Halaman

Rabu, 02 April 2025

Rekatkan Hati, Raih Ridha Ilahi: Dahsyatnya Kekuatan Silaturahim

Islam adalah agama yang menekankan pentingnya hubungan sosial yang harmonis dan penuh kasih sayang. Salah satu ajaran utama dalam mewujudkan kehidupan sosial yang damai adalah silaturahim, yaitu menjalin dan menjaga hubungan baik dengan keluarga, kerabat, tetangga, dan sesama manusia.

Secara bahasa, silaturahim berasal dari kata shilah (hubungan) dan rahim (kasih sayang atau kerabat). Dalam konteks Islam, silaturahim berarti menjalin ikatan kasih sayang dengan sesama, terutama kepada keluarga dan kerabat dekat, dengan tujuan mempererat persaudaraan dan memperkuat solidaritas sosial.

Allah Swt. secara tegas memerintahkan umat-Nya untuk menjaga silaturahim. Dalam surat An-Nisa ayat 1, Allah berfirman:

. . . وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

" . . . Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."

Ayat ini menunjukkan bahwa menjaga silaturahim merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan takwa yang sejati.

Sebaliknya, Islam juga memperingatkan keras terhadap orang yang memutuskan tali silaturahim. Dalam surah Muhammad ayat 22-23, Allah Swt. berfirman: 

فَهَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ تَوَلَّيْتُمْ اَنْ تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَتُقَطِّعُوْٓا اَرْحَامَكُمْ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ فَاَصَمَّهُمْ وَاَعْمٰٓى اَبْصَارَهُمْ

"Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan silaturahim? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah, yang ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka." 

Ini menunjukkan bahwa memutus silaturahim adalah bentuk kerusakan yang besar di mata Allah.

Rasulullah Saw. bersabda: 

مَنْ أَرَادَ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

"Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim" (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa silaturahim bukan hanya berdampak spiritual, tetapi juga membawa keberkahan dalam kehidupan dunia.

Keutamaan silaturahim dalam memperluas rezeki menjadi motivasi besar bagi umat Islam untuk menjalin hubungan baik. Rezeki yang dimaksud bukan hanya dalam bentuk materi, tapi juga kesehatan, ketenangan jiwa, dan keberkahan hidup secara umum.

Silaturahim juga disebut-sebut dapat memperpanjang umur. Para ulama menjelaskan maksudnya adalah umur yang dipenuhi kebermanfaatan, produktivitas, dan kebaikan, bukan sekadar jumlah tahun hidup.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ

"Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahim." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa silaturahim bukan hanya urusan dunia, tapi juga sangat menentukan nasib seseorang di akhirat.

Hubungan yang kuat antar sesama akan menumbuhkan rasa saling mencintai dan peduli. Ini adalah fondasi masyarakat madani yang diajarkan oleh Islam, masyarakat yang saling menopang dan menghormati.

Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata:

إِنِّي لَأَرَى صِلَةَ الرَّحِمِ تُثْرِي الْمَالَ وَتَزِيدُ فِي الْعُمُرِ 

"Sesungguhnya aku melihat silaturahim bisa memperkaya harta dan menambah umur." Ucapan ini sejalan dengan sabda Nabi dan menguatkan pentingnya menjaga hubungan kekerabatan.

Rasulullah Saw. adalah teladan dalam menjalin hubungan dengan semua kalangan, termasuk dengan orang yang menyakitinya. Ini menunjukkan bahwa silaturahim adalah akhlak mulia yang harus diteladani oleh umatnya.

Silaturahim tidak harus hanya dilakukan dengan mereka yang satu pemikiran atau satu pandangan. Justru, menjalin hubungan dengan orang yang berbeda adalah bentuk kematangan spiritual dan sosial seorang muslim.

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw. menyebut bahwa silaturahim bisa menjadi sebab turunnya rahmat dan pengampunan dari Allah. Allah mencintai hamba-Nya yang menyambung hubungan dengan sesamanya.

Di zaman modern, silaturahim bisa dilakukan dengan lebih mudah melalui media sosial, telepon, atau pesan singkat. Namun, kedekatan emosional tetap harus dijaga agar silaturahim tidak menjadi formalitas semata.

Kadang, menjaga hubungan tidaklah mudah, apalagi jika ada konflik atau kesalahpahaman. Tapi justru di situlah letak ujian silaturahim: bersabar, memaafkan, dan mengulurkan tangan terlebih dahulu. Dengan menjalin silaturahim, seseorang belajar untuk merendahkan ego, menghapus dendam, dan membuka hati untuk saling memaafkan. Ini adalah terapi jiwa yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Silaturahim yang luas, tidak hanya terbatas pada keluarga tapi juga antar kelompok, etnis, dan bangsa, akan menciptakan masyarakat yang kuat, damai, dan berdaya saing tinggi. Seorang ulama besar, Imam Al-Ghazali, pernah mengatakan: 

صِلَةُ الرَّحِمِ هِيَ الدَّوَاءُ الأَنْفَعُ لِشِفَاءِ الْجُرُوْحِ الْبَاطِنَةِ وَالْقُلُوْبِ الْمُتْعَبَةِ

"Silaturahim adalah obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan luka batin dan hati yang lelah." Artinya, silaturahim bukan hanya membangun relasi, tapi juga menyembuhkan dan menguatkan jiwa.

Silaturahim termasuk amal yang ringan dilakukan namun sangat besar pahalanya. Sekadar menyapa, mendoakan, atau berkunjung sesekali dapat menjadi pembuka pintu surga. Silaturahim adalah bentuk nyata dari cinta, kepedulian, dan keimanan. Jangan tunda untuk menyapa kembali saudara kita, mengunjungi kerabat, atau memaafkan yang pernah menyakiti kita. Karena bisa jadi, surga Allah terbuka lewat silaturahim yang kita jaga dengan hati yang tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mimpi Tinggi, Hidup Bermakna: Menemukan Nilai dalam Tujuan yang Mulia

Ucapan H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D., “ Tinggikan mimpimu, tidak khawa...