Nasihat KH. Baha’udin Nur Salim yang
akrab disapa Gus Baha’, “Boleh melihat kemewahan dunia ini, tapi jangan
terlalu lama agar tidak melupakan Allah gara-gara gemerlapnya dunia, menjadikan
melupakan sujud, padahal sujud itu nilainya lebih utama dari dunia dan isinya.
Nanti di akhirat kenangan paling indah dan terkenang adalah sujud,”
mengandung hikmah mendalam tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya
menyikapi dunia dan kehidupan akhirat. Dunia boleh dinikmati, tetapi tidak
boleh melalaikan. Seperti kata ulama salaf,
اِجْعَلِ
الدُّنْيَا فِي يَدِكَ، وَلَا تَجْعَلْهَا
فِي قَلْبِكَ
“Jadikan dunia di tanganmu, jangan di hatimu.” Gus
Baha’ mengajarkan bahwa puncak kedekatan dengan Allah bukan pada apa yang kita
miliki, tapi pada seberapa sering kita bersujud dan mengingat-Nya.
Dalam kehidupan modern yang serba
visual dan materialistik, manusia sangat mudah terpukau oleh gemerlap dunia, dari
harta, jabatan, hingga gaya hidup yang serba mewah. Islam tidak melarang
seorang Muslim untuk kaya atau hidup nyaman. Namun, peringatan Nabi Muhammad
Saw. sangat tegas tentang bahaya cinta dunia yang berlebihan. Dalam hadis
riwayat Al-Bukhari dan Muslim, Nabi Saw. bersabda,
وَاللَّهِ
مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ،
وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا
عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا،
فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
"Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan
atas kalian, tetapi aku khawatir dunia dibentangkan bagi kalian sebagaimana
telah dibentangkan bagi orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba
seperti mereka, dan dunia membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan
mereka.”
Pesan ini selaras dengan ucapan Gus Baha’: melihat dunia
boleh, tapi jangan terlalu lama, karena khawatir akan terlena dan lupa tujuan
utama hidup.
Sujud adalah simbol puncak kepasrahan
seorang hamba kepada Rabb-nya. Saat sujud, manusia meletakkan bagian tubuh
paling mulia (dahi) di tempat paling rendah (tanah), menunjukkan bahwa kita
bukan siapa-siapa di hadapan Allah. Dalam hadis riwayat Muslim, Nabi Muhammad Saw.
bersabda,
أَقْرَبُ
مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
"Keadaan terdekat seorang hamba dengan Tuhannya
adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah doa saat itu."
Gus Baha’ menekankan bahwa “sujud bukan hanya ritual gerakan,
tetapi momen cinta dan penghambaan yang sangat intim antara manusia dan
Tuhannya”, dan itulah yang akan menjadi kenangan terindah di akhirat.
Yang menarik, Gus Baha juga ingin
menyadarkan kita bahwa kenikmatan dunia bersifat fana dan akan pudar, sementara
sujud (yang mungkin tampak sederhana dan ringan) justru menjadi investasi abadi
yang dikenang di alam akhirat. Hal ini senada dengan ucapan Imam Hasan
al-Bashri,
الدُّنْيَا
دَارُ مَمَرٍّ وَلَيْسَتْ دَارَ مَقَرٍّ، وَالْعَاقِلُ
مَنْ أَعَدَّ الزَّادَ لِلسَّفَرِ الطَّوِيْلِ
“Dunia adalah tempat berlalu, bukan tempat tinggal. Orang
cerdas adalah yang menyiapkan bekal untuk perjalanan panjang.” Maka, jangan
biarkan kemewahan dunia menutupi nilai sejati kehidupan: kedekatan dengan
Allah.
Peringatan Gus Baha’ juga menjadi ajakan untuk merenungi prioritas dalam hidup. Jangan sampai mata kita terlalu lama terpaku pada dunia, hingga kita lupa menundukkan kepala di hadapan Tuhan. Jangan sampai kesuksesan materi membuat kita kering dari sujud yang khusyuk. Karena di akhirat nanti, bukan harta atau popularitas yang dikenang, tapi momen-momen ketika hati kita penuh rindu dan tunduk dalam sujud yang hening. Di saat itulah ruh manusia menemukan rumah sejatinya.
Nasihat Gus Baha’ adalah pelita yang menuntun kita kembali kepada keseimbangan: beraktivitas dan berprestasi di dunia, tapi jangan kehilangan arah ke akhirat. Nikmati dunia seperlunya, tapi jadikan sujud sebagai pusat ketenangan jiwa. Karena ketika dunia berlalu, yang tersisa hanyalah hubungan kita dengan Allah. Dan dari semua hubungan itu, sujud adalah bahasa cinta yang paling murni, paling sunyi, tapi paling abadi.
MasyaAllahh. Terlihat biasa tapi ternyata sujud begitu mewah. Terimakasih♥️♥️
BalasHapus