Slogan "Bersih Masjidku,
Bersih Negeriku" adalah seruan moral dan spiritual yang sederhana
namun sangat dalam maknanya. Masjid dalam Islam bukan hanya tempat ibadah,
tetapi juga simbol pusat kehidupan umat, tempat berkumpul, belajar,
bermusyawarah, dan membina nilai-nilai kebaikan. Ketika masjid bersih secara
fisik dan spiritual, maka ia menjadi titik awal terbentuknya masyarakat yang
sehat, tertib, dan beradab. Maka menjaga kebersihan masjid bukan hanya soal
estetika, tapi juga bentuk nyata dari cinta kita terhadap agama dan tanah air.
Dalam Al-Qur’an, Allah
berfirman:
وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِيْنَ وَالْقَائِمِيْنَ وَالرُّكَّعِ
السُّجُوْدِ
"Dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang
thawaf, yang berdiri (shalat), yang ruku’ dan sujud." (QS. Al-Hajj:
26)
Ayat ini menunjukkan bahwa kebersihan tempat ibadah adalah
perintah langsung dari Allah. Ketika rumah Allah dijaga kesuciannya, maka hati para
penghuninya pun akan terlatih untuk menjaga kebersihan diri, pikiran, dan
lingkungan.
Rasulullah Saw. juga menekankan
pentingnya kebersihan dalam sabdanya:
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ، نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ
. . .
"Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan mencintai
kebaikan, Maha Bersih dan mencintai kebersihan . . ." (HR. At-Tirmidzi).
Membersihkan masjid adalah ibadah yang sering kali luput dari
perhatian, padahal nilainya sangat tinggi di sisi Allah. Bahkan dalam sejarah,
para sahabat dan tabi’in berlomba-lomba menjadi penjaga kebersihan masjid
karena menganggapnya sebagai bentuk pengabdian yang mulia.
Filosofi slogan ini juga menanamkan
nilai transformatif: jika masjid (sebagai pusat spiritual masyarakat) bersih
dan terawat, maka nilai itu akan menular ke rumah-rumah, ke jalanan, hingga ke
lembaga-lembaga publik. Ini adalah prinsip dari pusat ke pinggir (inside-out),
bahwa perubahan besar dimulai dari titik-titik suci dan kecil yang sering
diabaikan. Maka slogan ini bukan hanya mengajak membersihkan lantai masjid,
tetapi menghidupkan kembali semangat tanggung jawab sosial dan cinta
lingkungan.
Slogan ini juga mengajarkan kita
bahwa kebersihan adalah budaya, bukan sekadar kegiatan musiman. Seorang
ahli hikmah pernah berkata,
إِنَّ
الْأُمَّةَ الْعَظِيْمَةَ
تَبْدَأُ مِنْ مُوَاطِنِيْهَا الَّذِيْنَ
يُحِبُّوْنَ الْأُمُوْرَ الصَّغِيْرَةَ
بِكُلِّ قَلْبِهِمْ
"Bangsa yang besar dimulai dari warganya yang mencintai hal-hal kecil dengan sepenuh hati." Ketika seseorang rela memungut sampah di masjid tanpa diperintah, ia sedang membangun karakter bangsa yang beradab. Maka gerakan menjaga kebersihan masjid adalah cerminan dari akhlak luhur dan kesadaran kolektif sebagai umat dan sebagai warga negara.
Slogan "Bersih Masjidku, Bersih Negeriku" adalah ajakan untuk menyatukan nilai-nilai religius dan nasionalis dalam satu tindakan nyata. Ini bukan sekadar slogan kampanye, tetapi filosofi hidup yang bisa menyentuh akar masalah sosial: dari ketidaktertiban, kemalasan, hingga rendahnya kesadaran bersama. Ketika kita mencintai masjid dan merawatnya, sesungguhnya kita sedang mencintai negeri ini dengan cara paling sunyi tapi paling berarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar