tapi adalah titik awal perubahan. Kita diajak untuk bermuhasabah: apa
yang telah kita capai dalam Ramadan, dan bagaimana mempertahankannya di
bulan-bulan setelahnya. Imam Hasan al-Bashri, seorang tabi’in yang bijak,
berkata,
كُلُّ
يَوْمٍ يَمْضِي مِنْ حَيَاتِكَ هُوَ صَفْحَةٌ مِنْ صَفَحَاتِ أَعْمَالِكَ،
سَتُسْأَلُ عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Setiap hari yang berlalu dari hidupmu
adalah lembaran amalmu yang akan ditanyakan di akhirat." Maka, Idul
Fitri adalah saat untuk menguatkan tekad menjadi pribadi yang lebih bertakwa
dan sadar diri.
Malam Idul Fitri dihiasi dengan
takbir, tahmid, dan tahlil yang menggema dari masjid ke rumah-rumah, sebagai
tanda syukur atas nikmat Ramadan. Allah berfirman,
. . . وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا
هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
" . . . Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangan (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS.
Al-Baqarah: 185). Takbir adalah suara jiwa yang merayakan kemenangan
melawan hawa nafsu.
Idul Fitri adalah kemenangan,
bukan atas orang lain, tetapi atas diri sendiri. Kemenangan melawan hawa nafsu,
kesombongan, dan kebiasaan buruk. Rasulullah Saw. bersabda,
لَيْسَ
الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ
الْغَضَبِ
"Orang yang kuat bukanlah yang menang
dalam gulat, tetapi yang mampu menahan dirinya saat marah." (HR. Al-Bukhari
dan Muslim). Maka, Idul Fitri adalah mahkota bagi jiwa yang telah berjuang
keras menaklukkan egonya.
Salah satu ciri khas Idul Fitri
adalah tradisi saling memaafkan. Ini bukan sekadar kebiasaan sosial, tetapi
ajaran spiritual yang kuat. Dalam Islam, menjaga hubungan antar sesama
(silaturahim) adalah kunci keberkahan hidup. Rasulullah Saw. bersabda,
لَا
يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ
"Tidak halal bagi seorang Muslim untuk
menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim). Idul Fitri menjadi momen menyatukan kembali hati-hati yang sempat
retak.
Zakat fitrah yang wajib
ditunaikan sebelum salat Id bukan hanya bentuk kepatuhan, tetapi juga simbol
kepekaan sosial. Zakat menyucikan harta dan memastikan kebahagiaan juga
dirasakan oleh saudara yang kurang mampu. Rasulullah Saw. bersabda,
زَكَاةُ
الْفِطْرِ طُهْرَةٌ لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ
"Zakat fitrah adalah penyucian bagi
orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan perkataan kotor." (HR. Abu
Dawud). Ini mengingatkan bahwa Idul Fitri adalah pesta kebersamaan, bukan
hanya bagi yang mampu.
Idul Fitri menyatukan umat
Islam di seluruh dunia dalam satu gema takbir dan ibadah yang seragam. Di hari
ini, perbedaan mazhab, bahasa, dan budaya seakan larut dalam pelukan ukhuwah
Islamiyah. Ini mengajarkan bahwa Islam adalah agama persatuan dan rahmat bagi
seluruh alam. Sebagaimana pesan Sayyiduna Ali bin Abi Thalib ra.,
النَّاسُ
صِنْفَانِ: إِمَّا أَخٌ لَكَ فِي الدِّيْنِ، وَإِمَّا نَظِيْرٌ لَكَ فِي الْخَلْقِ
"Manusia itu ada dua golongan: bisa jadi
saudaramu dalam agama, atau setara denganmu dalam kemanusiaan."
Meski dirayakan dengan
sukacita, Idul Fitri tetap menyimpan pesan kesederhanaan. Rasulullah Saw. dalam
kehidupannya sangat sederhana meski beliau pemimpin umat. Dalam perayaan Idul
Fitri, Islam mengajarkan agar kegembiraan tidak berubah menjadi kemewahan berlebihan.
Seperti kata Imam Syafi’i,
لَا
تَظُنَّ أَنَّ السَّعَادَةَ فِي كَثْرَةِ الْمَالِ، بَلْ هِيَ فِي سُكُوْنِ
الْقَلْبِ وَسَعَةِ الصَّدْرِ
"Jangan kau kira kebahagiaan itu dari
banyaknya harta, tetapi dari hati yang tenang dan jiwa yang lapang."
Setelah Ramadan, jiwa menjadi
bersih dan semangat hidup kembali menyala. Idul Fitri adalah awal dari hidup
baru, dengan jiwa yang telah diperbarui. Sebagaimana dedaunan berganti di musim
semi, demikian pula hati seorang Mukmin setelah Ramadan. Allah berfirman,
. . . اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا
مَا بِاَنْفُسِهِمْ . . .
" . . . Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri . . ." (QS. Ar-Ra’d: 11).
Tujuan utama dari Ramadan
adalah membentuk pribadi bertakwa. Idul Fitri bukan akhir dari ibadah, tetapi
titik awal menjalani hidup dengan lebih bertakwa. Spirit Ramadan seharusnya
menjadi bekal dalam setiap aspek kehidupan, ibadah, pekerjaan, keluarga, hingga
bermasyarakat. Kata Ibnul Qayyim al-Jauziyah,
عَلَامَةُ
قَبُولِ الْعَمَلِ، عَمَلٌ صَالِحٌ بَعْدَهُ
"Tanda diterimanya sebuah amal adalah
(munculnya) amal saleh setelahnya." Maka, Idul Fitri adalah batu
loncatan menuju hidup yang penuh nilai Ilahi.
Akhirnya, Idul Fitri adalah
manifestasi cinta Allah kepada hamba-Nya. Allah memberi kita bulan pengampunan,
kemudian hari raya sebagai hadiah kemenangan. Sebuah ucapan hikmah mengatakan,
لَيْسَ
الْعِيْدُ فِي لُبْسِ الثِّيَابِ الْجَدِيْدَةِ، وَلَكِنَّ الْعِيْدَ فِي قَلْبٍ
جَدِيْدٍ
لَيْسَ
الْعِيْدُ فِي الْمَآكِلِ اللَّذِيْذَةِ، وَلَكِنَّهُ فِي الْأَعْمَالِ
الْحَسَنَةِ عِنْدَ اللهِ
Idul Fitri bukan tentang makanan yang lezat, melainkan tentang amal yang indah di sisi Allah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar